Membaca Air Danau di Wajahmu
sore melintas dalam perjalanan langit mendung
jemarimu lincah memainkan cuaca di rahim waktu
seperti kanak-kanak bermain lesung
saat musim panen usai, tanah matahari tak lagi menentu
bersama di kotamu seperti membaca air danau di wajahmu
jendela-jendela di matamu memanggilku untuk bertemu
merajut butir-butir embun di pucuk-pucuk daun bakung
mengepakan kecemasan bersama burung-burung
dan danau yang bising oleh suara mesin perahu kita
diam-diam desahmu mengalirkan airmata
masih tersisa basah air danau di wajahmu
sementara rindu di tubuhmu mengalir
mencari gemuruh nafasku yang menari getir.
2003
Analisis Puisi:
Puisi "Membaca Air Danau di Wajahmu" Karya Tri Astoto Kodarie adalah puisi yang penuh dengan metafora alam untuk menggambarkan perasaan dan hubungan manusia. Dengan bahasa yang lembut namun emosional, puisi ini menciptakan gambaran mendalam tentang perasaan rindu, kebersamaan, dan mungkin juga kesedihan yang mengalir seperti air danau.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah perasaan rindu dan refleksi perasaan melalui alam, khususnya air danau. Puisi ini juga mengangkat suasana kebersamaan yang terselip dalam perubahan waktu dan alam.
Makna Tersirat
Secara tersirat, puisi ini menggambarkan hubungan emosional antara dua individu yang direfleksikan melalui unsur-unsur alam, seperti air danau, embun, burung-burung, dan cuaca. Ada kesan bahwa perasaan yang muncul dalam puisi ini bersifat mendalam, mungkin melibatkan kenangan, cinta, atau kehilangan. Penggunaan kata "rindu di tubuhmu mengalir" menunjukkan bahwa ada perasaan yang terus bergerak mencari sesuatu yang mungkin sudah jauh atau sulit dijangkau.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang berada di kota bersama orang yang dikasihinya, lalu menggambarkan perasaan dan keintiman mereka melalui alam. Air danau di wajah yang disebutkan dalam puisi bisa diartikan sebagai air mata atau refleksi dari perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada kecemasan yang hadir, seperti yang terlihat dalam larik "mengepakan kecemasan bersama burung-burung," seolah-olah ada sesuatu yang tidak pasti dalam hubungan atau perasaan yang mereka alami.
Majas
Puisi ini menggunakan banyak majas metafora dan personifikasi. Contohnya:
- "jemarimu lincah memainkan cuaca di rahim waktu" → Metafora yang menggambarkan pengaruh seseorang terhadap perjalanan waktu dan perubahan suasana hati.
- "jendela-jendela di matamu memanggilku untuk bertemu" → Personifikasi yang memberikan kesan bahwa mata seseorang bisa 'memanggil' dan mengekspresikan perasaan.
- "danau yang bising oleh suara mesin perahu kita" → Imaji auditif yang menciptakan suasana riuh di tengah ketenangan air danau.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa perasaan manusia sering kali sejalan dengan alam, di mana rindu, kecemasan, dan keintiman dapat terlihat dalam elemen-elemen seperti air danau, embun, dan angin. Selain itu, puisi ini mengingatkan bahwa kehadiran seseorang dalam hidup kita dapat membawa perubahan emosional yang mendalam, seperti halnya perubahan cuaca dan alam yang terus bergerak.
Imaji
Puisi ini penuh dengan imaji visual dan auditif, seperti:
- Imaji visual: "merajut butir-butir embun di pucuk-pucuk daun bakung" (menggambarkan embun yang halus dan lembut), "masih tersisa basah air danau di wajahmu" (menghadirkan kesan air mata atau refleksi perasaan yang mendalam).
- Imaji auditif: "danau yang bising oleh suara mesin perahu kita" (menghadirkan suara riuh yang mungkin melambangkan perasaan yang kacau).
Puisi "Membaca Air Danau di Wajahmu" adalah puisi yang menggunakan elemen alam untuk menggambarkan perasaan rindu, kecemasan, dan keterikatan emosional antara dua individu. Dengan metafora yang kuat dan suasana yang penuh perasaan, puisi ini memberikan pengalaman membaca yang reflektif dan menyentuh.
Puisi: Membaca Air Danau di Wajahmu
Karya: Tri Astoto Kodarie
Biodata Tri Astoto Kodarie:
- Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Maret 1961.