Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jauhilah Imperialis AS (Karya D.N. Aidit)

Puisi "Jauhilah Imperialis AS" bercerita tentang sebuah aksi massa yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat untuk menentang imperialisme AS.

Jauhilah Imperialis AS


alangkah indahnya pemandangan
pagi ini
mentari cerah mengiringi
barisan pejuang mengalun datang
sarjana, seniman, pemuda, wanita
buruh dan tani sokoguru revolusi
dan pelajar anakkandung revolusi
spanduk dan panji, warna-warni
melambai menghias angkasa lebar
teman tentang menentang
tinju pun diacungkan
... marahan Green
hentikan agresi AS di Vietnam
sita modal anak sekolah
sorak-sorai membadai
barisan bergerak maju
menembaki tank ...
tari dan nyanyi memecah sunyi
seruling ditiup nyaring
dendang bertalu, mengiringi,
laki-laki berjingkrak, laksana
burung jalang
membunuh ... Malang
... benci imperialis AS
berkobar tinggi
cinta merdeka meresap setiap dada
manusia juang, pembela masa datang
... pasti muara
... pasti datang

Jakarta, 20-07-65

Sumber: Gugur Merah (2008)

Analisis Puisi:

Puisi "Jauhilah Imperialis AS" mengangkat tema perjuangan anti-imperialisme dan semangat revolusi. Puisi ini mencerminkan perlawanan terhadap dominasi Amerika Serikat (AS), yang dalam konteks sejarahnya sering dikaitkan dengan kolonialisme dan intervensi politik di berbagai negara, termasuk Vietnam.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah ajakan untuk bersatu melawan imperialisme dan ketidakadilan global. Puisi ini menekankan bahwa perjuangan rakyat, baik dari kalangan buruh, tani, pelajar, maupun seniman, memiliki peran penting dalam revolusi. Selain itu, puisi ini juga menyoroti pentingnya kebebasan dan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa tertindas.

Puisi ini bercerita tentang sebuah aksi massa yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat untuk menentang imperialisme AS. Barisan pejuang dari berbagai lapisan rakyat—sarjana, buruh, tani, pemuda, dan pelajar—bersatu dalam gerakan revolusioner yang penuh semangat. Mereka membawa spanduk, menyanyikan lagu-lagu perjuangan, dan menari sebagai bentuk ekspresi semangat perlawanan. Di tengah aksi tersebut, kemarahan terhadap agresi AS di Vietnam semakin membara, menunjukkan tekad rakyat untuk melawan segala bentuk imperialisme.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini menciptakan suasana yang penuh semangat, gegap gempita, dan berapi-api. Barisan massa yang bergerak maju, sorak-sorai yang membadai, serta aksi seni seperti tari dan nyanyian menunjukkan atmosfer perjuangan yang penuh energi dan optimisme.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa imperialisme adalah ancaman bagi kemerdekaan dan keadilan dunia, sehingga harus dilawan. Penyair menegaskan bahwa persatuan rakyat dari berbagai kalangan adalah kunci dalam perjuangan revolusi. Selain itu, puisi ini juga menanamkan keyakinan bahwa kemenangan pasti akan diraih jika perjuangan terus berlanjut.

Imaji

  • Imaji Visual: "spanduk dan panji, warna-warni melambai menghias angkasa lebar" menggambarkan aksi demonstrasi yang meriah dan penuh semangat.
  • Imaji Auditori: "seruling ditiup nyaring, dendang bertalu" menghadirkan suasana aksi massa yang dipenuhi suara musik dan nyanyian.
  • Imaji Kinestetik: "barisan bergerak maju" dan "laki-laki berjingkrak" menggambarkan pergerakan fisik para demonstran yang penuh semangat.

Majas

  • Majas Personifikasi: "sorak-sorai membadai" menggambarkan suara demonstran yang begitu kuat seperti badai.
  • Majas Metafora: "cinta merdeka meresap setiap dada" menyatakan bahwa kecintaan terhadap kemerdekaan sudah menjadi bagian dari jiwa para pejuang.
  • Majas Hiperbola: "berkobar tinggi" untuk menggambarkan kebencian terhadap imperialisme yang sangat besar dan meluas.
Puisi "Jauhilah Imperialis AS" adalah ekspresi semangat revolusioner dalam menentang imperialisme, khususnya terhadap AS. Dengan penggunaan imaji yang kuat dan gaya bahasa yang penuh emosi, puisi ini menggambarkan aksi perlawanan rakyat yang penuh semangat dan keyakinan akan kemenangan. Melalui puisi ini, D.N. Aidit menyerukan persatuan dan perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan demi mencapai kemerdekaan sejati.

D.N. Aidit
Puisi: Jauhilah Imperialis AS
Karya: D.N. Aidit

Biodata D.N. Aidit / Dipa Nusantara Aidit:
  • D.N. Aidit (nama lahir Achmad Aidit) lahir pada tanggal 30 Juli 1923 di Tanjungpandan, Belitung, Hindia Belanda. 
  • D.N. Aidit meninggal dunia pada tanggal 22 November 1965 di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.