Puisi: Keledai (Karya Iswadi Pratama)

Puisi "Keledai" karya Iswadi Pratama bercerita tentang seekor keledai yang terperosok di ceruk gelap, melambangkan seseorang yang menghadapi ...
Keledai

Engkau kukenal karena terperosok di ceruk gelap itu
dari suaramu; ringkik yang tercekik
suara yang tak bisa merdu mendera dada dan tak redam jua

bebanmu sepikul rempah hanya
: ramuan pahit untuk Si Pembersih yang menanti di kuala
Tuan Mulia  itu tak lagi membimbingmu

engkau telah diberi peta,hujah, juga halwa
tapi engkau memang selalu lupa liang di sepanjang haluan
karena engkau himar harus dihardik agar hirau

tenanglah, kita di perangkap yang sama
akan kubebat patah di belikat
kita telah mahir tergelincir dan mengerti di mana berakhir

kita akan sampai jua di muara
tempat merihmu akan basah
dan perihku menjelma dosa

tenanglah,
kita telah terlatih sebagai si lata

Analisis Puisi:

Puisi "Keledai" karya Iswadi Pratama mengangkat tema penderitaan, keterjebakan dalam siklus kehidupan, dan kepasrahan terhadap nasib. Keledai dalam puisi ini melambangkan seseorang yang terus menerus menghadapi kesulitan dan dipaksa menjalani hidup yang berat.

Makna Tersirat

Puisi ini secara tersirat menggambarkan ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi hidup yang penuh penderitaan. Keledai di sini bisa menjadi metafora bagi manusia yang harus menerima nasibnya, meskipun telah diberi petunjuk dan nasihat.

Ada juga pesan bahwa kehidupan sering kali seperti perangkap, di mana manusia terus terjatuh dalam kesalahan yang sama, dan meskipun ada usaha untuk bertahan, ujungnya tetap menuju kepasrahan.

Puisi ini bercerita tentang seekor keledai yang terperosok di ceruk gelap, melambangkan seseorang yang menghadapi penderitaan dan terus mengulangi kesalahan.

Keledai ini membawa beban berat berupa rempah-rempah yang ditujukan untuk seseorang bernama Si Pembersih di kuala, yang mungkin melambangkan penguasa atau figur yang memiliki kuasa atas keledai tersebut.

Dalam perjalanannya, keledai telah diberi peta, hujah (argumen), dan halwa (makanan manis), yang bisa diartikan sebagai pengetahuan dan arahan agar tidak jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Namun, tetap saja ia terperosok, menunjukkan kelemahan dan keterbatasan dalam menghindari nasib buruk.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini penuh dengan keputusasaan, kepasrahan, dan rasa sakit yang terus berulang. Ada juga nuansa kesedihan dan ketidakberdayaan yang mendalam.

Amanat/Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa manusia sering kali mengulangi kesalahan yang sama meskipun telah diberi nasihat dan petunjuk.

Selain itu, puisi ini juga mengajarkan tentang kepasrahan terhadap nasib, di mana seseorang harus menerima kenyataan dan menjalani hidup meskipun penuh penderitaan.

Imaji

Puisi ini memiliki imaji yang kuat, seperti:
  • Imaji suara: "ringkik yang tercekik" menggambarkan suara keledai yang penuh penderitaan.
  • Imaji visual: "terperosok di ceruk gelap" memberikan gambaran tentang kejatuhan dan kesulitan.
  • Imaji perasaan: "akan kubebat patah di belikat" menunjukkan rasa sakit dan kepedihan yang mendalam.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini adalah:
  • Metafora: "keledai" sebagai simbol manusia yang terus menghadapi penderitaan.
  • Personifikasi: "bebanmu sepikul rempah" menggambarkan penderitaan hidup yang harus ditanggung.
  • Repetisi: "tenanglah" digunakan untuk menekankan kepasrahan terhadap nasib.
Puisi "Keledai" karya Iswadi Pratama adalah puisi yang penuh dengan refleksi tentang penderitaan hidup dan siklus kesalahan yang terus berulang. Dengan bahasa yang kuat dan penuh simbolisme, puisi ini menggambarkan bagaimana manusia sering kali terjebak dalam perjalanan hidup yang penuh tantangan, dan meskipun berusaha keras, pada akhirnya tetap harus menerima kenyataan.

Iswadi Pratama
Puisi: Keledai
Karya: Iswadi Pratama

Biodata Iswadi Pratama:
  • Iswadi Pratama lahir pada tanggal 8 April 1971 di Tanjungkarang, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.