Puisi: Makati (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Makati" karya Acep Zamzam Noor bercerita tentang pengalaman seseorang yang berada di tengah kota besar, menyaksikan bagaimana waktu terus ...
Makati

Cahaya berpendaran dalam kepungan dentang lonceng
Yang berulang. Kusaksikan langit mulai beranjak tua
Ketika raung ambulans di jalan raya tak kunjung menjauh
Dari telinga. Kususuri detik, kurayapi menit demi menit
Kuhitung napas yang berjatuhan seperti rintik gerimis.

Orang-orang masih bergegas, hari-hari masih akan lewat lagi
Tahun-tahun terus berganti, abad-abad datang dan pergi
Kubayangkan maut singgah di trotoar, duduk dan batuk-batuk
Bunyi lonceng membuat langit semakin renta dan entah kenapa
Aku merasa seperti telah kehilangan begitu banyak peristiwa.

Sumber: Tulisan pada Tembok (2011)

Analisis Puisi:

Puisi "Makati" karya Acep Zamzam Noor menghadirkan refleksi tentang waktu, kehidupan urban, dan kematian. Dengan latar kota besar yang penuh hiruk-pikuk, puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana perenungan mendalam tentang kefanaan dan peristiwa-peristiwa yang terus berlalu tanpa bisa ditahan.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah waktu, kehidupan urban, dan kefanaan. Penyair menggambarkan bagaimana kehidupan terus berjalan dengan cepat, sementara manusia di dalamnya hanya bisa merenungi perputaran waktu yang tak terelakkan.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan kehidupan di kota besar yang bergerak cepat dan tidak memberi ruang bagi manusia untuk benar-benar memahami atau menangkap setiap momen yang terjadi.
  • "Cahaya berpendaran dalam kepungan dentang lonceng yang berulang." → Lonceng yang berulang bisa melambangkan waktu yang terus berjalan tanpa henti, sementara cahaya yang berpendaran melukiskan suasana kota yang tak pernah tidur.
  • "Ketika raung ambulans di jalan raya tak kunjung menjauh dari telinga." → Suara ambulans bisa menjadi simbol kematian atau penderitaan yang selalu hadir di tengah hiruk-pikuk kota.
  • "Kubayangkan maut singgah di trotoar, duduk dan batuk-batuk." → Penggambaran kematian sebagai sesuatu yang biasa, seolah menjadi bagian dari kehidupan kota yang sibuk, tetapi tetap menghadirkan ketakutan tersendiri.
  • "Aku merasa seperti telah kehilangan begitu banyak peristiwa." → Menunjukkan perasaan keterasingan dan kehilangan di tengah arus waktu yang bergerak cepat, seolah-olah ada banyak hal yang berlalu tanpa sempat benar-benar dirasakan atau dipahami.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman seseorang yang berada di tengah kota besar, menyaksikan bagaimana waktu terus berjalan, kehidupan terus berlangsung, tetapi ada rasa kehilangan dan keterasingan yang muncul di dalam dirinya.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, reflektif, dan penuh kegelisahan. Penyair menghadirkan gambaran kota yang sibuk tetapi juga dipenuhi oleh bayang-bayang kematian dan keterasingan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa di tengah kehidupan yang serba cepat dan modern, manusia sering kali merasa terasing dan kehilangan banyak hal yang sebenarnya berharga. Waktu terus berjalan, dan tanpa disadari, kita telah kehilangan begitu banyak peristiwa dalam hidup kita.

Imaji

  • Imaji visual (penglihatan) → "Cahaya berpendaran dalam kepungan dentang lonceng yang berulang." menghadirkan gambaran kota yang terang dan penuh dengan simbol waktu yang terus bergerak.
  • Imaji auditorik (pendengaran) → "Raung ambulans di jalan raya tak kunjung menjauh dari telinga." menciptakan kesan kebisingan dan kepanikan yang terus-menerus terdengar.
  • Imaji kinestetik (gerakan) → "Kususuri detik, kurayapi menit demi menit, kuhitung napas yang berjatuhan seperti rintik gerimis." menggambarkan seseorang yang mencoba menangkap waktu, tetapi tetap tak bisa mengendalikannya.

Majas

  • Personifikasi → "Kubayangkan maut singgah di trotoar, duduk dan batuk-batuk." memberikan sifat manusia pada kematian, menjadikannya sosok yang hadir di tengah kehidupan kota.
  • Metafora → "Kuhitung napas yang berjatuhan seperti rintik gerimis." membandingkan napas manusia dengan gerimis, melambangkan sesuatu yang perlahan-lahan hilang atau berlalu.
  • Repetisi → "Tahun-tahun terus berganti, abad-abad datang dan pergi." menegaskan bahwa waktu bergerak terus-menerus tanpa henti.
Puisi "Makati" karya Acep Zamzam Noor adalah refleksi tentang waktu, kehidupan urban, dan kefanaan. Melalui gambaran suasana kota yang sibuk, suara lonceng, raungan ambulans, dan kehadiran maut di trotoar, puisi ini menggambarkan bagaimana kehidupan terus berjalan dengan cepat, tetapi di dalamnya ada rasa keterasingan dan kehilangan.

Penyair mengajak pembaca untuk merenungi bagaimana kita sering kali tidak menyadari betapa banyak momen dalam hidup yang berlalu begitu saja tanpa kita nikmati sepenuhnya. Waktu tidak pernah berhenti, dan kita hanya bisa menyaksikan bagaimana segala sesuatu berubah tanpa bisa kita cegah.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Makati
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Layang-Layang Dulu pernah kau belikan aku sebuah layang-layang pada hari ulang tahun. Aku pun bersorak sebagai kanak-kanak tapi hanya sejenak. Sebab layang-layang itu kem…
  • Rumah LiarKepada DPKS JakartaRedup dalam caya terang bulanberkaparan mayat kami yang rindu damai.Kami dinafasi nyawa manusia desayang lari dari neraka mencari sorgabunga harapan da…
  • Cadas Pangeran(in memoriam Wardi Kusnatalistra)kepada Memed SastrahadiprawiraEngkau ajak kami, o, pujanggaanak zaman 'ngembara dan menikmatikeindahan daripada kejantananpara perwir…
  • Api dan MawarDia luluh di dalamnyadetik gunung menjadi bentengdan manusia dicuci waktujadi api atau esatau hambar membanci.Dia luluh di dalamnyadetik medan pindah ke kotabawa api d…
  • Bila Masanya?Bila masanya, o, teman,Bayu bertiup atas buana,Mega nyah berarak pergi?Bila masanya, o, teman,Sayu, pilu, gundah gulana,'kan nyah ta' datang lagi?Sumber: Panji Pustaka…
  • DPR BaruKalung bunga ini untukmuamanat harapan bangsa.Biarkan sajakegetiran yang masih kami laluihadapkan dadake taman bunga kasih dan harga diri.Jadikan sajadirimu dan diri bangsa…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.