Puisi: Pongah (Karya Adhitya Wanda Pratama)

Puisi "Pongah" karya Adhitya bercerita tentang seseorang yang tengah dilanda rindu yang begitu kuat terhadap seseorang yang ia cintai. Ia merasa ...

Pongah


Dalam rinai hujan yang basah
Ada namamu yang membikin resah
Di hatiku gelombang rindu bertumpah ruah
Membentur gugusan karang berpecah belah.

Berpaling darimu aku tak kuasa,
Meski situasi berkata tak bisa,
Maka telah kutimbang segala akibat,
Karena hanya kau lah yang menjadi obat,
Bagi berjalannya waktu yang lambat.

Aku menyeru, pada awan-awan kapas
Tak perlu lama-lama diam tak bebas
Hanya membikin rasa kian terkuras,
Habis haru segala rindu di kalbu,
Tumpah ruah segala sendu di waktu.

Aku menyerah,
Pada cuaca yang pongah,
Menyorong bayangmu yang indah

24 Oktober 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Pongah" Karya Adhitya Wanda Pratama mengangkat tema kerinduan dan ketidakberdayaan menghadapi perasaan. Penyair menggambarkan gelombang rindu yang begitu kuat hingga tak dapat ditahan, meskipun keadaan tidak mendukung pertemuan dengan sosok yang dirindukan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah perjuangan seseorang dalam menghadapi perasaan rindu yang begitu mendalam, meskipun ia sadar ada batasan yang menghalangi perasaannya. Keadaan (diibaratkan dengan cuaca yang pongah) seakan-akan mempermainkan emosinya, membuatnya pasrah terhadap perasaan yang terus menghantui.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang tengah dilanda rindu yang begitu kuat terhadap seseorang yang ia cintai. Ia merasa resah dan tak kuasa berpaling dari perasaannya. Namun, ia juga menyadari bahwa ada halangan yang membuat perasaan itu tak dapat terwujud sepenuhnya. Pada akhirnya, ia pasrah terhadap situasi yang tidak bisa ia kendalikan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, gelisah, dan pasrah. Penyair menggambarkan pergulatan batin antara keinginan dan kenyataan yang tidak sesuai harapan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan utama dalam puisi ini adalah manusia sering kali tak bisa melawan perasaan yang hadir dalam dirinya, tetapi terkadang pasrah adalah satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan. Rindu dan cinta adalah bagian dari kehidupan, dan tidak selalu bisa diwujudkan sesuai keinginan.

Imaji

  • Imaji Visual: "Dalam rinai hujan yang basah", "Membentur gugusan karang berpecah belah", memberikan gambaran suasana yang mendukung perasaan gelisah dan rindu.
  • Imaji Auditori: "Aku menyeru, pada awan-awan kapas", menciptakan kesan suara seruan yang seakan ingin melepaskan perasaan yang menyesakkan.
  • Imaji Kinestetik: "Tumpah ruah segala sendu di waktu", menggambarkan bagaimana kesedihan meluap-luap tanpa bisa ditahan.

Majas

  • Majas Personifikasi: "Pada cuaca yang pongah, menyorong bayangmu yang indah", memberikan sifat sombong pada cuaca, seakan mempermainkan perasaan penyair.
  • Majas Metafora: "Gelombang rindu bertumpah ruah", menggambarkan kerinduan yang begitu besar seperti gelombang lautan.
  • Majas Hiperbola: "Maka telah kutimbang segala akibat, karena hanya kaulah yang menjadi obat", menunjukkan bahwa sosok yang dirindukan memiliki arti yang sangat besar hingga dianggap sebagai satu-satunya penyembuh hati.
Puisi "Pongah" karya Adhitya Wanda Pratama menggambarkan kerinduan yang kuat dan perjuangan menghadapi perasaan yang sulit dikendalikan. Penyair menggambarkan bagaimana perasaan itu begitu menguasai dirinya, meskipun ada batasan yang membuatnya tak bisa bersatu dengan sosok yang dirindukan. Dengan penggunaan majas dan imaji yang kuat, puisi ini berhasil menghadirkan suasana gelisah, sedih, dan pasrah dalam menghadapi kenyataan.

Sepenuhnya
Puisi: Pongah
Karya: Adhitya Wanda Pratama

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.