Puisi: Pelaminan Begitu Lengang (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Pelaminan Begitu Lengang" karya Isbedy Stiawan ZS bercerita tentang seorang perempuan yang mengalami penderitaan dan eksploitasi dalam ...
Pelaminan Begitu Lengang

setelah menanam kutuk
lahir peri dari rahimmu
lalu melunta di kamar-kamar
matikan lampu
yang tumbuh di dinding
"aku kunti dari segala peri
menyasapkan petualang
yang datang dan pergi
menjilati tubuhku,
menancapkan kelamin."
kudengar rintihmu
sepanjang malam
dari bilik kamar
yang samar

setelah itu tawamu
tak lagi sampai menggoda
untuk menjerat
syahwat kami
di pohon kapuk
kau menggantung
dengan kelamin buntung
dan perut kembali bunting
oleh ratusan peri
yang kehilangan mata

matahari bukan lagi
yang datang kemarin
tapi pelaminan
begitu lengang
ditinggal para lelaki
mencari ibu segala peri
(melebihi parasmu)
untuk dikawini
"selamat tinggal pohon kapuk
dilupakan karena lapuk."
kudengar rintihmu
ditinggal para lelaki.

Lampung, 8 November 2003

Analisis Puisi:

Puisi "Pelaminan Begitu Lengang" karya Isbedy Stiawan ZS merupakan puisi yang penuh simbolisme dan kritik sosial. Isbedy Stiawan ZS dikenal sebagai penyair dengan gaya bahasa yang tajam dan penuh makna mendalam. Dalam puisi ini, ia menggambarkan kisah tragis seorang perempuan yang mengalami penderitaan dalam kehidupan rumah tangga atau asmara, dengan latar yang penuh nuansa kelam.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah penderitaan perempuan dan kritik terhadap eksploitasi serta ketidakadilan dalam hubungan. Puisi ini juga menyinggung persoalan cinta yang penuh luka, pengkhianatan, serta kejamnya dunia terhadap perempuan yang telah kehilangan kehormatan atau harga dirinya.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini berkaitan dengan penderitaan seorang perempuan yang menjadi korban dari sistem sosial yang tidak berpihak padanya. Ia digambarkan sebagai sosok yang mengalami eksploitasi, pengkhianatan, hingga akhirnya ditinggalkan dalam kesendirian.
  • Kata "pelaminan begitu lengang" menggambarkan harapan akan kebahagiaan yang sirna.
  • Perempuan dalam puisi ini tampaknya mengalami eksploitasi seksual, di mana ia hanya digunakan lalu ditinggalkan oleh para lelaki.
  • Metafora "pohon kapuk" dan "kelamin buntung" dapat diartikan sebagai kehancuran tubuh dan martabat perempuan akibat eksploitasi dan pengkhianatan.
  • Ratusan peri yang kehilangan mata melambangkan penderitaan yang terus-menerus terjadi, seolah-olah ada banyak korban lain yang mengalami nasib serupa.
Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan yang mengalami penderitaan dan eksploitasi dalam kehidupannya, lalu berakhir dalam kesendirian setelah ditinggalkan oleh para lelaki. Ia mungkin pernah memiliki harapan akan cinta atau kebahagiaan dalam pernikahan (pelaminan), tetapi harapan itu sirna karena dunia yang begitu kejam terhadapnya.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa kelam, tragis, dan menyedihkan. Puisi ini menggambarkan perasaan pilu, kepedihan, serta pengkhianatan yang mendalam.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Beberapa pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah:
  • Perempuan sering menjadi korban eksploitasi dan pengkhianatan dalam kehidupan sosial.
  • Harapan akan kebahagiaan bisa sirna karena ketidakadilan yang dialami seseorang.
  • Dunia cenderung tidak berpihak pada mereka yang telah kehilangan martabatnya, terutama perempuan yang dianggap "tidak suci" lagi.
  • Kesetiaan dan cinta yang tulus sulit ditemukan di dunia yang penuh dengan kepentingan pribadi dan eksploitasi.

Imaji

Puisi ini memiliki imaji yang kuat dan menciptakan gambaran visual yang mendalam, seperti:
  • Imaji visual: "di pohon kapuk kau menggantung dengan kelamin buntung" menggambarkan penderitaan dan keputusasaan yang ekstrem.
  • Imaji auditori: "kudengar rintihmu sepanjang malam" menciptakan efek suara penderitaan yang mendalam.
  • Imaji simbolik: "pelaminan begitu lengang" bukan hanya menggambarkan kekosongan fisik, tetapi juga kehampaan emosional dan harapan yang hilang.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkuat makna dan efek emosionalnya:
  • Metafora: "pohon kapuk" melambangkan ketidakberdayaan dan keterasingan.
  • Personifikasi: "pelaminan begitu lengang ditinggal para lelaki" memberikan kesan bahwa pelaminan memiliki perasaan kosong dan sepi.
  • Hiperbola: "ratusan peri yang kehilangan mata" menggambarkan penderitaan yang meluas dan berulang.
Puisi "Pelaminan Begitu Lengang" karya Isbedy Stiawan ZS adalah puisi yang menggambarkan penderitaan perempuan yang mengalami eksploitasi, pengkhianatan, dan kehancuran harapan. Dengan bahasa yang penuh metafora dan simbolisme, puisi ini mengkritik sistem sosial yang seringkali tidak adil terhadap perempuan.

Puisi ini menyentuh sisi tragis kehidupan, di mana cinta yang diharapkan menjadi kebahagiaan justru berubah menjadi penderitaan yang mendalam. Pada akhirnya, puisi ini mengingatkan kita untuk lebih peka terhadap nasib dan penderitaan perempuan yang seringkali diabaikan oleh masyarakat.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Pelaminan Begitu Lengang
Karya: Isbedy Stiawan ZS

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.