Puisi: Kinanthi Besalen Pandai Besi (Karya Iman Budhi Santosa)

Puisi "Kinanthi Besalen Pandai Besi" Karya Iman Budhi Santosa menggambarkan kehidupan seorang pandai besi dalam kaitannya dengan proses menempa ...
Kinanthi Besalen Pandai Besi

Kepada tungku, kepada palu
baja sedia bersekolah. Mau berguru
berpijar menakar desis ububan
ikhlas tinggal bahan
kembali pada logam
kembali pada diam
menunggu lekuk-liku ketetapan empu
menuju bangun-bentuk landasan perilaku

"Kuhidupkan kalian lewat air dan api
kubuatkan engkau nama dan manfaat
untuk apa lahir dari besalen ini.
Tapi jelas bukan pedang belati!
Sebab kerabat kami bumi, petani
perang tak terbayang
terhadap belalang serta miang padi
menebang batang pisang, membelah kayu
atau merumput memanjakan sapi,"
bisik Si Tua pelahan
seperti dalang pada jejer pertama
sebuah lakon yang dimainkan ribuan peran

Lima tujuh hari sekali
kendati pasar sepi, desa susut tercuci
masih terdengar kesiur trembesi
senandung kinanthi, kasih pada besi
mendinginkan besalen ini
sebelum lunas retribusi
atas panen dari pundak dan telapak tangannya sendiri

1993

Sumber: Dunia Semata Wayang (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Kinanthi Besalen Pandai Besi" Karya Iman Budhi Santosa menggambarkan kehidupan seorang pandai besi dalam kaitannya dengan proses menempa logam dan filosofi yang terkandung di dalamnya.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah ketekunan, pengabdian, dan filosofi kehidupan yang diwakili oleh proses menempa besi di besalen (pande besi). Puisi ini menggambarkan bagaimana baja harus "bersekolah" dan "berguru" kepada tungku dan palu, yang melambangkan proses belajar dan pembentukan karakter dalam kehidupan manusia.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini mencerminkan filosofi kehidupan bahwa manusia, seperti besi yang ditempa, harus melalui berbagai ujian dan proses pembentukan agar memiliki manfaat bagi sekitarnya. Besi dalam puisi ini tidak dibentuk menjadi senjata seperti pedang atau belati, tetapi menjadi alat-alat yang bermanfaat bagi petani. Hal ini mengajarkan nilai kebermanfaatan dan kedamaian, di mana manusia seharusnya berperan dalam menciptakan kebaikan, bukan kehancuran.

Puisi ini bercerita tentang seorang pandai besi yang dengan tekun menempa besi untuk dijadikan alat-alat pertanian. Si Tua, tokoh dalam puisi ini, berbicara dengan penuh kebijaksanaan, seolah-olah memberikan nasihat tentang kehidupan. Proses menempa besi dalam puisi ini menjadi metafora dari perjalanan hidup manusia yang harus ditempa oleh pengalaman dan kesabaran.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah pentingnya ketekunan, kesabaran, dan kebermanfaatan dalam hidup. Manusia, seperti besi yang ditempa, harus rela melalui berbagai ujian untuk mencapai bentuk terbaiknya. Selain itu, puisi ini juga menekankan nilai kedamaian dan bagaimana hasil kerja keras harus digunakan untuk kesejahteraan, bukan kehancuran.

Imaji

Puisi ini menghadirkan berbagai imaji yang kuat, seperti visual ("baja sedia bersekolah", "berpijar menakar desis ububan"), auditif ("bisik Si Tua pelahan"), dan kinetik ("menebang batang pisang, membelah kayu"). Imaji ini memperjelas gambaran suasana di besalen dan memperkuat makna yang ingin disampaikan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: Besi digambarkan seolah-olah dapat "bersekolah" dan "berguru", serta mendengarkan nasihat Si Tua.
  • Metafora: Proses menempa besi sebagai simbol perjalanan hidup dan pembentukan karakter manusia.
  • Simile: "Seperti dalang pada jejer pertama" menunjukkan bagaimana Si Tua memiliki peran penting layaknya seorang dalang dalam mengarahkan cerita.
Puisi "Kinanthi Besalen Pandai Besi" karya Iman Budhi Santosa bukan sekadar menggambarkan proses menempa besi, tetapi juga menyampaikan filosofi mendalam tentang kehidupan. Dengan tema ketekunan dan kebermanfaatan, serta penggunaan imaji dan majas yang kuat, puisi ini memberikan pesan bahwa manusia harus melalui ujian dan proses pembentukan agar dapat berguna bagi sekitarnya.

Iman Budhi Santosa
Puisi: Kinanthi Besalen Pandai Besi
Karya: Iman Budhi Santosa

Biodata Iman Budhi Santosa:
  • Iman Budhi Santosa pada tanggal 28 Maret 1948 di Kauman, Magetan, Jawa Timur, Indonesia.
  • Iman Budhi Santosa meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2020 (pada usia 72 tahun) di Dipowinatan, Yogyakarta, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.