Puisi: Memo (Karya Mustiar AR)

Puisi "Memo" karya Mustiar AR menceritakan tentang sebuah memo atau catatan singkat yang menyatakan bahwa suatu agenda telah ditolak. Meskipun ...
Memo
(kepada Syarifuddin Aliza)

Din. Agenda itu
Ditolaknya.

Suak Indrapuri, 2018

Analisis Puisi:

Puisi "Memo" karya Mustiar AR adalah salah satu puisi pendek yang sarat makna. Dengan hanya dua baris yang singkat, puisi ini tetap mampu menghadirkan pesan yang mendalam, menggugah rasa ingin tahu, serta mengajak pembaca untuk menafsirkan maknanya lebih jauh.

Tema

Tema utama dalam puisi ini berkisar pada penolakan, keputusan, dan komunikasi singkat. Judul "Memo" sendiri mengacu pada catatan singkat yang biasanya digunakan dalam komunikasi formal atau administratif.

Makna Tersirat

Puisi ini bisa diartikan sebagai simbol dari keputusan yang diambil tanpa banyak penjelasan. Penggunaan kata "agenda" menunjukkan bahwa ada suatu rencana atau pertemuan yang telah dijadwalkan, tetapi kemudian "ditolaknya," yang berarti ada penolakan atau pembatalan.

Makna tersirat dari puisi ini dapat mencerminkan berbagai situasi, seperti:
  • Penolakan terhadap suatu keputusan besar dalam hidup.
  • Bentuk protes atau ketidaksepakatan terhadap sesuatu.
  • Sebuah komunikasi yang terputus atau kesalahpahaman dalam hubungan.
Dengan hanya menyebutkan "Ditolaknya," puisi ini juga mengundang interpretasi terbuka bagi pembaca untuk membayangkan siapa yang menolak, mengapa ditolak, dan apa dampaknya.

Puisi ini menceritakan tentang sebuah memo atau catatan singkat yang menyatakan bahwa suatu agenda telah ditolak. Meskipun sangat singkat, puisi ini tetap mampu menghadirkan narasi tentang keputusan yang diambil dengan tegas.

Suasana dalam Puisi

Karena puisi ini sangat singkat dan hanya terdiri dari dua baris, suasana yang ditimbulkan bisa berbeda-beda tergantung interpretasi pembaca. Namun, secara umum, suasana yang mungkin terasa adalah resmi, singkat, tegas, dan mungkin juga sedikit dingin atau kaku.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa keputusan dalam hidup terkadang harus diambil dengan singkat dan tegas. Tidak semua hal perlu dijelaskan panjang lebar, dan kadang-kadang komunikasi yang efektif adalah yang langsung pada intinya.

Selain itu, puisi ini juga dapat mengajarkan bahwa penolakan adalah bagian dari kehidupan, baik dalam dunia kerja, hubungan sosial, maupun keputusan pribadi.

Imaji

Meskipun puisi ini sangat singkat, ada imaji yang dapat ditangkap, yaitu:
  • Imaji visual: Bayangan memo atau catatan tertulis yang menginformasikan bahwa agenda telah ditolak.
  • Imaji perasaan: Kesimpelan dan ketegasan dalam baris "Ditolaknya" bisa menimbulkan rasa kecewa, ketidakpastian, atau bahkan kebebasan, tergantung dari sudut pandang pembaca.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas, seperti:
  • Elipsis (penghilangan kata): Kalimat dalam puisi ini sangat singkat, tetapi masih dapat dipahami meskipun ada bagian yang tersirat.
  • Metonimia: Kata "memo" bisa mewakili keseluruhan konsep komunikasi administratif atau perintah dalam suatu sistem.
  • Ironi (jika dibaca dengan nada tertentu): Bisa saja kata "ditolaknya" mengandung kesan sarkastik atau memiliki makna ganda tergantung konteksnya.
Puisi "Memo" karya Mustiar AR adalah puisi yang singkat tetapi padat makna. Dengan hanya dua baris, puisi ini berhasil menyampaikan tema tentang penolakan dan keputusan yang diambil secara tegas. Makna tersiratnya terbuka untuk berbagai interpretasi, mulai dari keputusan dalam kehidupan pribadi hingga pesan tentang komunikasi yang ringkas dan efektif.

Dengan suasana yang tegas dan sederhana, puisi ini mengingatkan kita bahwa tidak semua hal perlu dijelaskan panjang lebar, dan dalam beberapa situasi, sebuah keputusan bisa cukup disampaikan dalam satu kata: "Ditolaknya."

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Memo
Karya: Mustiar AR

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.