Perempuan Kesepian
perempuan yang sepi
hatinya adalah secawan kopi
sekawan angin di jendela
tak berkepak
tak beriak
ia bersandar pada nasibnya
disaksi dinding bisu
dipukuli nestapa biru
sinar bulan di langsir
tak berombak
tak berkocak
perempuan yang sepi
ia minum hatinya sendiri
Sumber: Seberkas Kunci (1985)
Analisis Puisi:
Puisi "Perempuan Kesepian" Karya T. Alias Taib mengangkat tema kesepian, penderitaan batin, dan keterasingan. Puisi ini menggambarkan seseorang yang larut dalam kesunyian dan perasaan terasing dari dunia sekitarnya.
Makna Tersirat
Puisi ini menyiratkan bahwa kesepian bukan sekadar keadaan fisik, tetapi juga perasaan mendalam yang menggerogoti hati seseorang. Perempuan dalam puisi ini mengalami keterasingan emosional, seolah-olah dunia di sekelilingnya tak lagi hidup. Ia pasrah pada nasibnya, tanpa ada yang benar-benar memahami penderitaannya.
Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan yang merasa kesepian dan larut dalam perasaannya sendiri. Kesepiannya begitu mendalam hingga diibaratkan seperti ia "meminum hatinya sendiri"—menanggung beban emosional tanpa tempat berbagi.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini sangat melankolis dan hening. Kesepian terasa begitu pekat, diperkuat dengan gambaran tentang angin yang tak bergerak, sinar bulan yang tak berombak, serta dinding bisu yang menjadi saksi penderitaan perempuan itu.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengingatkan pembaca tentang realitas kesepian yang bisa dirasakan oleh seseorang, terutama mereka yang merasa terasing dan tak memiliki tempat untuk berbagi perasaan. Puisi ini juga menjadi refleksi tentang bagaimana kesepian bisa menjadi luka batin yang mendalam.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang menggambarkan kesunyian dan keterasingan:
- "hatinya adalah secawan kopi" → menghadirkan imaji rasa pahit, mungkin sebagai simbol kehidupan yang penuh kepahitan.
- "disaksi dinding bisu, dipukuli nestapa biru" → menciptakan gambaran suasana hampa dan penuh penderitaan.
- "sinar bulan di langsir tak berombak, tak berkocak" → menggambarkan dunia yang stagnan, tanpa perubahan atau harapan.
Majas
- Metafora: "hatinya adalah secawan kopi" menggambarkan kepahitan hidup yang harus ditelan sendiri.
- Personifikasi: "disaksi dinding bisu" memberi kesan bahwa dinding bisa menjadi saksi, tetapi tetap tak bisa berbuat apa-apa.
- Repetisi: Pengulangan frasa "tak berkepak, tak beriak" dan "tak berombak, tak berkocak" menegaskan kehampaan dan kesunyian yang melingkupi perempuan itu.
Puisi ini menyajikan gambaran yang sangat kuat tentang kesepian dan penderitaan batin seseorang yang harus menanggung rasa sakitnya sendiri tanpa ada yang bisa memahami atau menemani.
Karya: T. Alias Taib
Biodata T. Alias Taib:
- T. Alias Taib lahir pada tanggal 20 Februari 1943 di Kuala Terengganu, Malaysia. Ia mulai menulis puisi dan cerpen pada tahun 1960.
- T. Alias Taib meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 2004 di Kuala Lumpur, Malaysia.