Malam Qadr
Kutandai tingkah semesta-Mu
Dalam selisik angin mati berkemerlap sunyi
Dan Caya Sasi yang mengintip di tirai mega,
Ditilami kabut tipis dan jelaga
Hijau permadani bunga padi
Tertunduk malu penuh berisi
Bekhidmat pada sang Maha Pemberi,
Di malam yang dinanti-nanti
Terasa halimun menyusup dalam diri
Di atap Masjid,
Ada Manguni tengah berdzikir
Dan sepasang Estrildidae bernyanyi getir
Memuji Sang Maha Qadir
Di dalam Masjid,
Sang Penghamba haus ampunan
Banjir harapan dan ketakutan,
Melupakan ihwal dunia kesementaraan
Demi menggapai kurnia seribu bulan
Kutandai nama-Mu
Dalam rapalan kidung khidmatku
27-03-2025
Analisis Puisi:
Puisi "Malam Qadr" karya Adhitya Wanda Pratama menggambarkan keagungan dan kekhusyukan dalam menyambut malam Lailatul Qadar, malam yang diyakini memiliki keberkahan lebih baik dari seribu bulan. Dengan bahasa yang puitis dan penuh simbolisme, puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana malam yang sakral dan penuh harapan.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah keagamaan, ketakwaan, dan pencarian berkah di malam Lailatul Qadar. Puisi ini menyoroti bagaimana manusia beribadah dengan penuh harapan dan ketulusan pada malam yang suci ini.
Makna Tersirat
Puisi ini menyiratkan bahwa Malam Qadr adalah malam yang penuh keheningan, harapan, dan pengampunan, di mana manusia bersujud dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan penuh ketulusan.
- "Kutandai tingkah semesta-Mu dalam selisik angin mati berkemerlap sunyi" → Menggambarkan suasana malam yang tenang dan penuh misteri.
- "Bekhidmat pada Sang Maha Pemberi, di malam yang dinanti-nanti" → Menunjukkan ketulusan dalam beribadah dan menanti keberkahan.
- "Sang Penghamba haus ampunan, banjir harapan dan ketakutan" → Menggambarkan ketundukan seorang hamba di hadapan Tuhan, dengan harapan untuk diampuni dan ketakutan akan dosa-dosa.
Puisi ini bercerita tentang suasana malam Lailatul Qadar yang penuh ketenangan dan keberkahan. Penyair menggambarkan bagaimana alam dan makhluk-makhluknya ikut menyaksikan kebesaran malam tersebut, sementara manusia bersujud dalam doa dan pengharapan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa hening, sakral, dan penuh ketenangan. Ada juga nuansa reflektif dan khusyuk yang mengajak pembaca untuk merenungi makna ibadah di malam penuh keberkahan ini.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengajarkan bahwa Malam Qadr adalah momen terbaik bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, memohon ampunan, dan menghayati keberkahan yang diberikan.
Imaji
- Imaji visual → "Caya Sasi yang mengintip di tirai mega" (gambaran rembulan yang bersinar di balik awan), "Hijau permadani bunga padi tertunduk malu penuh berisi" (menghadirkan gambaran hamparan padi yang subur dan penuh makna).
- Imaji auditorik → "Ada Manguni tengah berdzikir dan sepasang Estrildidae bernyanyi getir" (menghadirkan kesan suara burung yang ikut berdzikir).
- Imaji taktil → "Terasa halimun menyusup dalam diri" (menggambarkan perasaan spiritual yang mendalam).
Majas
- Personifikasi → "Hijau permadani bunga padi tertunduk malu penuh berisi" → Padi digambarkan seperti manusia yang tunduk dan penuh rasa malu.
- Metafora → "Kutandai nama-Mu dalam rapalan kidung khidmatku" → Menggambarkan doa yang dipanjatkan dengan penuh ketulusan.
- Repetisi → "Kutandai tingkah semesta-Mu", "Kutandai nama-Mu" → Menegaskan kekaguman dan ketakziman kepada Tuhan.
Puisi "Malam Qadr" karya Adhitya Wanda Pratama adalah puisi religius yang menggambarkan kemuliaan dan ketenangan malam Lailatul Qadar. Dengan simbolisme alam dan suasana yang sakral, puisi ini mengajak pembaca untuk meresapi makna ibadah, pengampunan, dan keberkahan yang ada dalam malam tersebut.
Karya: Adhitya Wanda Pratama