Puisi: Isa (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Isa" karya Chairil Anwar penuh dengan makna dan emosi yang mendalam. Puisi ini menggambarkan tentang penderitaan, ketidakberdayaan, dan ....
Isa
Kepada Nasrani Sejati

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya: aku salah?

kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera

mengatup luka

aku bersuka

Itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah

12 November 1943

Sumber: Deru Campur Debu (1949)

Analisis Puisi:

Puisi "Isa" karya Chairil Anwar penuh dengan makna dan emosi yang mendalam. Puisi ini menggambarkan tentang penderitaan, ketidakberdayaan, dan pertanyaan eksistensial seorang individu yang mungkin merupakan simbol dari kondisi manusia secara keseluruhan.

Tubuh yang Menderita: Puisi ini berbicara tentang "Tubuh" yang mengucurkan darah, kemudian rubuh dan patah. Kata "Tubuh" yang menderita ini dapat diartikan secara fisik atau sebagai metafora dari kondisi manusia yang rapuh dan terhimpit oleh penderitaan dan kesulitan dalam hidup.

Pertanyaan Eksistensial: Penyair menulis "mendampar tanya: aku salah?" yang menunjukkan kebingungan dan pertanyaan yang muncul dalam diri individu yang menderita. Puisi ini mencerminkan penderitaan dan kesedihan seseorang yang mungkin bertanya-tanya tentang arti hidup dan menghadapi pertanyaan eksistensial tentang keberadaannya.

Refleksi dan Pencerahan: Kata "aku berkaca dalam darah" menunjukkan refleksi sang penyair yang mempertanyakan dirinya sendiri dan mencari pemahaman tentang kehidupannya. Meskipun penuh dengan penderitaan, ada kesadaran akan diri sendiri dan kemungkinan pencerahan.

Pembebasan dari Penderitaan: Puisi ini mengekspresikan pembebasan dan sukacita penyair ketika "Tubuh" tersebut mengatup luka dan ia bersuka. Ini mungkin menggambarkan perasaan kelegaan atau penerimaan akan kondisi dan penderitaannya.

Repetisi sebagai Efek Emosional: Penggunaan repetisi pada kalimat "Itu tubuh, mengucur darah, mengucur darah" menciptakan efek emosional yang kuat dan menekankan penderitaan dan perasaan sakit yang dialami oleh "Tubuh" tersebut.

Puisi "Isa" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang singkat namun penuh dengan makna dan emosi. Puisi ini menggambarkan penderitaan dan ketidakberdayaan "Tubuh" yang rubuh dan mengucur darah. Meskipun terdapat pertanyaan eksistensial tentang arti hidup dan keberadaannya, penyair mencerminkan refleksi dan pembebasan dari penderitaan dalam puisi ini. Puisi ini menghadirkan gambaran tentang manusia yang rapuh dan berjuang dengan penderitaan, tetapi juga menunjukkan potensi pencerahan dan pemahaman tentang diri sendiri.

Chairil Anwar
Puisi: Isa
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Selamat Tinggal Aku berkaca Bukan buat ke pesta Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru-menderu — dalam hatiku? — Apa hanya angin lalu? Lalu lain pula Mengge…
  • Rumahku Rumahku dari unggun-timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senja kala …
  • Kisah Zaman Desir desau air mengalir         ke pantai mara         tujuan nyata Dari udik sampai ke hilir    …
  • Hukum Saban sore ia lalu depan rumahku Dalam baju tebal abu-abu Seorang jerih memikul. Banyak menangkis pukul. Bungkuk jalannya — LesuPucat mukanya — Lesu …
  • 1943 Racun berada di reguk pertama Membusuk rabu terasa di dada Tenggelam darah dalam nanah Malam kelam-membelam Jalan kaku-lurus. Putus Candu. Tumbang Tanganku…
  • Ajakan Menembus sudah caya Udara tebal kabut Kaca hitam lumut Pecah pencar sekarang Di ruang legah lapang Mari ria lagi Tujuh belas tahun kembali Bersepeda…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.