Puisi: Mata Kucing (Karya Joko Pinurbo)

Puisi "Mata Kucing" karya Joko Pinurbo menggambarkan interaksi antara tiga kucing dengan mata yang berbeda di rumah seseorang, yang memunculkan ...
Mata Kucing

Ia punya tiga kucing bermata indah di rumahnya.
Yang matanya menyala seperti senter yang dipakai
peronda disebutnya mata ronda. Yang memancarkan
cahaya langit biru dinamainya mata langit. Yang bening
berkilau seperti kolam dipanggilnya mata kolam.

Suatu malam si mata langit meminta si mata kolam
membujuk si mata ronda agar bertanya kepada
yang empunya rumah cahaya apa yang dipancarkan
matanya di tengah dunia gemerlap yang sering
gelap ini. Yang empunya rumah bingung harus bilang
apa. Kucing-kucing yang tak paham bahasa puisi itu
mungkin sedang gundah melihat mata manusia.

2016

Sumber: Buku Latihan Tidur (2017)

Analisis Puisi:

Puisi "Mata Kucing" karya Joko Pinurbo adalah sebuah karya yang tampaknya sederhana, namun memiliki lapisan-lapisan makna dan elemen-elemen yang menarik. Puisi ini menggambarkan interaksi antara tiga kucing dengan mata yang berbeda di rumah seseorang, yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang makna dan pemahaman.

Tokoh dan Setting: Puisi ini memiliki tiga tokoh kucing dengan mata yang berbeda: mata ronda, mata langit, dan mata kolam. Mereka mewakili berbagai sifat dan karakteristik mata, yang nantinya akan memberikan pemahaman yang berbeda tentang dunia.

Personifikasi: Dalam puisi ini, kucing-kucing tersebut diberi kemampuan untuk berbicara dan berpikir. Ini adalah contoh personifikasi, yaitu memberikan sifat-sifat manusia kepada objek atau makhluk non-manusia.

Makna Mata: Mata dalam puisi ini digunakan sebagai metafora untuk pemahaman dan pandangan. Mata ronda, yang menyala seperti senter, mewakili pemahaman yang cermat dan tajam. Mata langit, yang memancarkan cahaya biru, dapat melambangkan pemahaman yang luas dan spiritual. Mata kolam, yang bening dan berkilau, mungkin menggambarkan pemahaman yang jernih dan dalam.

Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini mengundang pertanyaan eksistensial tentang makna keberadaan manusia di dunia yang sering gelap. Pertanyaan tentang apa yang dipancarkan mata manusia, terutama dalam konteks cahaya dan pengetahuan, menjadi pusat perhatian.

Bahasa Sederhana: Meskipun menggambarkan pertanyaan-pertanyaan yang dalam, puisi ini ditulis dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Hal ini memungkinkan banyak pembaca untuk merenungkan makna-makna yang terkandung di dalamnya.

Puisi "Mata Kucing" adalah sebuah karya yang sederhana namun memikat. Melalui tiga kucing dengan mata yang berbeda, puisi ini menggambarkan pertanyaan-pertanyaan tentang pemahaman dan makna keberadaan manusia di dunia. Dengan menggunakan bahasa sederhana, Joko Pinurbo menciptakan sebuah karya yang merangsang pemikiran dan refleksi.

"Puisi: Mata Kucing (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Mata Kucing
Karya: Joko Pinurbo

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Pelajaran Puisi Ia sering bingung: apa yang harus ia lakukan untuk murid-muridnya saat ia memberikan pelajaran puisi. Susah-susah amat. Ia bentangkan saja puisi di papan tulis…
  • Kunang-Kunang Ketika kecil ia sering diajak ayahnya bergadang di bawah pohon cemara di atas bukit. Ayahnya senang sekali menggendongnya menyeberangi sungai, menyusuri jalan …
  • Surat Kau Kau tak ada di kakiku ketika aku membutuhkan langkahmu untuk merambah rantauku. Kau tak ada di tanganku ketika aku membutuhkan …
  • Surat Kopi Lima menit menjelang minum kopi, aku ingat pesanmu: "Kurang atau lebih, setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi." Mungkin karena itu empat cangkir k…
  • Surat Pulang Tenanglah. Aku tak pernah mengharap oleh-oleh dari orang yang hidupnya susah. Kamu bisa pulang dengan rindu yang masih utuh saja sudah merupakan berkah. Pula…
  • Surat Senyap Waktumu sebentar lagi habis, hujan. Malam akan menganga dan kau menjadi gema. Mula-mula kau berjalan rintik-rintik, bolak-bal…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.