Puisi: Jendela Kaca (Karya Trisnojuwono)

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mengenang cinta masa lalunya yang pernah ia lihat di balik jendela kaca. Sosok dara kecil berponi ...
Jendela Kaca

Mimpinya di balik jendela
pada dara kecil punya poni
(lembutnya jika menari!)
Piano dalam dirinya tak henti-henti
mengalun-lepaskan "Fur Elise"
sunyi-sunyi

Malam pucat itu ia menuntun sepeda
hatinya mengucur duka

Sekali ditatapnya jendela
lampu-lampu tak lagi menyala
dipacunya sepeda tiba-tiba
dalam ingatan kekasih setia.

Sumber: Majalah Merdeka (6 Agustus 1955)

Analisis Puisi:

Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan kesedihan cinta yang kehilangan. Melalui gambaran jendela kaca dan kenangan yang membekas, puisi ini menyampaikan perasaan cinta yang telah pergi, meninggalkan kesepian yang mendalam.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah bagaimana kenangan cinta pertama atau cinta masa lalu bisa begitu melekat di hati. Jendela kaca melambangkan pemisah antara masa lalu yang indah dengan kenyataan yang menyedihkan di masa kini.

Puisi ini juga menggambarkan fragmen kehidupan manusia yang diwarnai oleh cinta, kehilangan, dan kenangan yang sulit dilupakan. Ada kerinduan yang terus mengalun, seperti melodi piano yang tak henti-henti, menggambarkan betapa kenangan itu terus hidup di dalam batin.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mengenang cinta masa lalunya yang pernah ia lihat di balik jendela kaca. Sosok dara kecil berponi menjadi simbol cinta polos dan sederhana yang pernah mengisi hidupnya.

Namun, waktu telah berlalu, dan kini jendela itu tak lagi menyala, menggambarkan cinta yang telah sirna. Tokoh dalam puisi kemudian mengayuh sepedanya di bawah malam yang pucat, membawa serta duka dan kenangan yang masih menghantuinya.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini sunyi, muram, dan melankolis. Ada kesedihan yang mendalam, bercampur dengan rasa rindu yang tak terobati. Kenangan masa lalu hadir begitu lembut, tetapi juga menyakitkan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kenangan cinta masa lalu sering kali meninggalkan jejak mendalam di hati manusia. Kita mungkin melangkah maju, tetapi beberapa kenangan tetap tinggal di sana, menunggu untuk dikenang kembali. Puisi ini juga mengingatkan bahwa keindahan masa lalu harus diterima sebagai bagian dari perjalanan hidup, meski kadang membawa duka.

Imaji

Puisi ini sarat imaji visual dan auditif yang memperkuat suasana:
  • Jendela kaca — simbol pembatas antara kenangan dan kenyataan.
  • Dara kecil punya poni — gambaran sosok yang manis dan polos.
  • Piano yang mengalun "Fur Elise" — menghadirkan imaji suara yang lembut sekaligus menyayat hati.
  • Malam pucat dan sepeda yang dituntun — gambaran perjalanan melankolis yang penuh beban emosi.
  • Lampu-lampu tak lagi menyala — simbol cinta yang telah mati atau berakhir.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: "Piano dalam dirinya tak henti-henti mengalun-lepaskan 'Fur Elise'" — piano seolah memiliki nyawa yang terus mengalun tanpa henti.
  • Metafora: "hatinya mengucur duka" — kesedihan digambarkan sebagai sesuatu yang mengalir deras, memperkuat efek emosional.
  • Simbolisme: "jendela kaca" melambangkan batas antara kenangan dan kenyataan.
  • Repetisi: Suasana sunyi diulang beberapa kali, mempertegas kesepian yang dirasakan tokoh.

Puisi: Jendela Kaca
Puisi: Jendela Kaca
Karya: Trisnojuwono

Biodata Trisnojuwono:
  • Trisnojuwono (dieja Trisnoyuwono) lahir pada tanggal 12 November 1925.
  • Trisnojuwono meninggal dunia pada tanggal 29 Oktober 1996.
  • Trisnojuwono adalah salah satu sastrawan Angkatan 1950–1960-an.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.