Puisi: Kaba dari Negeri Khalish (Karya Zen Hae)

Puisi "Kaba dari Negeri Khalish" karya Zen Hae mengisahkan luka sejarah yang tertinggal di tanah leluhur, yang penuh dengan kekerasan, perlawanan, ...
Kaba dari Negeri Khalish

1. lobang jepang

kau membawaku ke kerajaan tanah
negeri leluhur batu nisan
mayatku yang kanak dijabat hantu ngarai panjang
: layang-layang daun gadung
ringkik udara di destar orang bodi
ke empat penjuru angin kaulepas tabik
"ini serumpun salam, dua kuntum tawa bujang
datuk bermisai akar bambu
sambutlah anak-cucumu
bukakan lepau lampau
kami menanti sebuah kaba
ditulis dengan linggis dan
bercangkir darah gadis"

maka, bermula kaba: suara batu dipapas
jetis cambuk, tengkorak remuk
menjalin sirih pinang dalam mulut
berlentera ribuan kuku orang mati
kita cari sumber suara
tak ada tangan tak ada kaki tak ada kepala
tubuh pun sirna dilumat tanah keramat
: perang suci sepanjang dinding
puh, jiwa-jiwa disembur tuan imam
orang-orang berenang di udara
melepas ribuan tombak
kota-kota terendam api

lalu kau berdoa lebih khusyuk dari mabuk
bismillahi, aku menggonggong dari lorong ke lorong
memanggili arwah para romusha
di kepalaku, balon gas ini
tumbuh sepasang sungut ungu
terekam denging dinding
"kembalikan kepala dan
tanah kami
orang-orang kuning!"

2. panorama

maka, jangan hentikan kabamu, khalish
bangsi menyayati lambung awan
tiga belas juta bilah hujan meliuk di angkasa
mengipas lembah dan tebing batu
tujuh laskar tua berdendang dengan tubuh menggigil
mencuci asma di danau
o, perampas rempah dan emas telah datang!
menggada kembali sejarah
bakar saja kalender itu
pancung matahari itu
mayatku demam lagi
: ibu memanggang bayi di halaman
ayah berkhotbah di tepi kolam
lalu kaulubangi dadamu
kausembunyikan aku bersama ribuan gaung
"lorong ini, abang, menghubungkan para pencinta
dengan bulan"

terentang jala keramat
sejumput mantra dilempar pawang
"selamatkan bukan yang memar itu, inyik
dari sergapan kucing hutan"
malam-malam tanpa bulan
orang-orang menanam obor di tanam
menafsir sihir nenek moyang

3. kayutanam

siapa yang bisa lolos dari sihir ini?

aku merasa tak ada lagi hari
setelah kereta jenazah itu berangkat
gerimis mengunci kotamu
di kamar, tempat puisi disucikan
dari darah dan ingar, para pencinta
mengemplang pundi-pundi airmata
mengalir tiga luhak kenangan
mayatku kembali kelonjotan
tersengat cinta tujuh malam
beri aku ciuman candu!
di hutan-hutan sekarat kabut dan cahaya bersitegang
siapa yang lebih lama bertahan
: api hitam atau gerimis biru
lalu, seperti para penemu benua baru
kaukibarkan bendera
kaudagingkan belulangku
kautiupkan nyawaku

meledak semua yang tersumbat
: bendungan, benteng, lorong mejan, kantung angin
kubur batu, pintu langit
"revolusi, manis, selalu bermula
dari isyarat yang amat rahasia"

1997

Analisis Puisi:

Puisi "Kaba dari Negeri Khalish" karya Zen Hae mengangkat tema sejarah, kolonialisme, dan perjuangan melawan penindasan. Puisi ini mengisahkan luka sejarah yang tertinggal di tanah leluhur, yang penuh dengan kekerasan, perlawanan, dan ingatan yang masih membekas.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa sejarah tidak pernah benar-benar berlalu; ia terus hidup dalam ingatan, luka, dan perjuangan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
  • Luka kolonialisme dan eksploitasi: Puisi ini menyinggung tentang masa penjajahan, khususnya pengalaman pahit yang dialami para romusha, rakyat yang dipaksa bekerja paksa oleh penjajah.
  • Perlawanan dan identitas: Ada semangat untuk tidak melupakan sejarah, bahkan jika itu berarti harus menghidupkan kembali cerita-cerita lama (kaba).
  • Magis dan mistisisme: Puisi ini juga menggambarkan dunia yang penuh dengan sihir leluhur, mantra, dan kabut sejarah yang menyelimuti negeri.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan ke masa lalu yang penuh dengan penderitaan akibat penjajahan.
  • Bagian pertama (Lobang Jepang) menggambarkan bagaimana penderitaan para romusha yang dipaksa bekerja dalam kondisi kejam, meninggalkan jejak kesengsaraan di tanah leluhur.
  • Bagian kedua (Panorama) berbicara tentang bagaimana sejarah terus berulang, perampas datang kembali, dan bagaimana masyarakat mencoba bertahan dengan kekuatan tradisi dan mistisisme.
  • Bagian ketiga (Kayutanam) membawa suasana kematian dan perjuangan yang terus berlanjut, di mana sejarah yang menyakitkan tetap hidup dalam kenangan dan perlawanan.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memiliki suasana yang kelam, penuh duka, mistis, tetapi juga sarat dengan semangat perlawanan.

Amanat/Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya mengingat sejarah dan tidak melupakan penderitaan yang telah terjadi.

Puisi ini juga menunjukkan bahwa perlawanan dan identitas bangsa tidak boleh pudar, meskipun generasi baru lahir di tengah dunia yang semakin melupakan masa lalu.

Imaji

Puisi ini dipenuhi dengan imaji yang kuat dan dramatis, seperti:
  • Imaji visual: "mayatku kembali kelonjotan tersengat cinta tujuh malam," menggambarkan kematian yang tidak pernah benar-benar tenang.
  • Imaji pendengaran: "berlentera ribuan kuku orang mati," menciptakan suasana mencekam dari jeritan sejarah yang masih terdengar.
  • Imaji gerak: "meledak semua yang tersumbat," menggambarkan perubahan dan perjuangan yang akhirnya mencapai puncaknya.

Majas

Puisi ini menggunakan berbagai majas, seperti:
  • Metafora: "mayatku demam lagi" bisa berarti kenangan sejarah yang terus menghantui generasi berikutnya.
  • Personifikasi: "gerimis mengunci kotamu" memberikan sifat manusia kepada hujan, seolah-olah ia sedang menahan sesuatu.
  • Repetisi: Kata "kaba" diulang untuk menegaskan bahwa cerita lama ini tidak boleh hilang.
  • Hiperbola: "ribuan tombak kota-kota terendam api" memperkuat gambaran perang dan kehancuran yang terjadi di masa lalu.
Puisi "Kaba dari Negeri Khalish" karya Zen Hae adalah sebuah refleksi sejarah yang dipenuhi dengan mistisisme, penderitaan, dan perlawanan. Dengan bahasa yang kaya dan penuh simbolisme, puisi ini mengajak pembaca untuk tidak melupakan masa lalu yang pahit dan terus membawa semangat perjuangan dalam kehidupan saat ini.

Zen Hae
Puisi: Kaba dari Negeri Khalish
Karya: Zen Hae

Biodata Zen Hae:
  • Zen Hae lahir pada tanggal 12 April 1970 di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kail di danau ini, paman khidir, betapa ngeri tuhan-tuhan sebesar jagat berjuntaian mengailku! 1994 Puisi: Kail Karya: Zen HaeBiodata Z…
  • Dalam Ribuan Sajakmu sunyi dan badai kembali membakar kenangan di jendela. lalu tubuhku lindap dalam gelombang awan mendung. menzuhurkan kepedihan hidupmu dan udara dingin b…
  • Penantian Nuh kau tentu lelah mencari jejakku kuhidangkan sepasang cinta, kapal kayu sepiala airbah. kesendirianmu yang renta dan purba telah kaupahatkan di punca…
  • Bandang tuan, di ladang matahari pantat dandang tapak liman rindu ganggang berkelindan lalu tujuh arwah telanjang memanjat pohon santan : kencing jadi hujan …
  • Di Halte Malam Jatuh akhirnya, aku mahir menggambar hujan menirukan langkah-langkah pulang menulis reklame-reklame sunyi dan menempelnya di bebatang pohon sepanjan…
  • Kitab Pelarian tidurku masih disesaki kemarahan langit sebelas malaikat menghardik-meludah di angkasa : sawan bayi di kandungan, mendidih air di bendungan empat …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.