Analisis Puisi:
Joko Pinurbo dikenal sebagai penyair yang khas dengan gaya bertutur jenaka, absurd, tetapi penuh refleksi makna. Dalam puisi “Meditasi”, Joko Pinurbo kembali bermain-main dengan simbol tubuh, celana, dan pantat yang seolah-olah menjadi medium pencarian spiritual yang absurd dan jujur. Namun di balik humor fisik tersebut, terselip perenungan yang lebih dalam tentang tubuh, nafsu, rasa sakit, dan eksistensi manusia di hadapan sesuatu yang lebih besar, yaitu Tuhan atau Sang Engkau.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah perenungan tentang tubuh, nafsu, dan ketakberdayaan manusia di hadapan sesuatu yang agung dan tak terelakkan. "Meditasi" di sini bukan sekadar duduk diam bermeditasi secara spiritual, melainkan sebuah "meditasi tubuh" yang bergulat dengan gejolak fisik dan batin.
Makna Tersirat
Di balik kesan jenaka dan absurd tentang pantat, goyang, dan celana, puisi ini menyiratkan bahwa manusia adalah makhluk rapuh yang terikat oleh tubuh dan nafsu, namun pada akhirnya tak bisa lari dari pencarian spiritual dan kepasrahan pada sesuatu yang lebih besar. Tubuh adalah wadah sementara yang akan kehabisan daya tampung, sementara Tuhan (atau Engkau) hadir sebagai sesuatu yang terus dikejar sekaligus terus menguasai.
Puisi ini bercerita tentang pergulatan tubuh yang penuh gairah, rasa sakit, sekaligus ketidakberdayaan manusia di hadapan Sang Ilahi. Celana, pantat, dan goyangan di puisi ini bisa dibaca secara literal sebagai gambaran fisik, atau sebagai simbol pergolakan batin antara hasrat duniawi dan pencarian spiritual. Pada akhirnya, manusia telanjang, tanpa daya, melepas semua keakuannya, tetapi tetap tak mampu melawan kehadiran Engkau yang absolut.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa absurd, jenaka, tetapi juga getir dan kontemplatif. Ada kesan humor yang khas Joko Pinurbo, tetapi makin ke dalam, terasa bahwa ini adalah meditasi eksistensial tentang tubuh yang melemah dan rasa pasrah.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Pesan yang tersirat dalam puisi ini adalah bahwa manusia tidak pernah benar-benar berkuasa atas tubuh dan dirinya sendiri. Pada akhirnya, semua kesenangan fisik, hasrat, rasa sakit, bahkan ketelanjangan sekalipun, mengantarkan manusia pada kesadaran bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih berkuasa, yaitu Tuhan atau takdir.
Imaji
Puisi ini dipenuhi imaji tubuh dan gerakan yang begitu hidup:
- Celana yang tak kuat menampung pantat — Menghadirkan imaji visual tentang tubuh yang sudah tak tertampung oleh busana.
- Pantat yang terus goyang memburu engkau — Imaji gerakan yang absurd, seolah tubuh mencari sesuatu di luar dirinya.
- Telanjang yang tak mampu melepas Engkau — Imaji yang menyiratkan kepasrahan total di hadapan sesuatu yang mutlak.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini di antaranya:
- Personifikasi: Celana, pantat, dan goyangan diberi sifat-sifat manusiawi seperti “tak kuat menampung,” “memburu,” dan “mencengkram.”
- Metafora: "Engkau" di sini adalah metafora yang multitafsir, bisa dimaknai sebagai Tuhan, cinta, atau kematian.
- Hiperbola: Penggambaran tubuh yang goyang terus-menerus dengan intensitas yang berlebihan.
- Repetisi: Pengulangan struktur kalimat di setiap larik, memperkuat irama dan menegaskan kegelisahan yang terus berulang.
\
Puisi: Meditasi

Puisi: Meditasi
Karya: Joko Pinurbo