Analisis Puisi:
Puisi "Garut" karya Wayan Jengki Sunarta mengangkat tema tentang perasaan rindu, keterasingan, dan pencarian makna dalam keheningan alam. Keindahan alam Garut dijadikan latar untuk menggambarkan suasana batin penyair yang penuh perenungan.
Makna Tersirat
Di balik deskripsi tentang Garut yang hijau dan menenangkan, puisi ini menyiratkan perasaan keterpisahan atau ketidaktercapaian antara penyair dan sesuatu (mungkin seseorang atau perasaan tertentu) yang dirindukannya. Meskipun ia telah sampai di "pelataran hatimu," ada kesan bahwa ia masih belum benar-benar bisa memahami atau menyentuh esensi dari perasaan itu.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan seseorang ke Garut, di mana ia merenungkan perasaan dan kenangan yang hadir seiring dengan suasana di tempat itu. Alam Garut yang hijau, suara serangga di malam hari, dan cahaya lampu kota menggambarkan keindahan yang membawa ketenangan sekaligus kegelisahan. Ada rasa ingin menyatu dengan keindahan dan perasaan yang hadir, tetapi pada akhirnya ia merasa belum bisa benar-benar mencapai atau memahami perasaan yang ia cari.
Suasana dalam Puisi
Puisi ini menciptakan suasana melankolis dan penuh perenungan. Suasana malam yang dingin, gerimis yang belum berhenti, serta keheningan pegunungan menggambarkan kesepian yang mendalam.
Amanat/Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa ada perasaan atau makna dalam hidup yang sulit dicapai meskipun kita sudah berusaha mendekatinya. Terkadang, keindahan dan ketenangan justru membawa kita pada kesadaran akan keterasingan diri dan perasaan yang belum tersampaikan.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang membangkitkan pengalaman sensorik pembaca:
- Imaji visual: "lelampu kota di lembah Garut," "yang hijau pepucuk cemara" menggambarkan keindahan alam Garut dengan jelas.
- Imaji auditif: "malam suara serangga" memberikan suasana malam yang sunyi namun penuh kehidupan.
- Imaji perasaan: "kata demi kata tercurah, menggenangi musim resah" menggambarkan curahan hati yang mengalir seperti musim yang tak menentu.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: "lelampu kota di lembah Garut menjalari relung jiwa" (lampu kota digambarkan seolah dapat menjalari perasaan seseorang).
- Metafora: "pelataran hatimu yang hijau pegunungan" (menggambarkan hati seseorang seperti lanskap alam yang hijau dan luas).
- Hiperbola: "kata demi kata tercurah, menggenangi musim resah" (menggambarkan perasaan yang begitu dalam seolah-olah bisa menggenangi waktu).
Puisi "Garut" karya Wayan Jengki Sunarta adalah sebuah puisi reflektif yang menggambarkan perjalanan fisik ke Garut sekaligus perjalanan batin seseorang dalam mencari makna dan ketenangan. Dengan penggunaan imaji yang kuat serta suasana yang melankolis, puisi ini membawa pembaca ke dalam dunia perenungan yang penuh kerinduan dan keterasingan.
Karya: Wayan Jengki Sunarta
Biodata Wayan Jengki Sunarta:
- Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
