Puisi: Mati (Karya Melki Deni)

Puisi "Mati" karya Melki Deni mengusung tema tentang kematian sebagai misteri terbesar dalam hidup manusia. Kematian tidak hanya dilihat sebagai ...

Mati

Sementara Tuhan bersembunyi dari Sepi,
dan kita tak bosan-bosannya menanti
sampai mati menjemput kita kembali ke Kesepian Asali

Ada yang berbisik dari seberang: akan ada lagi yang mati hari ini
meskipun sudah menelan banyak obat kuat, tekun belajar seni
menunda kematian, —dan kiat-kiat Mati dengan Damai

Mengapa Mati abadi dalam Misteri?
Kita pun tak letih menanti kapan Tuhan datang lagi,
Menyusun kembali bukan dari Sepi,
Menjebol jeruji Sepi,
Memisahkan Sepi dari Mati,
dan Mati dari Misteri.

Madrid, 3 Maret 2025

Analisis Puisi:

Puisi "Mati" karya Melki Deni mengusung tema tentang kematian sebagai misteri terbesar dalam hidup manusia. Kematian tidak hanya dilihat sebagai akhir kehidupan fisik, tetapi juga sebuah peristiwa spiritual yang penuh teka-teki. Puisi ini juga menyentuh tema sepi, yang berkelindan erat dengan konsep mati dan keberadaan manusia di dunia.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa kematian adalah sebuah misteri yang tak akan pernah sepenuhnya dipahami oleh manusia. Meski manusia terus mencari cara untuk menunda kematian atau mencoba memahami esensi mati, kenyataannya kematian tetap menjadi rahasia Tuhan.

Melki Deni juga mengisyaratkan bahwa sepi dan mati memiliki hubungan erat. Kematian bukan sekadar berhenti bernapas, melainkan kembali ke sepi paling purba, sepi asali di mana segala kehidupan bermula. Pada akhirnya, manusia hanya bisa menanti, meraba-raba, dan bersiap menghadapi kematian tanpa pernah benar-benar tahu kapan dan bagaimana ia datang.

Puisi ini bercerita tentang renungan manusia tentang kematian. Sejak awal, manusia sadar bahwa mati adalah takdir yang pasti, tetapi manusia tetap berusaha menunda dan menghindarinya. Ada ironi di mana manusia begitu takut mati, tetapi sekaligus selalu penasaran tentang kematian itu sendiri.

Puisi ini juga mengisahkan bagaimana Tuhan seolah bersembunyi dari sepi, membiarkan manusia bergulat sendirian dengan kesepiannya hingga mati menjemput. Mati adalah gerbang menuju sepi yang lain, sebuah misteri yang tak terpecahkan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini penuh renungan dan kesunyian mendalam. Ada nuansa kontemplatif, muram, dan penuh tanda tanya eksistensial. Kematian bukan digambarkan sebagai sesuatu yang menakutkan secara horor, melainkan sesuatu yang menyisakan rasa penasaran dan ketidakberdayaan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang bisa dipetik dari puisi ini adalah bahwa manusia harus berdamai dengan fakta bahwa kematian adalah bagian dari perjalanan hidup. Menghindari atau berusaha menunda mati hanya akan memperpanjang kegelisahan, karena pada akhirnya mati adalah pintu menuju kepulangan ke sepi asal.

Puisi ini juga menyiratkan ajakan untuk merenung tentang makna hidup, karena kematian bukan hanya akhir fisik, tetapi juga awal dari perjalanan ruhani menuju misteri yang lebih besar.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji-imaji yang cukup kuat, seperti:
  • Tuhan bersembunyi dari Sepi — menghadirkan gambaran bahwa Tuhan seolah menjauh, membiarkan manusia bergulat dengan kesunyian.
  • Menelan obat kuat dan belajar menunda mati — gambaran manusia yang berusaha melawan takdir kematian.
  • Jeruji Sepi — menghadirkan kesan bahwa sepi adalah penjara yang membatasi manusia, sebelum akhirnya mati menjemput.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini meliputi:
  • Personifikasi: Sepi, Mati, dan Misteri diperlakukan layaknya sosok hidup yang bisa bergerak, bersembunyi, dan dijebol.
  • Metafora: “Kesepian Asali” sebagai metafora asal-muasal kehidupan yang bermula dari kehampaan.
  • Repetisi: Kata Sepi dan Mati diulang berkali-kali untuk menekankan bahwa dua hal inilah poros utama dalam puisi.
  • Ironi: Manusia ingin hidup abadi, tetapi tetap penasaran tentang mati.

Puisi Melki Deni
Puisi: Mati
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
  • Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).
  • Saat ini ia tinggal di Madrid, Spanyol.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.