Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Pada Batas (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Pada Batas mengangkat" tema eksistensi, kematian, dan pencarian makna hidup. Ada refleksi mendalam tentang perjalanan hidup, batas antara ...
Pada Batas

Akhirnya hanya satu kata terlontar
Hanya satu kata: "berikan"
Sebuah lagi dunia, kataku, bumi kedua
Ruang tambah luas — panen udara

Tapi jangan kau rebut dunia baka
Alam, kelak rohku terlontar
Jasad dihisap cacing dan racun tanah
Jejak hidup merayap, pikiran-pikiran garis maya

Di sana: bergelak sendiri, biarkan aku sendiri
Di mana kau "Yang sendiri?" pada kaki langit
Horison tidak lagi tergerat
Daerah ujung sebelum akhirat!

Tinggal sebuah kemungkinan
Menyeret rohku menepi
Pada lapangan luas
Adakah cintaku di sini?

Jangan kembalikan kisah hari-hari sendat
Getaran jari, ucapan-ucapan gagap
Ketika hampa begitu dalam mengendap
Mondar-mandir mencari harap!

Kelak mimpi akan jadi kenyataan
Cinta bagai rumput melebat padat
Jiwa dendam di mana kau simpan di mana
Juga yang tidak bisa diucapkan

Jakarta, 1970

Sumber: Gergaji (2001)

Analisis Puisi:

Puisi "Pada Batas mengangkat" tema eksistensi, kematian, dan pencarian makna hidup. Ada refleksi mendalam tentang perjalanan hidup, batas antara dunia dan akhirat, serta harapan yang mungkin tak selalu menemukan jawabannya.

Makna Tersirat

Puisi ini menggambarkan kegelisahan seseorang yang berada di ambang batas kehidupan dan kematian. Ada perenungan tentang dunia yang luas, tentang kehidupan setelah mati, serta pertanyaan apakah cinta akan tetap ada setelah batas tersebut dilewati.

Puisi ini menceritakan seseorang yang sedang merenungkan hidup dan kematiannya. Ia berbicara tentang dunia yang luas, tetapi juga menyadari keterbatasan manusia. Ada ketakutan dan kegelisahan akan nasib roh setelah tubuhnya hancur, serta harapan akan cinta yang mungkin masih bisa bertahan meskipun hidup telah berakhir.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini menghadirkan suasana yang penuh kegelisahan dan refleksi. Ada kesepian, ketidakpastian, dan harapan yang tersirat di antara baris-barisnya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan dan kematian. Manusia mungkin bisa memperluas dunianya, tetapi ada batas yang tidak bisa dihindari—kematian. Meski begitu, cinta dan harapan tetap menjadi bagian penting dari perjalanan ini.

Imaji

  • "Jasad dihisap cacing dan racun tanah" → menghadirkan imaji kematian yang nyata dan mengerikan.
  • "Cinta bagai rumput melebat padat" → memberikan gambaran cinta yang tumbuh subur meskipun kehidupan penuh tantangan.
  • "Mondar-mandir mencari harap!" → memperlihatkan kegelisahan seseorang yang mencari makna atau jawaban.

Majas

  • Metafora: "Horison tidak lagi tergerat" menggambarkan batas antara dunia dan akhirat yang tak bisa diganggu.
  • Personifikasi: "Cinta bagai rumput melebat padat" memberikan cinta sifat seperti tumbuhan yang tumbuh subur.
  • Hiperbola: "Jiwa dendam di mana kau simpan di mana" menekankan pencarian yang mendalam akan sesuatu yang hilang atau tak terjawab.
Puisi ini menyajikan perenungan tentang batas antara hidup dan mati, serta bagaimana cinta dan harapan masih berusaha bertahan meskipun segala sesuatu perlahan-lahan menghilang.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Pada Batas
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.