Dini Hari
Di hawa dingin ini, di sisa aroma hujan yang menghujani tenda,
Bayang kehangatanmu begitu kuat memupuk dada
Seakan ranting yang menyala di depan mata berarti tiada,
Seakan semilir yang menerpa raga menyirat tanda
Mengapa keinginan padamu tak kunjung reda,
Seperti tingkah hujan yang mengalah pada senja,
Sebab aku hanya ingin menikmati wajah purnama
Yang bersolek di antara pucuk pinus dan cemara
Di hawa dingin ini, di malam yang sunyi dari kata-kata
Aku memuntahkan seluruh isi di kepala, dalam kidung yang tertata
Meminta suatu jalan damai bagi rasa yang buta
Meminta kejernihan nalar dari khayalan semata
Bersama tarian jelaga yang membumbung angkasa
Kusematkan harapan untuk segala ketidakpastian yang menyiksa
Gunung Puntang, 28 Desember 2023
Analisis Puisi:
Puisi "Dini Hari" Karya Adhitya Wanda Pratama mengangkat tema kerinduan, refleksi diri, dan pencarian ketenangan di tengah ketidakpastian. Puisi ini menggambarkan seseorang yang merasakan kehampaan dalam kesunyian malam, sambil merenungkan perasaan yang belum juga reda.
Makna Tersirat
Puisi ini menyiratkan perasaan rindu yang mendalam terhadap seseorang atau sesuatu yang sulit tergapai. Penulis membandingkan keinginannya dengan hujan yang akhirnya reda, tetapi perasaan rindu yang dirasakannya justru tetap bertahan. Ada juga unsur perenungan batin, di mana sang penyair mencoba mencari ketenangan dalam kesunyian dini hari dan meminta kejernihan nalar dari perasaan yang mungkin hanya ilusi belaka.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang tengah larut dalam perasaan rindu dan perenungan di tengah hawa dingin dini hari. Bayangan seseorang yang dirindukan begitu kuat terasa, bahkan api yang menyala di depan mata pun terasa tak berarti dibandingkan dengan hangatnya kenangan akan sosok tersebut. Sang penyair juga menyampaikan kegelisahannya dalam bentuk kidung, berharap mendapatkan jawaban atas ketidakpastian yang menyiksa hatinya.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, tenang, namun penuh dengan perasaan yang menggebu. Ada keheningan malam yang menambah nuansa reflektif, tetapi juga ada gejolak batin yang mengiringi perjalanan perasaan sang penyair.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengajarkan bahwa kerinduan dan ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan yang harus dihadapi dengan ketenangan dan kejernihan berpikir. Kadang, kita perlu melepaskan perasaan yang membebani dan mencari kedamaian dalam kesendirian, agar tidak terjebak dalam ilusi yang diciptakan oleh hati dan pikiran kita sendiri.
Imaji
- Imaji visual: "Wajah purnama yang bersolek di antara pucuk pinus dan cemara" menciptakan gambaran yang indah dan menenangkan.
- Imaji perasaan: "Mengapa keinginan padamu tak kunjung reda" menggambarkan gejolak batin yang penuh kerinduan.
- Imaji penciuman: "Di sisa aroma hujan yang menghujani tenda" menghadirkan sensasi aroma khas hujan yang membekas.
Majas
- Metafora: "Bersama tarian jelaga yang membumbung angkasa" menggambarkan doa dan harapan yang disampaikan ke langit.
- Personifikasi: "Sebab aku hanya ingin menikmati wajah purnama yang bersolek" memberikan sifat manusiawi pada purnama yang seakan berdandan.
- Hiperbola: "Aku memuntahkan seluruh isi di kepala" menggambarkan perasaan yang meluap-luap dan ingin dituangkan sepenuhnya.
Puisi "Dini Hari" karya Adhitya Wanda Pratama merupakan sebuah refleksi batin yang menggambarkan kerinduan mendalam, pencarian ketenangan, dan harapan atas ketidakpastian. Dengan bahasa yang puitis dan kaya akan imaji, puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana sunyi dini hari yang dipenuhi perasaan melankolis dan keinginan untuk menemukan kedamaian dalam hati.
Karya: Adhitya Wanda Pratama