Puisi: Orangku (Karya Hasbi Burman)

Puisi "Orangku" menggambarkan bagaimana pantai Aceh menjadi saksi bisu perlawanan panjang rakyat Aceh melawan pasukan kolonial yang berkali-kali ...
Puisi Orangku

Ketika malam menutup Pulau Weh dan Pulau Rondo
di kegelapan sang serdadu Belanda mendapat ilham
bahwa pantai kerajaan Aceh kian dekat
bergegaslah mempersiapkan bala tentara
menjelang subuh yang dingin menutup tulang
tak terasa di badan tentara yang kampung indatunya empat musim itu
yang bibir pantainya seratus tahun ke depan
dihitung kalender masehi waktu itu
ditelan habis oleh naga tsunami
para kalasipun bergegas menurunkan layar
kapal ratu Belanda itu
kapal ke sekian kali menyerang Aceh
namun tak menangkan perang
mereka tahu sifat orang-orangku
yang rindu fulus dan emas
yang ditembak tentara Belanda ke Pantai Aceh.

Baiturrahman, 13 April 2008

Analisis Puisi:

Tema utama dalam puisi "Orangku" adalah sejarah kolonialisme dan perjuangan rakyat Aceh menghadapi penjajahan Belanda. Puisi ini menggambarkan bagaimana pantai Aceh menjadi saksi bisu perlawanan panjang rakyat Aceh melawan pasukan kolonial yang berkali-kali menyerang namun gagal menaklukkan.

Di sisi lain, puisi ini juga menyentuh tema kepribadian dan karakter manusia Aceh yang keras, penuh semangat juang, namun juga memiliki sisi lemah yang tergoda oleh harta dan kekayaan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah pengingat tentang sejarah panjang perjuangan Aceh melawan penjajah. Aceh yang terkenal tangguh di medan perang, ternyata juga memiliki kelemahan, yaitu ketertarikan pada materi seperti fulus (uang) dan emas.

Selain itu, puisi ini menyiratkan bahwa perjuangan mempertahankan tanah air tidak cukup hanya dengan keberanian fisik, tetapi juga memerlukan keteguhan hati dan sikap mental yang tidak mudah tergoda oleh iming-iming kekayaan.

Puisi ini juga mengandung makna tersirat tentang kebanggaan identitas lokal sekaligus kritik terhadap sebagian orang yang mudah tergoda oleh keuntungan pribadi, meski itu merugikan bangsanya sendiri.

Puisi ini bercerita tentang serdadu Belanda yang mendapat ilham tentang pantai Aceh yang semakin dekat. Itu adalah isyarat bahwa invasi Belanda ke Aceh semakin intens. Namun, sejarah mencatat bahwa meski berkali-kali diserang, Aceh tetap tak mudah ditaklukkan.

Dalam perjalanan sejarah itu, Belanda memahami sifat “orangku”, yaitu sebagian orang Aceh yang masih tergoda oleh fulus dan emas yang ditembakkan (ditawarkan) oleh Belanda. Ini menggambarkan dilema perjuangan, di mana di tengah semangat heroik mempertahankan tanah air, ada sebagian orang yang tergoda menjadi kaki tangan penjajah demi keuntungan materi.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa historis, tegang, sekaligus getir. Ketegangan muncul dari gambaran invasi yang semakin dekat, sementara kegetiran terasa saat disinggung bahwa sebagian “orangku” justru mudah tergoda oleh harta yang ditawarkan musuh.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang ingin disampaikan Hasbi Burman melalui puisi ini adalah menghargai sejarah perjuangan rakyat Aceh yang pantang menyerah. Namun, di sisi lain, puisi ini juga mengkritik sifat sebagian orang yang mudah dibeli dengan uang dan emas.

Puisi ini mengingatkan bahwa perjuangan sejati bukan hanya melawan musuh dari luar, tetapi juga melawan kelemahan dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan mudah tergoda oleh materi.

Imaji

Puisi ini menyajikan imaji historis dan visual yang kuat, seperti:
  • “Malam menutup Pulau Weh dan Pulau Rondo” — menghadirkan imaji visual tentang pemandangan malam di kawasan pantai Aceh.
  • “Kapal ratu Belanda itu, kapal ke sekian kali menyerang Aceh” — membawa pembaca pada imaji sejarah peperangan laut.
  • “Yang ditembak tentara Belanda ke Pantai Aceh” — menghadirkan gambaran peperangan dan peluru yang berisi iming-iming fulus dan emas.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Personifikasi: “malam menutup Pulau Weh dan Pulau Rondo” — malam seolah memiliki tangan yang menutup pulau.
  • Metafora: “naga tsunami” — menggambarkan kedahsyatan tsunami yang melahap bibir pantai.
  • Sarkasme: “mereka tahu sifat orang-orangku, yang rindu fulus dan emas” — kritik tajam terhadap sifat tamak sebagian orang.
  • Hiperbola: “kapal ke sekian kali menyerang Aceh, namun tak menangkan perang” — melebih-lebihkan jumlah serangan untuk mempertegas ketangguhan Aceh.

Hasbi Burman
Puisi: Orangku
Karya: Hasbi Burman

Biodata Hasbi Burman:
  • Hasbi Burman (Presiden Rex) lahir pada tanggal 9 Agustus 1955 di Lhok Buya, Aceh Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.