Puisi: Pengembara (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Pengembara" karya Isbedy Stiawan ZS bercerita tentang seseorang yang menjalani perjalanan cinta penuh keindahan dan harapan, tetapi juga ...
Pengembara

ia tersenyum. katanya kemudian, biarkan aku dilumat
oleh petang demi petang. dalam pengembaraan yang diwarnai cinta,
apa yang tak indah? tanah selalu ditumbuhi bunga, langit lembayung
pelangi. di tubuh ini bermekaran benihmu yang akan kusemai
di musim panen nanti. (lalu ia menggamit lenganmu, mendekap-rapat
di keluasan cintamu).

"aku bukan Juliet yang mati meminum racun
di pembaringan pengantin yang lama disiapkan," ia berbisik.

lalu bau pantai menguar. lalu aroma taman meruap. ia pun seperti
lelap: ia bayangkan hidup di firdaus penuh buah dan bunga - pohon
larangan untuk didekati - melambai, seperti hendak menggapai. kau
lalu memeluknya, sangat ingin mengecupnya sekali lagi. kau
amat khawatir tak ada lagi pertemuan, tak akan ada jalan
pengembaraan setelah ini. sebab seluruh jalan sudah patah,
dan kau akan kembali ke rumah. menemani keriuhan sambil
menghitung-hitung kesunyian,

"sebenarnya petang sudah makin beruban. jendela kamar
tempat kita singgah sementara seharusnya sudah ditutup untuk tidak
membiarkan angin membelai tubuhmu," katamu seraya menutup
rapat selimut ke tubuhmu dan dirinya.

"selamat malam, selamat tidur. jika pagi esok kaudapati
matahari di tepi jendela, artinya waktu masih setia untuk kita. maka pejamkan
matamu, kota-kota yang riuh akan mati."

ia lalu tersenyum. melupakan perjalanan yang telah jauh ditempuh,
khianat yang laknat. cerca yang diam-diam dalam tertanam,
dan entah esok akan menggemuruh sebagai ledakan-ledakan

"tapi aku akan mencatat tanda di tubuhmu, tanggalkan
pakaianmu. kuhitung untuk kuingat berapa bekas kecupanku berlabuh,
dan entah kapan pastilah kujadikan suluh,
ketika mataku buta dan tongkat tiada," ia berkata
setengah memaksa.

ia tersenyum. demikianlah kisah ditulis dan kita membacanya

di rumah-rumah sunyi
di rumah-rumah yang hangat oleh cinta sekalipun!

kau tersenyum. demikian kisah dibaca dan ditulis
dalam lembar-lembar pengembara
lelaki khianat, betina laknat

- dan kisah-kisah itu terbaca oleh kita -
di hari lain suatu ketika…

Denpasar Juni 1998-Lampung 2001

Analisis Puisi:

Puisi "Pengembara" karya Isbedy Stiawan ZS adalah puisi yang kaya akan makna, penuh dengan simbolisme dan nuansa emosional yang mendalam. Dengan bahasa yang puitis dan penuh perumpamaan, puisi ini mengisahkan perjalanan cinta, pengkhianatan, dan refleksi atas kehidupan serta hubungan manusia.

Tema

Puisi ini mengangkat tema cinta, pengkhianatan, perjalanan hidup, dan pencarian makna dalam pengembaraan. Ada juga nuansa refleksi tentang waktu, kebersamaan, dan kemungkinan perpisahan.

Makna Tersirat

Secara tersirat, puisi ini menggambarkan perjalanan hidup seseorang dalam mencari dan mengalami cinta. Ada kebahagiaan dalam kebersamaan, namun juga tersirat kekhawatiran tentang masa depan dan ketidakpastian hubungan. Kalimat "sebab seluruh jalan sudah patah, dan kau akan kembali ke rumah" mencerminkan rasa kehilangan atau kesadaran bahwa perjalanan (baik secara fisik maupun emosional) akan segera berakhir.

Di bagian lain, puisi ini juga menyinggung tentang pengkhianatan dan luka yang ditinggalkan oleh hubungan. Tokoh dalam puisi ini seolah ingin mencatat dan mengingat setiap momen yang pernah terjadi, bahkan jika suatu hari nanti semuanya akan sirna.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang menjalani perjalanan cinta penuh keindahan dan harapan, tetapi juga diliputi oleh keraguan dan kepedihan. Tokoh dalam puisi berbicara tentang petang yang "makin beruban," menandakan waktu yang terus berjalan dan ketidakpastian yang semakin mendekat.

Ada juga gambaran tentang seorang perempuan yang menolak menjadi Juliet yang mati karena cinta, mencerminkan semangat untuk tetap hidup meskipun cinta bisa penuh luka. Di sisi lain, ada kesadaran bahwa semua perjalanan akan mencapai akhirnya, dan tokoh dalam puisi menyadari bahwa hidup akan kembali ke kesehariannya yang penuh kesepian dan kenangan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:

Metafora:
  • "Petang sudah makin beruban" → Petang yang "beruban" menggambarkan waktu yang menua dan semakin menuju akhir.
  • "Kota-kota yang riuh akan mati" → Melambangkan keheningan setelah perjalanan penuh gejolak.
Personifikasi:
  • "Langit lembayung pelangi" → Langit digambarkan seolah memiliki emosi dan keindahan yang penuh warna.
  • "Bau pantai menguar, aroma taman meruap" → Memberikan kesan bahwa alam memiliki kehadiran yang kuat dalam perasaan manusia.
Repetisi:
  • "ia tersenyum" → Diulang beberapa kali untuk menekankan perasaan yang sulit ditebak, antara kebahagiaan, pasrah, atau ironi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa cinta dan kehidupan adalah perjalanan panjang yang penuh dengan keindahan, pengorbanan, dan pengkhianatan. Tidak semua cinta harus berakhir dengan kehancuran seperti kisah Romeo dan Juliet, tetapi setiap kisah akan selalu meninggalkan jejak di dalam diri seseorang.

Selain itu, puisi ini juga mengajarkan bahwa waktu terus berjalan, dan apa yang kita alami hari ini suatu saat hanya akan menjadi kenangan yang dibaca dan ditulis ulang oleh generasi berikutnya.

Imaji

Puisi ini penuh dengan imaji visual dan imaji perasaan yang mendalam:

Imaji visual:
  • "Tanah selalu ditumbuhi bunga, langit lembayung pelangi" → Gambaran keindahan alam yang melambangkan kebahagiaan dalam perjalanan cinta.
  • "Bau pantai menguar, aroma taman meruap" → Imaji penciuman yang menghadirkan kesan mendalam tentang suasana.
Imaji perasaan:
  • "Ia lalu tersenyum. Melupakan perjalanan yang telah jauh ditempuh, khianat yang laknat, cerca yang diam-diam dalam tertanam" → Menyampaikan perasaan pasrah, tetapi juga menyiratkan luka yang masih ada di dalam hati.
Puisi "Pengembara" karya Isbedy Stiawan ZS adalah puisi yang menggambarkan perjalanan cinta dan kehidupan dengan bahasa yang indah dan penuh simbolisme. Dengan nuansa romantis, melankolis, dan reflektif, puisi ini menyajikan kisah tentang harapan, kebersamaan, pengkhianatan, dan kesadaran bahwa semua perjalanan akan berakhir pada waktunya.

Puisi Pengembara
Puisi: Pengembara
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.