Puisi: Mengantar Jenazah (Karya Trisno Soemardjo)

Puisi "Mengantar Jenazah" karya Trisno Soemardjo bercerita tentang seorang jenazah yang diantar ke tempat peristirahatan terakhirnya. Sementara ...
Mengantar Jenazah

Nasib berakhir bagai mayat terkapar,
betapa banyak pun yang mengantar.

Mayat diangkat
dan pawai berangkat.
Pulanglah debu ke tempat debu.

Dia aman terhadap hujan.
Basah-kuyup orang berlari
mencari perlindungan duniawi.

Dia aman terhadap dunia.
Puntang-panting orang berlari,
menyelamatkan dunianya sendiri:
sekeping hati masih berdetak
di rongga dada sebesar kotak.

24 Maret 1939

Sumber: Horison (Juni, 1969)

Analisis Puisi:

Puisi "Mengantar Jenazah" Karya Trisno Soemardjo mengangkat tema kematian dan kefanaan manusia. Puisi ini menggambarkan perjalanan terakhir seseorang setelah meninggal, menunjukkan kontras antara kehidupan dan kematian.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah ketiadaan seseorang setelah kematian membuatnya terbebas dari segala urusan duniawi, sementara yang masih hidup tetap sibuk dengan masalah dunia mereka sendiri. Penyair juga menyoroti kepastian kematian yang akan datang pada setiap manusia, tanpa peduli seberapa banyak orang yang mengiringinya ke liang kubur.

Puisi ini bercerita tentang seorang jenazah yang diantar ke tempat peristirahatan terakhirnya. Sementara mayat itu telah "aman" dari penderitaan dunia, orang-orang yang masih hidup tetap sibuk menghadapi masalah mereka sendiri, seperti mencari perlindungan dari hujan atau menyelamatkan kepentingan duniawi mereka.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini menghadirkan suasana sendu, hening, dan penuh perenungan. Ada kesan kontras antara kedamaian yang dimiliki oleh jenazah dengan kegelisahan yang masih melanda mereka yang hidup.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini mengingatkan kita bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak bisa dihindari. Setelah seseorang meninggal, ia tidak lagi terpengaruh oleh dunia, sementara mereka yang hidup masih harus berjuang dengan realitas kehidupan.

Imaji

  • Imaji Visual: "Nasib berakhir bagai mayat terkapar", menggambarkan kondisi jenazah yang terbujur kaku.
  • Imaji Taktil: "Basah-kuyup orang berlari", memberikan sensasi dinginnya hujan yang membasahi tubuh.
  • Imaji Auditori: "Puntang-panting orang berlari", menciptakan kesan kegelisahan dan kepanikan di tengah kehidupan yang terus berjalan.

Majas

  • Majas Metafora: "Pulanglah debu ke tempat debu", menyiratkan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.
  • Majas Personifikasi: "Dia aman terhadap dunia", memberikan sifat manusiawi kepada jenazah, seolah ia kini terbebas dari segala hal duniawi.
  • Majas Hiperbola: "Sekeping hati masih berdetak di rongga dada sebesar kotak", memperkuat gambaran tentang manusia yang masih hidup dan tetap berjuang dengan dunianya.
Puisi "Mengantar Jenazah" karya Trisno Soemardjo adalah puisi yang mendalam tentang kepastian kematian dan perbedaan antara mereka yang telah tiada dengan yang masih hidup. Dengan bahasa yang sederhana tetapi penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kefanaan hidup dan menyadari bahwa pada akhirnya, semua manusia akan kembali ke tanah.

Puisi Trisno Soemardjo
Puisi: Mengantar Jenazah
Karya: Trisno Soemardjo

Biodata Trisno Soemardjo:
  • Trisno Soemardjo (dieja Trisno Sumarjo) lahir pada tanggal 6 Desember 1916 di Surabaya.
  • Trisno Sumardjo meninggal dunia pada tanggal 21 April 1969 (pada usia 52 tahun) di Jakarta.
  • Trisno Sumardjo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1945.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.