Puisi: Jakarta Hujan (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Jakarta Hujan" mengajak pembaca untuk melihat keindahan dan kebahagiaan dalam momen-momen sederhana kehidupan. Dengan sikap santai terhadap ...
Jakarta Hujan

Biarkan jemuran bermain hujan
janganlah kau mengkhawatirkan
kesehatannya secara berlebihan.

Analisis Puisi:

Puisi "Jakarta Hujan" karya Mustafa Ismail adalah potret keseharian yang sederhana namun sarat dengan makna kehidupan. Dengan sentuhan kata-kata yang ringan, penyair menggambarkan momen hujan di Jakarta dan memberikan pesan tentang sikap santai terhadap kehidupan.

Judul: "Jakarta Hujan" menunjukkan fokus puisi pada keadaan cuaca di kota Jakarta. Hujan menjadi unsur sentral yang menciptakan atmosfer dan menggambarkan suasana tertentu.

Hujan Sebagai Pelaku: Penggunaan kata "bermain" untuk jemuran menciptakan personifikasi pada hujan. Hujan menjadi agen yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, menciptakan gambaran keceriaan.

Sikap Santai dan Menghargai Keseharian: Kata-kata "biarkan" dan "janganlah kau mengkhawatirkan" menciptakan nuansa sikap santai terhadap hujan dan kehidupan sehari-hari. Puisi ini merayakan keindahan momen-momen sederhana dan mengajak pembaca untuk tidak terlalu khawatir terhadap hal-hal kecil.

Jemuran sebagai Simbol: Jemuran yang bermain hujan dapat diartikan sebagai simbol kehidupan sehari-hari. Meskipun terkena hujan, jemuran tetap berada di sana dan "bermain," menciptakan gambaran bahwa hidup harus terus berjalan, bahkan dalam situasi sulit sekalipun.

Perhatian Terhadap Kesehatan yang Berlebihan: Penyair menciptakan kontras dengan menyentuh topik serius seperti kesehatan jemuran. Pesan ini mungkin menyiratkan kritik terhadap sikap manusia yang terlalu fokus pada masalah-masalah kecil, sehingga lupa menikmati momen-momen kecil kebahagiaan.

Bahasa yang Sederhana: Puisi ini menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna. Bahasa yang mudah dipahami membuat puisi ini dapat dinikmati oleh berbagai lapisan pembaca.

Pandangan Positif terhadap Hujan: Secara umum, puisi ini menampilkan pandangan positif terhadap hujan, menyajikan keberanian untuk melihat keindahan di tengah-tengah tantangan dan kenyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Puisi "Jakarta Hujan" mengajak pembaca untuk melihat keindahan dan kebahagiaan dalam momen-momen sederhana kehidupan. Dengan sikap santai terhadap hujan dan pesan untuk tidak terlalu khawatir terhadap hal-hal kecil, puisi ini menjadi pengingat akan keindahan dan keberanian menghadapi kehidupan sehari-hari.

Mustafa Ismail
Puisi: Jakarta Hujan
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Seperti JamSeperti jam, siapakah tengah malamduduk di ruang, menunggu:Kita sudah selesai sholat isyahabis doalalu mencari tapak-tapak putihseseorang yang pergi membawa tasbihdan de…
  • KeadaanSesedap pagi dan kemolekan(senyum dan ketawa mula-mula)kita rindu bertemu(Akan menggempur kepercayaanantara) hubungan yang sejak(penglihatan dan perjumpaan)Yang pertama, sak…
  • Pertama, Kedua, Ketigasepi itu ada tigadinding perut bundaadalah yang pertamasembilan bulan kumencintainyasepi yang keduaitulah duniabersama istri tercintaaku mengecapnyaalam bakay…
  • Vas Cintakuletakkan cinta di mejamuadakah vas bunga buat menyimpannyaagar mudah bagimu merawatnyasiramilah butiran kasih sayangagar tumbuh segar dan wangicinta selalu menyorotkan p…
  • Gerimis Senja Kulihat diriku di beranda memandang senja Menunggu gerimis tiba. Sayap-sayap seruling mengepak di antara cemas burung pepohonan dan jalan yang menj…
  • Lenguh Napas (kepada Hasbi Burman) Kau mengulum senja di bibirnya Suak Ujong Kalak birahi dan Blang Pulo adalah saksi bisu ketika kau hela …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.