Puisi: Mengapa Kebenaran Tidak Punya Mulut (Karya Melki Deni)

Puisi "Mengapa Kebenaran Tidak Punya Mulut" karya Melki Deni adalah kritik tajam terhadap ketidakadilan dan korupsi yang masih merajalela dalam ...
Mengapa Kebenaran Tidak Punya Mulut

Di restoran Hong Kong gadis Amerika Serikat membaca berita
para pejabat di Indonesia pamer kekayaan di media sosial. Saya melepaskan
garpu, membaca berita itu. Rubicon Mario Dendy Satrio, anak pegawai pajak
menganiaya David sampai koma. Di Rumah Sakit David ingin melewati
masa-masa koma, tak ingin titik. David ingin melunasi pajak kepada negara,
tanah tumpah darah yang mulia. Tetesan darah David menjebol jeruji besi
anker korupsi di kantor perpajakan.
"Kok bisa pegawai pajak korupsi, dan pemer kekayaan korupsi?" gumam 
sahabat dari Jerman. Gadis Amerika Serikat memotong:
"Pecunia non olet, kata Kaisar Roma Vespasianus Agustus kepada Titus, anaknya."
"Mengapa kebenaran tidak punya mulut?" tanyaku sebelum ke toilet.
Pemuda Jerman menjawab: "Karena dicuri oleh koruptor."
"Darah David telah berbicara. Darah adalah juga 
mulut kebenaran, bukan?" kata gadis dari Amerika Serikat itu.

Madrid, 15 Maret 2023

Analisis Puisi:

Puisi "Mengapa Kebenaran Tidak Punya Mulut" Karya Melki Deni mengangkat tema keadilan, korupsi, dan ketidakadilan sosial. Puisi ini menyoroti realitas pahit tentang bagaimana kebenaran sering kali dibungkam oleh kekuatan yang lebih besar, terutama dalam konteks korupsi dan ketidakadilan hukum.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa kebenaran sering kali tak bersuara di hadapan kekuasaan yang korup. Dalam kasus yang diangkat, korban ketidakadilan (David) harus berjuang di tengah sistem yang dikuasai oleh mereka yang memiliki kekayaan dan pengaruh. Meskipun kebenaran seolah tak memiliki mulut, darah korban menjadi simbol dari kebenaran yang akhirnya berbicara.

Puisi ini bercerita tentang sebuah diskusi di restoran Hong Kong, di mana beberapa orang dari berbagai negara membahas berita tentang kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dendy Satrio, anak seorang pegawai pajak Indonesia. Berita ini menjadi simbol dari ketidakadilan dan korupsi yang merajalela di negeri ini. Percakapan berlanjut dengan pertanyaan tentang mengapa kebenaran tidak bersuara, yang dijawab dengan sindiran tajam bahwa kebenaran telah "dicuri oleh koruptor."

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memiliki suasana kritik sosial yang tajam, getir, dan penuh ironi. Ada nuansa ketidakberdayaan, di mana kebenaran tampak tak bersuara di hadapan kekuasaan, tetapi juga ada harapan, bahwa darah korban yang menjadi simbol kebenaran akan berbicara sendiri.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan utama dalam puisi ini adalah:
  • Korupsi dan ketidakadilan merusak nilai-nilai keadilan dalam masyarakat.
  • Kebenaran sering kali dibungkam oleh mereka yang berkuasa, tetapi pada akhirnya, keadilan akan menemukan jalannya sendiri.
  • Masyarakat harus lebih kritis dan berani bersuara untuk melawan ketidakadilan.

Imaji

Puisi ini menggunakan imaji yang kuat untuk menggambarkan realitas sosial:
  • "Tetesan darah David menjebol jeruji besi anker korupsi di kantor perpajakan." → Menghadirkan imaji dramatis tentang bagaimana penderitaan korban menjadi simbol perlawanan terhadap korupsi.
  • "Darah David telah berbicara. Darah adalah juga mulut kebenaran, bukan?" → Imaji ini menunjukkan bagaimana pengorbanan korban bisa menjadi suara yang lebih kuat daripada sekadar kata-kata.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkuat maknanya:
  • Metafora, seperti "kebenaran tidak punya mulut" yang menggambarkan bagaimana keadilan sering kali terbungkam oleh kekuasaan.
  • Ironi, terlihat dalam dialog para tokoh yang mempertanyakan mengapa korupsi begitu leluasa terjadi, seolah tanpa pengawasan hukum yang kuat.
  • Personifikasi, dalam kalimat "Darah David telah berbicara." yang menggambarkan darah sebagai simbol dari kebenaran yang tidak bisa lagi dibungkam.
Puisi "Mengapa Kebenaran Tidak Punya Mulut" karya Melki Deni adalah kritik tajam terhadap ketidakadilan dan korupsi yang masih merajalela dalam masyarakat. Dengan menggunakan peristiwa nyata sebagai inspirasi, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kekuasaan sering kali membungkam kebenaran, tetapi pada akhirnya, keadilan akan tetap berbicara melalui pengorbanan mereka yang tertindas.

Puisi Melki Deni
Puisi: Mengapa Kebenaran Tidak Punya Mulut
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
  • Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).
  • Saat ini ia tinggal di Madrid, Spanyol.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.