Puisi: Prahara (Karya B. Y. Tand)

Puisi "Prahara" mengangkat tema penderitaan, dosa, dan kehancuran akibat konflik manusia. Ada juga nuansa religius yang mencerminkan keterasingan ...
Prahara

Prahara bermula dari laut dosa telaga purba
mencoretkan dendam demi dendam manusia
di dinding-dinding laut terbuka
mengunyah darah dagingnya

Sepi berderit
mengayuh perahu-perahu ke hulu
di hilir sungai-sungai keruh
pasir di pantai menjeritkan keluh
ke angkasa luka
Tuhan kita terbunuh
di mana-mana
darahnya jadi sungai
mengalirkan racun nestapa

Angin menjulangkan ombak
ke langit hijau
mengetuk pintu demi pintu. Malaikat
dengan jari-jari putih
mencatatkan rindu demi rindu
pada daun-daun ungu
dan jendela-jendela termangu

Ombak laut hijauku
julangkan aku
ke pucuk sepimu sayup-sayup ke puncak sepiku
mereguk gerimis bulan sendu. Atau karamkan aku
ke laut tangismu karena perahuku telah kutambatkan
pada hijau lumut di batu-batu

1982

Sumber: Sajak-Sajak Diam (1983)

Analisis Puisi:

Puisi "Prahara" mengangkat tema penderitaan, dosa, dan kehancuran akibat konflik manusia. Ada juga nuansa religius yang mencerminkan keterasingan manusia dari Tuhan dan harapan akan keselamatan di tengah kekacauan.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa prahara (badai, kehancuran) yang terjadi di dunia berasal dari kesalahan dan dosa manusia. Kejahatan dan dendam yang terus diwariskan menciptakan penderitaan berkepanjangan, seolah-olah Tuhan telah "terbunuh" oleh perbuatan manusia sendiri. Di sisi lain, ada harapan untuk mencapai ketenangan atau keselamatan, meskipun pilihan akhirnya adalah tenggelam dalam kesedihan atau tetap bertahan dalam keterasingan.

Puisi ini bercerita tentang sebuah kehancuran yang terjadi akibat kesalahan manusia. Dosa-dosa yang diwariskan seperti prahara yang menghantam kehidupan, menciptakan luka dan nestapa di mana-mana. Alam pun ikut berduka, sungai-sungai mengalirkan racun, pasir menjerit, dan laut bergelora seakan menggambarkan kegelisahan semesta. Di tengah semua itu, manusia yang kehilangan arah mencoba mencari jalan—apakah harus terus berlayar atau menyerah pada kehancuran.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini penuh dengan kegelisahan, kehancuran, dan kepedihan. Ada ketegangan yang kuat, tercermin dari gambaran laut yang bergolak, angin yang menjulang ombak, dan sungai yang mengalirkan racun.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini mengingatkan bahwa kehancuran dan penderitaan manusia sering kali berasal dari dirinya sendiri. Dosa dan dendam yang terus diwariskan hanya akan memperparah penderitaan. Namun, ada harapan bagi mereka yang mencari ketenangan, meskipun jalannya tidak selalu mudah.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang menggambarkan suasana kehancuran dan keterasingan:
  • "Sepi berderit mengayuh perahu-perahu ke hulu" → menghadirkan gambaran perjalanan yang sunyi dan berat.
  • "di hilir sungai-sungai keruh, pasir di pantai menjeritkan keluh ke angkasa luka" → menciptakan visual penderitaan yang luas.
  • "Angin menjulangkan ombak ke langit hijau" → memberikan gambaran kekacauan alam yang mencerminkan kondisi batin manusia.

Majas

  • Metafora: "Prahara bermula dari laut dosa telaga purba" menggambarkan kehancuran yang berasal dari kesalahan manusia sejak zaman dahulu.
  • Personifikasi: "pasir di pantai menjeritkan keluh ke angkasa luka" memberikan sifat manusiawi pada pasir, seolah-olah ia bisa menjerit kesakitan.
  • Hiperbola: "Tuhan kita terbunuh di mana-mana, darahnya jadi sungai" adalah ungkapan dramatis yang menggambarkan bagaimana manusia telah melupakan nilai-nilai ketuhanan.
Puisi ini menghadirkan refleksi mendalam tentang kehancuran yang ditimbulkan oleh dosa dan dendam, serta pilihan antara bertahan dalam penderitaan atau mencari ketenangan meskipun jalannya sulit dan penuh ketidakpastian.

B. Y. Tand
Puisi: Prahara
Karya: B. Y. Tand

Biodata B. Y. Tand:
  • B. Y. Tand (Burhanuddin Yusuf Tanjung) lahir pada tanggal 10 Agustus 1942 di Indrapura, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.