Puisi: Fontana Maggiore (Karya Acep Zamzam Noor)

Puisi "Fontana Maggiore" karya Acep Zamzam Noor bercerita tentang sebuah perenungan di sekitar Fontana Maggiore, sebuah air mancur terkenal di Italia.
Fontana Maggiore

Tiba-tiba tubuhmu penuh hujan
Seperti patung di tengah air mancur itu
Dan waktu menjadi pohon yang ditinggalkan daun-daun
Aku ingat sebatang lilin di tengah laut malam hari
Di sini pun cahaya memperlebar wilayah kelamnya
Hingga kita bersudutan dengan tajam
Dalam keremangan yang mengeras

Kebisuan menjadi bahasa
Antara undakan-undakan dan detik-detik
Yang menggenang. Bunyi gitar terdengar nyaring
Tapi segera dipatahkan angin yang runcing
Wajah pengamen itu menjadi pucat dan keperakan
Di tengah deretan hari-hari yang menyusut
Dan mengembun pada patung-patung

Di dinding kasar nampak bayang-bayangmu
Yang bergerak-gerak tanpa lakon
Dan orang-orang masih berjalan dengan anjing
Atau anak-anak mereka yang menggigil
Kulihat lehermu menghijau seperti tembaga
Tapi segera mulut cahaya menyerapnya
Ke dalam lampu-lampu

Tubuhmu menyusut dan menjadi percikan air
Kekekalan memenuhi seluruh kolam
Kunang-kunang terbang, menjauh dan menghilang
Adalah pikiranmu yang masih terpatah-patah -
Di taman-taman lain yang lebih remang
Kulihat jurang-jurang yang digali cahaya
Seluruh hujan diterjunkan ke sana.

1992

Sumber: Di Atas Umbria (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Fontana Maggiore" karya Acep Zamzam Noor adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme dan metafora yang kuat. Dengan gaya bahasanya yang khas, puisi ini menggambarkan suasana melankolis dan reflektif yang berkaitan dengan waktu, kebisuan, dan keabadian.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah waktu, keheningan, dan kefanaan manusia. Penyair menggunakan simbol air mancur dan patung untuk menggambarkan bagaimana manusia dan lingkungannya berada dalam perjalanan waktu yang terus berjalan, sementara beberapa hal tetap abadi dalam diam.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa kehidupan adalah perputaran antara kefanaan dan kekekalan. Tubuh manusia, seperti patung di tengah air mancur, bisa diibaratkan sebagai sesuatu yang terkena hujan—terus-menerus berubah dan terkikis oleh waktu. Di sisi lain, ada juga sesuatu yang abadi dalam kebisuan dan kenangan.

Puisi ini juga menunjukkan bagaimana manusia terkadang hanya menjadi bayang-bayang di dunia, tersapu oleh waktu seperti air yang terus mengalir.

Puisi ini bercerita tentang sebuah perenungan di sekitar Fontana Maggiore, sebuah air mancur terkenal di Italia. Penyair menggambarkan bagaimana waktu berlalu, bagaimana manusia dan objek di sekitarnya perlahan berubah atau menghilang. Suasana kelam dan reflektif dalam puisi ini memperkuat gagasan tentang kefanaan dan keheningan yang abadi.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini penuh dengan kesunyian, kesedihan, dan perenungan. Ada kesan bahwa penyair sedang menyaksikan bagaimana segala sesuatu berubah dan menghilang, tetapi tetap ada sesuatu yang abadi dalam diam.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah bahwa waktu terus berjalan dan segala sesuatu akan berubah atau menghilang, tetapi ada keheningan dan kenangan yang bisa bertahan selamanya. Manusia harus menyadari bahwa kehidupan adalah siklus yang terus bergerak, dan dalam kebisuan, terkadang ada makna yang lebih dalam.

Imaji

Puisi ini penuh dengan imaji visual dan sensorik, di antaranya:
  • Imaji visual: "Tiba-tiba tubuhmu penuh hujan", "Di dinding kasar nampak bayang-bayangmu", "Kulihat lehermu menghijau seperti tembaga". Imaji ini memperkuat suasana melankolis dan keabadian yang digambarkan dalam puisi.
  • Imaji pendengaran: "Bunyi gitar terdengar nyaring, tapi segera dipatahkan angin yang runcing". Ini menggambarkan bagaimana suara dalam puisi ini hanya muncul sekejap lalu menghilang, seolah menggambarkan kefanaan.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas, antara lain:
  • Metafora: "Waktu menjadi pohon yang ditinggalkan daun-daun" menggambarkan bagaimana waktu berjalan dan meninggalkan sesuatu yang pernah ada.
  • Personifikasi: "Seluruh hujan diterjunkan ke sana" memberikan kesan bahwa hujan memiliki kehendak untuk jatuh ke tempat tertentu.
  • Simbolisme: Patung, air mancur, dan hujan digunakan sebagai simbol keabadian dan kefanaan manusia.
Puisi "Fontana Maggiore" karya Acep Zamzam Noor adalah refleksi tentang waktu, keheningan, dan kefanaan manusia. Dengan simbolisme yang kuat, suasana melankolis, serta imaji yang tajam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keberadaan mereka dalam arus kehidupan yang terus berubah.

Puisi ini memberikan pesan bahwa dalam kebisuan dan kefanaan, ada sesuatu yang tetap abadi, baik dalam kenangan maupun dalam keheningan yang tak terucapkan.

Acep Zamzam Noor
Puisi: Fontana Maggiore
Karya: Acep Zamzam Noor

Biodata Acep Zamzam Noor:
  • Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
  • Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.