Analisis Puisi:
Tema utama puisi "Kakek dan Nenek" adalah kenangan cinta di masa muda yang perlahan memudar di usia senja. Puisi ini mengangkat kisah cinta sepasang kekasih yang telah menua, mengenang masa-masa romantis mereka dahulu, lalu menyadari bahwa kini peran mereka telah berubah menjadi kakek dan nenek yang menemani cucu.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah waktu tidak bisa dilawan, semua manusia akan menua dan cinta pun perlahan berubah bentuk. Apa yang dulu berisi gairah dan rindu yang membara, kini bergeser menjadi kasih sayang yang tenang di antara cucu-cucu mereka. Puisi ini juga menyampaikan bahwa kenangan indah masa muda akan selalu hidup di hati, meskipun tubuh perlahan menua dan jarak memisahkan.
Puisi ini bercerita tentang dua insan yang pernah saling mencintai di masa muda, menghabiskan waktu di Pantai Losari, berbagi kenangan indah bersama. Namun, waktu berlalu begitu cepat, dan kini mereka telah menjadi kakek dan nenek. Hidup mereka tak lagi dihiasi percintaan muda, melainkan rutinitas sederhana seperti membelai dan menidurkan cucu. Kenangan cinta mereka kini hanya tersisa dalam ingatan yang samar di usia senja.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini melankolis dan penuh nostalgia. Ada rasa haru saat mengenang masa muda, sekaligus perasaan pasrah menghadapi kenyataan bahwa waktu telah membawa mereka ke fase hidup yang baru.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah waktu terus berjalan, dan cinta pun ikut bertransformasi seiring usia. Namun, cinta sejati akan selalu hidup dalam kenangan, meski fisik terpisah dan gairah muda perlahan pudar. Puisi ini juga mengajarkan bahwa setiap fase kehidupan punya maknanya sendiri, dan masa tua bukan akhir dari cinta, melainkan kelanjutan cinta dalam bentuk yang lebih tenang dan penuh kasih.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji yang lembut dan puitis, seperti:
- Imaji visual: "tepi pantai Losari", "matahari menyentuh kaki langit", "cahaya bulan menyalami bumi", yang membangun suasana senja yang romantis sekaligus sendu.
- Imaji perasaan: "menyingkap kenangan", "rindu membayangi kita", menciptakan gambaran rasa rindu dan kerinduan yang masih menggantung.
- Imaji aktivitas: "kakek membelai cucu", "nenek menidurkan cucu", menunjukkan bagaimana peran cinta mereka telah berubah seiring usia.
Majas
Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: "matahari menyentuh kaki langit" dan "cahaya bulan menyalami bumi", memberikan kesan bahwa alam turut berbicara dan berinteraksi dengan manusia.
- Metafora: "ukiran kenangan terpahat di kota ini", menggambarkan kenangan yang abadi dalam hati dan tempat yang pernah mereka singgahi.
- Hiperbola: "usia senja kian memisahkan rindu kita", menekankan bagaimana waktu di usia lanjut semakin membentangkan jarak.
Karya: Aspar Paturusi
Biodata Aspar Paturusi:
- Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
- Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
