Puisi: Sajadah Sepanjang Rambutmu (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Sajadah Sepanjang Rambutmu" mengusung tema pencarian makna hidup di tengah kekacauan dunia modern. Penyair menampilkan refleksi spiritual, ...
Sajadah Sepanjang Rambutmu

Sajadah sepanjang rambutmu: Di situ, aku lahir,
besar dan mati. Pengembaraan adalah kelahiran
kelahiran. Seperti dua ribu tahun kemudian Prometheus kembali
dilahirkan dalam Piagam Hak Asasi Manusia. Sajadah sepanjang
rambutmu: Rumi dan Goethe mempertemukan Barat
dan Timur sambil menulis syair-syair cinta di situ. Di TV dan semak
belukar, kusaksikan ribuan iklan melahap tubuh anak-anak

setiap jam. Setiap hari. Tiada yang dapat kulakukan
kecuali menyumpah Godot (kulihat Beckett mencangkung di halaman
indeks sebuah buku sastra) dan menulis sepucuk surat singkat
bagi dunia yang sekarat. Kemarilah, sayangku, tidurlah
di dadaku yang sarat kasih dan luka. Aku bentangkan sajadah
sepanjang rambutmu: Di situ, seperti kau tahu,

cinta menciptakan rahimnya sendiri.

1993-1999

Analisis Puisi:

Puisi "Sajadah Sepanjang Rambutmu" mengusung tema pencarian makna hidup di tengah kekacauan dunia modern. Penyair menampilkan refleksi spiritual, cinta, pengembaraan makna, serta kritik sosial yang tajam terhadap kondisi dunia yang penuh ironi dan ketidakadilan.

Makna Tersirat

Di balik metafor dan simbol yang digunakan, puisi ini menyiratkan kegelisahan batin seorang manusia yang hidup di era modern. Sajadah yang sepanjang rambut sang kekasih bukan sekadar sajadah fisik, melainkan simbol perjalanan spiritual yang panjang dan melelahkan. Puisi ini mencerminkan pergulatan antara cinta, spiritualitas, sejarah peradaban, dan realitas sosial yang kejam.

Penggunaan nama-nama besar seperti Prometheus, Rumi, Goethe, dan Beckett memperkuat makna tersirat bahwa pencarian makna hidup tidak pernah lepas dari benturan tradisi Timur dan Barat, spiritualitas dan materialisme, serta cinta dan penderitaan.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin dan spiritual seorang penyair yang merenungi kehidupannya. Ia lahir, besar, hingga mati di atas sajadah yang panjangnya seperti rambut kekasihnya. Sajadah tersebut menjadi ruang kontemplasi, saksi sejarah cinta, sekaligus ruang refleksi sosial dan budaya. Di tengah pengembaraan makna hidup itu, ia menyaksikan kehancuran moral dunia modern—di mana anak-anak “dimakan” oleh iklan-iklan setiap jam, dan manusia semakin kehilangan kemanusiaannya.

Puisi ini juga menggambarkan rasa putus asa menghadapi dunia yang sekarat, namun di sisi lain, cinta tetap menjadi kekuatan yang mampu menciptakan ruang harapan baru.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Melalui puisi ini, Cecep Syamsul Hari menyampaikan pesan bahwa pencarian makna hidup adalah perjalanan panjang yang tidak pernah selesai. Manusia perlu terus merenung, bercermin pada sejarah, dan tak lupa menjadikan cinta dan kasih sayang sebagai landasan spiritual di tengah kekacauan dunia modern.

Puisi ini juga mengingatkan bahwa spiritualitas tidak boleh tercerabut dari kesadaran sosial, karena apa artinya cinta dan doa jika dunia di sekitar kita runtuh tanpa kita peduli?

Imaji

Dalam puisi ini terdapat beberapa imaji visual dan imaji perasaan yang kuat, seperti:
  • “Sajadah sepanjang rambutmu” — menciptakan gambaran panjang dan lembutnya rambut, sekaligus membayangkan sajadah sebagai ruang spiritual yang luas.
  • “Rumi dan Goethe mempertemukan Barat dan Timur” — menghadirkan imaji pertemuan peradaban besar.
  • “Ribuan iklan melahap tubuh anak-anak” — menciptakan gambaran tragis tentang anak-anak yang menjadi korban kapitalisme.
  • “Tidurlah di dadaku yang sarat kasih dan luka” — menciptakan imaji kehangatan sekaligus penderitaan batin.

Majas

Beberapa majas yang menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “Sajadah sepanjang rambutmu” adalah metafora perjalanan spiritual sekaligus cinta yang panjang dan mendalam.
  • Personifikasi: “Cinta menciptakan rahimnya sendiri” — cinta digambarkan memiliki kemampuan menciptakan kehidupan.
  • Hiperbola: “Setiap jam. Setiap hari.” — menegaskan intensitas kehancuran moral akibat iklan-iklan yang merusak.
  • Alusi: Menyebut Prometheus, Rumi, Goethe, dan Beckett adalah bentuk alusi yang menghubungkan puisi ini dengan sejarah, sastra, dan pemikiran besar dunia.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Sajadah Sepanjang Rambutmu
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.