Ramadan Suci
Siang meranggas
dahaga nyaman di hati
lapar pun aduhai
Magrib yang datang
hapus segala resah
doa terucap
Isya menggema
bersarung dan mukena
penuhi masjid
Tarawih usai
membuka kitab suci
baca ayatMu
Tidur tak genap
bangun pagi bersantap
esok pun kuat
Setan dikunci
Ramadan yang dinanti
kembali suci
Sumber: Surat dari Samudra (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Ramadan Suci" karya Ariadi Rasidi mengangkat tema keagamaan, khususnya tentang ibadah dan kekhusyukan dalam menjalani bulan Ramadan. Puisi ini menggambarkan berbagai aktivitas yang dilakukan selama Ramadan, mulai dari menahan lapar dan dahaga, berbuka puasa, salat, hingga membaca Al-Qur’an.
Makna Tersirat
Puisi ini menyiratkan bahwa Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang proses penyucian diri. Dengan menjalankan ibadah seperti salat, membaca Al-Qur’an, dan menjaga diri dari perbuatan buruk, manusia diharapkan bisa kembali suci setelah Ramadan berakhir. Selain itu, ada pesan tentang kedisiplinan, keikhlasan, dan keimanan dalam menjalankan ibadah selama bulan yang penuh berkah ini.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan spiritual seorang muslim selama bulan Ramadan. Dimulai dari perjuangan menahan lapar dan haus di siang hari, kebahagiaan saat berbuka, kesyahduan salat Isya dan Tarawih, hingga kedisiplinan dalam bangun sahur. Di akhir puisi, disebutkan bahwa setan dikunci, menandakan bahwa Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa religius, penuh ketenangan, dan khusyuk. Ada juga nuansa perjuangan dalam menahan lapar dan dahaga, tetapi semuanya terasa ringan karena diiringi dengan ibadah dan keikhlasan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengajarkan pentingnya menjalankan ibadah Ramadan dengan sungguh-sungguh, bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga memperbanyak ibadah seperti salat, membaca Al-Qur’an, dan menjauhi godaan. Ramadan adalah kesempatan untuk kembali menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Tuhan.
Imaji
- Imaji visual: Gambaran orang yang bersarung dan mengenakan mukena menuju masjid, membaca Al-Qur’an, serta sahur di pagi hari.
- Imaji perasaan: Rasa haus dan lapar saat berpuasa, kebahagiaan saat berbuka, serta ketenangan dalam beribadah.
Majas
- Personifikasi: “Magrib yang datang hapus segala resah” menggambarkan waktu Magrib seolah-olah memiliki perasaan dan mampu menghapus kegelisahan manusia.
- Metafora: “Setan dikunci” merupakan ungkapan bahwa selama Ramadan, godaan setan berkurang dan manusia lebih mudah untuk beribadah.
Puisi "Ramadan Suci" karya Ariadi Rasidi menggambarkan esensi Ramadan sebagai bulan yang penuh berkah dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Dengan bahasa yang sederhana tetapi penuh makna, puisi ini mengingatkan kita bahwa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang perjuangan spiritual menuju kesucian.
Karya: Ariadi Rasidi
Biodata Ariadi Rasidi:
- Ariadi Rasidi lahir pada tanggal 15 April 1959 di Purwokerto.