Puisi: Gita Cemara (Karya Remy Sylado)

Puisi: Gita Cemara Karya: Remy Sylado
Gita Cemara

Dalam hatiku jauh - jika terlihat mikroskop
berdiri etalase atas segala duka dan kemiskinan

Dalam nuraniku dekat - biar dengan panon terpejam
terlihat datang arakan cahya memberi jiwaku makan

Hidup dibikinnya seperti cemara di segala musim
antara segala kemarau apa segala penghujan

Jika angin meniupnya, daun-daunnya menyanyi
gita segala gita tentang cinta segala cinta

Di ujung tahun kupindahkan gambarnya di rumah
berdiri cantik di sudut dalam segala jala mata

Dan jika malam gelap terpasang di situ
giliranku menyanyi sukarela bagi ini cemara

Lupa segala duka dan kemiskinan dari segala tahun.

Sumber: Kerygma & Martyria (2004)

Analisis Puisi:

Tema utama puisi “Gita Cemara” adalah keteguhan dan harapan di tengah penderitaan hidup. Puisi ini menggambarkan bagaimana hidup yang dipenuhi duka dan kemiskinan tetap bisa dihadapi dengan ketenangan dan keindahan melalui simbol pohon cemara.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah cinta dan ketabahan mampu menjadi penawar atas segala kesulitan hidup. Pohon cemara dalam puisi ini melambangkan keteguhan dan keindahan yang bertahan di segala musim, menjadi simbol harapan dan kekuatan batin bagi manusia yang tengah didera kemiskinan dan duka.

Puisi ini juga menyiratkan bahwa keindahan sederhana yang ada di sekitar kita—seperti pohon cemara—dapat memberikan semangat baru dan menenangkan jiwa yang letih. Di balik kesederhanaan itu, tersimpan kebijaksanaan hidup.

Puisi ini bercerita tentang seorang aku lirik yang menjalani hidup dalam kondisi serba kekurangan, penuh duka dan kemiskinan. Di tengah kondisi tersebut, ia menemukan sebuah ketenangan dan inspirasi dari keberadaan pohon cemara.

Cemara yang tahan di segala musim menjadi cerminan keteguhan hati, yang menguatkan aku lirik dalam menghadapi pahitnya hidup. Bahkan di penghujung tahun, gambar cemara dipindahkan ke dalam rumah, menjadi semacam simbol harapan baru dan penghiburan batin.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini kontemplatif, lirih, tetapi sarat harapan. Ada perasaan melankolis saat mengingat duka dan kemiskinan, tetapi juga hadir nuansa optimis dan hangat saat pohon cemara dihadirkan sebagai simbol ketenangan dan cinta.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan puisi ini adalah bahwa di tengah kesulitan hidup, kita perlu menemukan simbol-simbol sederhana yang dapat memberikan penghiburan dan ketenangan jiwa.
Pohon cemara menjadi pengingat bahwa hidup memang silih berganti antara kemarau dan penghujan, tetapi keteguhan hati akan membuat kita mampu bertahan.

Puisi ini juga mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kemewahan, melainkan dari cara kita memandang dan menghargai hal-hal kecil di sekitar kita.

Imaji

Puisi ini dipenuhi imaji visual dan auditif yang memperkuat suasana dan makna:
  • Imaji visual: pohon cemara berdiri cantik di sudut rumah, arakan cahaya yang memberi jiwa makan.
  • Imaji auditif: daun cemara yang menyanyikan gita tentang cinta.
Imaji-imaji tersebut membentuk gambaran alam dan suasana batin yang saling berkaitan: kesederhanaan alam (cemara) mampu menyanyikan lagu cinta yang menguatkan hati yang penuh luka dan duka.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: "etalase atas segala duka dan kemiskinan" menggambarkan hati yang menyimpan luka-luka hidup seperti pajangan dalam etalase.
  • Personifikasi: "daun-daunnya menyanyi" menjadikan pohon cemara seolah makhluk hidup yang bernyanyi membawa pesan cinta.
  • Allegori: pohon cemara menjadi simbol ketabahan hidup yang bertahan di segala musim.
  • Hiperbola: "cahya memberi jiwaku makan" yang menggambarkan cahaya sebagai pemberi makan bagi jiwa yang lapar akan harapan.
Puisi “Gita Cemara” karya Remy Sylado adalah refleksi puitis tentang bagaimana harapan, cinta, dan keteguhan mampu menyelamatkan manusia dari gelapnya kemiskinan dan penderitaan hidup. Dengan menjadikan pohon cemara sebagai simbol, puisi ini mengajarkan bahwa keindahan dan ketabahan tidak perlu dicari jauh-jauh, ia ada di sekitar kita, hadir sebagai pengingat bahwa kita tidak sendirian menghadapi pahitnya hidup.

Di akhir puisi, cemara menjadi saksi perjalanan tahun yang penuh luka, namun di saat yang sama juga menjadi sumber nyanyian sukarela yang menghidupkan kembali semangat dan harapan.

"Puisi Remy Sylado"
Puisi: Gita Cemara
Karya: Remy Sylado

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.