Sajak Menunggu Sahur
Menipu waktu sambil membagi diri
dengan kata tanpa makna. Nyata
perjalanan detik membatu dalam kalbu
dan bayang-bayang semakin lari dari asa
sedangkan tubuh perlahan luruh. Bisu
hari mencekam wajah. Pasi!
Di sini aku berkaca
membaca suka dalam duka!
Mana lagi huruf-huruf yang dapat dirangkai
dari balik rindu berminggu-minggu?
Kembali aku mengeja dari alif hingga ya
pada setiap kedatangan windu yang menggebu
dan mata selalu membara mencari cahaya-Mu
walau aku kaku. Membangkai
Sungguh! Aku dan waktu
ingin duduk bersimpuh
menyerahkan segala nafsu
hanya pada-Mu. Ya Allah!
Prabumulih, September 2008
Analisis Puisi:
Puisi ini mengangkat tema spiritualitas dan perenungan diri menjelang sahur. Momen sahur dijadikan waktu reflektif untuk berdialog dengan diri sendiri dan mencari kedekatan dengan Tuhan. Di balik ritual sahur, tersimpan pergulatan batin tentang waktu, makna hidup, serta pencarian cahaya Ilahi.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa waktu sahur bukan sekadar menunggu waktu makan sebelum puasa, melainkan juga menjadi momen kontemplasi. Penyair merenungkan keterbatasan diri, kefanaan hidup, serta kerinduan kepada Tuhan.
Puisi ini juga menyentuh tentang keterasingan manusia modern, yang sering kali terjebak dalam rutinitas tanpa makna. Namun dalam keheningan sahur, penyair menemukan kembali kesempatan untuk membersihkan diri dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Puisi ini bercerita tentang seorang penyair yang menunggu sahur sambil merenungkan perjalanan hidupnya. Dalam kesunyian menjelang fajar, ia berdialog dengan waktu dan dirinya sendiri.
Ada perasaan hampa, kesepian, dan kebingungan, tetapi juga kerinduan mendalam untuk kembali ke fitrah spiritual. Ia membaca kembali huruf-huruf doa, mengeja satu per satu seperti anak kecil yang baru belajar membaca Al-Qur’an, sebagai simbol kembali ke awal untuk mencari cahaya dan makna hidup.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini sunyi, reflektif, mencekam, sekaligus khusyuk. Ada ketegangan batin antara kegelisahan duniawi dan kerinduan spiritual. Kesepian sahur justru menjadi ruang untuk merenung dan berdoa.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Pesan yang disampaikan puisi ini adalah pentingnya memanfaatkan waktu sahur sebagai momen untuk introspeksi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Di tengah rutinitas duniawi yang kerap melupakan makna, manusia diajak kembali mengeja makna hidup melalui doa dan perenungan spiritual.
Puisi ini juga menekankan bahwa waktu adalah teman sekaligus musuh, tergantung bagaimana manusia mengisinya. Dalam sahur, ada kesempatan untuk mendamaikan waktu dan jiwa, menyelaraskan hasrat duniawi dengan keikhlasan spiritual.
Imaji
Puisi ini menyajikan imaji yang kuat, di antaranya:
- Perjalanan detik membatu dalam kalbu — menghadirkan gambaran waktu yang terasa berat dan menghimpit batin.
- Membaca suka dalam duka — imaji perenungan hidup yang penuh pasang surut.
- Mengeja dari alif hingga ya — imaji seorang santri kecil yang belajar huruf hijaiyah, menggambarkan kerinduan spiritual.
- Mata membara mencari cahaya-Mu — menghadirkan visual batin yang gelisah mencari petunjuk Tuhan.
- Bersimpuh menyerahkan nafsu — gambaran ketundukan total dalam ibadah.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini meliputi:
- Metafora: "detik membatu dalam kalbu" — waktu digambarkan sebagai sesuatu yang membatu, melambangkan beratnya pergulatan batin.
- Personifikasi: "bayang-bayang semakin lari dari asa" — bayangan dipersonifikasikan seolah punya kehendak sendiri.
- Hiperbola: "mata membara mencari cahaya-Mu" — memperkuat dahaga spiritual penyair.
- Repetisi: Pengulangan unsur spiritual seperti “huruf-huruf doa” dan “cahaya-Mu” untuk menekankan kerinduan mendalam pada Tuhan.
Puisi: Sajak Menunggu Sahur
Karya: Sutan Iwan Soekri Munaf
Biodata Sutan Iwan Soekri Munaf:
- Nama Sebenarnya adalah Drs. Sutan Roedy Irawan Syafrullah.
- Sutan Iwan Soekri Munaf adalah nama pena.
- Sutan Iwan Soekri Munaf lahir di Medan pada tanggal 4 Desember 1957.
- Sutan Iwan Soekri Munaf meninggal dunia di Rumah Sakit Galaxy, Bekasi, Jawa Barat pada hari Selasa tanggal 24 April 2018.