Puisi: Mas (Karya Joko Pinurbo)

Puisi “Mas” karya Joko Pinurbo bercerita tentang seorang perempuan sukses yang merasa bosan dengan kehidupannya di kota. Di tengah kejenuhan, ia ...
Mas

Kota telah memberikan segala yang saya minta,
tapi tak pernah mengembalikan sebagian hati saya
yang ia curi saat tubuh saya dimabuk kerja.
Saya perempuan cantik, cerdas, sukses, dan kaya.
Semua sudah saya raih dan miliki kecuali diri saya sendiri.

Ah, akhir pekan yang membosankan. Ingin sekali
saya tinggalkan kota dan pergi menemuimu, mas.
Pergi ke pantai terpencil yang tak seorang pun bisa
menjangkaunya selain kita berdua. Saya ingin mengajakmu
duduk-duduk di bangku yang menghadap ke laut.
Akan saya bacakan sajak-sajak seorang penyair
yang tanpa sengaja menyampaikan cintamu kepada saya.

Wah, mas sudah lebih dulu tiba. Ia tampak gelisah
dan mondar-mandir saja di pantai. Saya segera memanggilnya:
"Ke sinilah, mas, jangan mandir-mondar melulu."

Mas mendekat ke arah saya dan saya menyambutnya:
"Mas boleh pilih, mau duduk di sebelah kiri atau di sebelah 
kanan saya." Ia sedikit terperangah: "Apa bedanya?"
"Kiri: bagian diri saya yang dingin dan suram.
Kanan: belahan jiwa saya yang panas dan berbahaya."

Diam-diam mas memeluknya dari belakang dan berbisik
di telinganya: "Kalau begitu, aku duduk di pangkuanmu saja.
Aku ingin lelap sekejap sebelum lenyap ke balik matamu
yang hangat dan sunyi. Sebelum aku tinggal ilusi."
Perempuan itu merinding dan menjerit: "Maaasss...."

Pantai dan bangku mulai hampa. Senja yang ia panggil mas
lambat-laun sirna. Ah, begitu cepat ia rindukan lagi kota.

2008

Sumber: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016)

Analisis Puisi:

Tema utama dalam puisi “Mas” adalah kerinduan dan pencarian makna cinta di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh kesibukan. Puisi ini juga mengangkat tema kegelisahan batin seorang perempuan sukses yang merasa kehilangan dirinya sendiri.

Makna Tersirat

Melalui tokoh perempuan dalam puisi ini, Joko Pinurbo menyiratkan bahwa kesuksesan materi dan pencapaian karier tidak selalu sejalan dengan kebahagiaan batin. Di balik status cantik, cerdas, sukses, dan kaya, tersimpan kekosongan dan kerinduan yang mendalam terhadap cinta yang tulus dan sederhana.

Puisi ini juga menyiratkan bahwa kota besar dengan segala hiruk-pikuknya bisa mencuri sebagian jati diri manusia. Kota menawarkan gemerlap pencapaian, tetapi juga membuat manusia kehilangan ketulusan dan ketenangan yang sejati.

Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan sukses yang merasa bosan dengan kehidupannya di kota. Di tengah kejenuhan, ia ingin melarikan diri ke pantai terpencil untuk bertemu seseorang yang ia panggil "Mas".

Mas dalam puisi ini bukan sekadar sosok kekasih, melainkan simbol kerinduan perempuan terhadap ketenangan, cinta sejati, dan makna hidup yang lebih dalam. Dalam pertemuan di pantai itu, perempuan tersebut menawarkan dua sisi dirinya: diri yang dingin dan suram, atau jiwa yang panas dan berbahaya.

Namun, Mas memilih duduk di pangkuannya, seolah menunjukkan bahwa cinta tidak membutuhkan sekat atau pilihan, melainkan keterhubungan yang utuh. Pada akhirnya, Mas menghilang, menyisakan kerinduan yang justru menarik perempuan itu kembali ke kota.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini melankolis dan penuh kerinduan. Ada perasaan gelisah, bosan, sepi, sekaligus harapan akan kehangatan cinta yang sesaat terasa dekat, namun kemudian lenyap.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang ingin disampaikan Joko Pinurbo melalui puisi ini adalah bahwa hidup yang terlihat sempurna di permukaan — kecantikan, kecerdasan, kesuksesan, dan kekayaan — tidak selalu menjamin kebahagiaan.

Manusia tetap membutuhkan cinta yang tulus, ketenangan jiwa, dan ruang untuk menemukan kembali dirinya yang asli. Kota besar dan pencapaian modern sering kali membuat manusia terasing dari dirinya sendiri, sehingga ia harus menempuh perjalanan batin, meski hanya sesaat, untuk mengingat siapa dirinya yang sejati.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji yang kuat, baik visual maupun perasaan:
  • Perempuan cantik, cerdas, sukses, dan kaya duduk sendiri, merasa bosan di akhir pekan.
  • Pantai terpencil dengan bangku menghadap laut.
  • Mas yang mondar-mandir gelisah di pantai.
  • Pelukan hangat yang menyentuh dari belakang.
  • Senja yang dipersonifikasi sebagai Mas yang perlahan sirna.
Imaji tersebut membentuk gambaran perpaduan antara ruang fisik (pantai, laut, kota) dengan ruang batin (kesepian, kerinduan, kegelisahan).

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini di antaranya:
  • Personifikasi: Senja diperlakukan sebagai sosok "Mas" yang hidup dan bisa hilang.
  • Metafora: Kiri sebagai simbol sisi diri yang dingin dan suram, kanan sebagai simbol belahan jiwa yang panas dan berbahaya.
  • Hiperbola: Kerinduan yang begitu mendalam hingga merinding dan menjerit.
  • Simbolisme: Pantai terpencil melambangkan tempat pelarian dari kepenatan kota.
Puisi “Mas” karya Joko Pinurbo adalah refleksi tentang pencarian makna cinta dan jati diri di tengah kehidupan urban yang penuh kesibukan dan pencapaian semu.

Melalui dialog antara perempuan dengan "Mas", Joko Pinurbo menyampaikan kerinduan akan ketulusan dan kehangatan cinta yang murni. Namun, cinta itu tidak selalu nyata dan sering kali hanya hadir sesaat, seperti senja yang indah tetapi cepat menghilang.

Pada akhirnya, perempuan itu kembali ke kota — tempat yang membuatnya merasa kosong, tetapi juga tempat di mana ia merasa ‘harus’ berada. Inilah ironi modernitas yang disajikan dengan puitis dan mendalam.

"Puisi: Mas (Karya Joko Pinurbo)"
Puisi: Mas
Karya: Joko Pinurbo

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Bolong Bahkan celana memilih nasibnya sendiri: ia pergi ke pasar loak justru ketika aku sedang giat belajar bugil dan mandi. "Selamat tingga…
  • Doa Seorang Pesolek Tuhan yang cantik, temani aku yang sedang menyepi di rimba kosmetik. Nyalakan lanskap pada alisku yang gelap. Ceburkan bulan ke lubuk …
  • Punggungmu Ibu kota Jakarta adalah punggungmu. Punggung yang sabar menanggung beban kerjamu, bangun pagimu, pulang malammu, perjalanan mac…
  • Celana Ibu Maria sangat sedih menyaksikan anaknya mati di kayu salib tanpa celana dan hanya berbalutkan sobekan jubah yang berlumuran darah. Ketika tiga hari ke…
  • Perburuan Api unggun masih marak di atas ranjang. Dua pengelana saling merapat menghangatkan badan. "Berapa jauh lagikah kita berjalan?" "Berapa lama lagikah sampai tujuan?" …
  • Penyair Muda Masa muda telah ia rangkum dan ia masukkan ke dalam tas gendongnya, dua puluh kilogram beratnya. Pagi-pagi sekali ia pamit kepada pacarnya: "Aku akan pergi ke p…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.