Puisi: Lilin-Lilin dalam Diri (Karya D. Kemalawati)

Puisi “Lilin-Lilin dalam Diri” karya D. Kemalawati adalah puisi reflektif yang mengajak pembaca merenungkan arti pengorbanan dan makna menemukan ...
Lilin-Lilin dalam Diri

Tak bergegas menjadi lilin
biarkan malam tanpa lentera
desah dalam senyap
sayap-sayap cahaya di ruang mata

Tak bergegas menjadi lilin
biarkan ruang tanpa cahaya
meraba dan memaknai lekuk semesta
bersama suara-suara

Menjadi lilin
membakar diri
cair dalam kemilau
beku tak dihirau.

Banda Aceh, Mei-Juni 2011

Analisis Puisi:

Puisi “Lilin-Lilin dalam Diri” mengusung tema tentang perenungan eksistensi dan pengorbanan diri. Puisi ini berbicara mengenai perjalanan batin seseorang dalam menghadapi kegelapan hidup, pilihan antara menjadi penerang bagi sekitar atau tenggelam dalam kesenyapan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini menyentuh dilema eksistensial manusia: apakah kita harus segera berkorban menjadi lilin yang menerangi sekitar dengan membakar diri, atau memilih berdiam dalam kegelapan untuk meresapi makna hidup yang sebenarnya. Penyair menyiratkan bahwa terkadang dalam kesunyian tanpa cahaya, justru kita bisa memahami semesta dan menemukan suara-suara jujur dari dalam diri sendiri.

Lilin dalam puisi ini menjadi simbol pengorbanan, tetapi penyair tidak serta merta memuja pengorbanan itu. Ada semacam ajakan untuk tidak tergesa-gesa berkorban, karena ada nilai penting dari merenungi kegelapan itu sendiri.

Puisi ini bercerita tentang sebuah perjalanan batin yang reflektif, di mana aku lirik mempertanyakan makna menjadi lilin. Ia memilih tidak terburu-buru menjadi sumber cahaya, sebab ia ingin terlebih dahulu mengenal gelap dan mendengarkan suara-suara sunyi yang muncul. Ada kesadaran bahwa menjadi lilin berarti membakar diri sendiri, dan pengorbanan itu tidak selalu harus dilakukan secara tergesa-gesa. Puisi ini menekankan bahwa pencerahan batin tidak selalu datang dari cahaya, tapi bisa lahir dari proses menyelami gelap.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa kontemplatif, sunyi, dan sarat perenungan mendalam. Ada ketenangan yang gelisah, di mana aku lirik berdialog dengan dirinya sendiri tentang makna menjadi lilin dan menghadapi gelap.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah bahwa tidak semua pengorbanan harus dilakukan secara tergesa-gesa. Terkadang, menemukan makna sejati justru terjadi saat kita berani diam dan menghadapi kegelapan itu sendiri. Cahaya yang paling terang, bisa jadi lahir dari proses memahami gelap yang paling pekat.

Imaji

Puisi ini menyajikan imaji-imaji yang kuat, di antaranya:
  • Lilin yang membakar diri — imaji pengorbanan yang menyakitkan demi cahaya.
  • Sayap-sayap cahaya di ruang mata — imaji keindahan cahaya yang melayang di balik kelopak mata.
  • Malam tanpa lentera — imaji suasana sunyi yang gelap dan penuh renungan.
  • Cair dalam kemilau, beku tak dihirau — imaji tentang lilin yang meleleh, lalu membeku dalam kesunyian.

Majas

Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini:
  • Metafora: "lilin" sebagai metafora manusia yang berkorban demi menerangi sekitar.
  • Personifikasi: "sayap-sayap cahaya" yang memberi kesan cahaya seperti makhluk hidup yang bergerak.
  • Paralelisme: pengulangan frasa "tak bergegas menjadi lilin" menekankan makna penting dari ketidaktergesaan.
  • Simbolisme: lilin menjadi simbol pengorbanan, sementara gelap menjadi simbol perjalanan batin dan pencarian makna.
Puisi “Lilin-Lilin dalam Diri” karya D. Kemalawati adalah puisi reflektif yang mengajak pembaca merenungkan arti pengorbanan dan makna menemukan diri di tengah gelapnya kehidupan. Penyair mengingatkan bahwa cahaya bukanlah satu-satunya jalan menuju pemahaman, karena kadang kegelapan justru menyimpan suara-suara paling jujur yang perlu didengarkan. Dengan bahasa yang sederhana namun sarat makna, puisi ini mengajak kita tidak tergesa-gesa menjadi lilin, tetapi memberi ruang bagi diri sendiri untuk menyelami sunyi.

D. Kemalawati
Puisi: Lilin-Lilin dalam Diri
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.