Puisi: Dermaga (Karya Sujarwanto)

Puisi "Dermaga" karya Sujarwanto bercerita tentang refleksi perjalanan hidup yang penuh dengan perubahan, pertemuan, dan perpisahan. Kapal yang ...
Dermaga

Di sini, perjalanan yang panjang
Kita susuri
Sepanjang usia
Kurun demi kurun, melintasi nasib
Kita pun termangu menyapa
Kapal-kapal merapat
Daun-daun meluruh
Denting-denting hari memintas
Tiba-tiba
Menghadang di depan kita
Lalu angin terasa mencium kuduk
Ujung demi ujung persimpangan, menyapa
Gurat-gurat nasib
Dan seribu gita pengharapan
Adakah di sini sempat tercatat
Misteri-misteri besar di akhir senja
Saat kapal-kapal merapat
Dan desir angin lewat
Di sini
Nama-Nya sempat singgah
Sebelum mentari lenyap
Di batas cakrawala

Yogyakarta, 1984

Sumber: Astana Kastawa 2 (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Dermaga" karya Sujarwanto mengusung nuansa reflektif tentang perjalanan hidup manusia yang penuh dengan perpisahan, harapan, dan misteri kehidupan. Dengan menggunakan simbol-simbol alam dan perjalanan, puisi ini menyentuh aspek spiritualitas dan eksistensialisme.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah perjalanan hidup, waktu, dan ketidakpastian nasib. Dermaga dalam puisi ini melambangkan titik persinggahan dalam kehidupan, tempat seseorang berhenti sejenak sebelum melanjutkan perjalanan yang lebih jauh.

Makna Tersirat

Puisi ini memiliki makna tersirat yang cukup mendalam, yaitu hidup adalah perjalanan yang panjang dan penuh ketidakpastian. Manusia hanya bisa menunggu, menyaksikan perubahan, dan berharap agar ada makna dalam setiap persinggahan hidupnya.

Beberapa bagian puisi yang menunjukkan makna tersirat ini antara lain:
  • "Sepanjang usia, Kurun demi kurun, melintasi nasib" → Menggambarkan perjalanan hidup manusia yang berlangsung dalam waktu yang panjang.
  • "Tiba-tiba Menghadang di depan kita" → Menunjukkan bahwa dalam hidup, ada hal-hal yang datang tanpa diduga, mungkin berupa tantangan atau perubahan besar.
  • "Nama-Nya sempat singgah Sebelum mentari lenyap di batas cakrawala" → Memberikan kesan religius bahwa sebelum kehidupan berakhir (sebelum mentari lenyap), manusia mengingat Tuhan dan mencari makna dalam keberadaannya.
Puisi ini bercerita tentang refleksi perjalanan hidup yang penuh dengan perubahan, pertemuan, dan perpisahan. Kapal yang merapat dan angin yang berhembus menjadi simbol bagaimana hidup terus bergerak maju tanpa bisa dihentikan. Manusia hanya bisa menyaksikan dan menerima segala perubahan yang datang.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, tenang, dan penuh perenungan. Ada nuansa kesunyian ketika sang penyair menggambarkan bagaimana kapal-kapal merapat dan daun-daun meluruh, seolah melambangkan kefanaan hidup.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini mengajarkan bahwa hidup adalah perjalanan yang terus berjalan, dan manusia harus siap menghadapi segala perubahan yang terjadi. Selain itu, ada pesan spiritual bahwa pada akhirnya manusia akan kembali kepada Tuhan setelah melalui berbagai persinggahan dalam hidupnya.

Imaji

  • Imaji visual → "Kapal-kapal merapat, Daun-daun meluruh, Mentari lenyap di batas cakrawala" (menghadirkan gambaran nyata tentang suasana di dermaga yang menjadi metafora perjalanan hidup).
  • Imaji auditorik → "Denting-denting hari memintas, Desir angin lewat" (menggambarkan suara waktu yang berlalu dan angin yang menghembus).
  • Imaji taktil → "Lalu angin terasa mencium kuduk" (membuat pembaca dapat merasakan hembusan angin yang menyentuh kulit).

Majas

  • Metafora → "Denting-denting hari memintas" (waktu digambarkan seperti dentingan yang terus berjalan).
  • Personifikasi → "Angin terasa mencium kuduk" (angin diberi sifat manusia yang bisa mencium).
  • Simbolisme → "Kapal-kapal merapat" (melambangkan perhentian dalam perjalanan hidup), "Mentari lenyap di batas cakrawala" (menandakan akhir dari suatu perjalanan, bisa diartikan sebagai kematian).
Puisi "Dermaga" karya Sujarwanto adalah puisi yang penuh dengan refleksi tentang hidup dan perjalanan manusia. Dengan simbol-simbol alam seperti kapal, angin, dan senja, puisi ini menggambarkan bagaimana hidup terus berjalan, dan manusia hanya bisa menunggu serta menerima takdirnya. Ada pesan spiritual yang tersirat, bahwa sebelum kehidupan berakhir, manusia akan mencari makna dan kembali mengingat Tuhan.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Dermaga
Karya: Sujarwanto

Biodata Sujarwanto:
  • Sujarwanto lahir pada tanggal 28 Februari 1955 di Bantul, Yogyakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Mutiara-Mutiara Untuk: luluk-lulukku Telah kupungut dari dasar laut, Putih dari warna hitam yang kelam Kuasah dari hari ke hari, asa yang kian menipis Aku berharap,…
  • Sajak Burung Perenjak Hari ini bakal datang berita dari jauh Nyanyinya meningkahi gemerisik daun Pada dahan-dahan rendah di depan rumah Sepotong kue dan segelas susu Meny…
  • Sajak tentang Katak di kampung ini masih ada katak menyanyi kala senja semarak dan gerimis mereda di kolam-kolam pekarangan, terjauh dari rawa-rawa mereka berkisah t…
  • Potret-Potret Tua Di album ini, Seperti semesta yang semakin tua Langkah-langkah gagah dan napas-napas yang gairah Berangkai-rangkai, memilih kurun Pandanglah Kerna …
  • Perburuan Dari musim ke musim Telah kutikam sepi itu Dan darah telah mengucur sepanjang langkah Mengumpul bersama sejuta harap Tak pernah sampai Langkahku yang tertatih di…
  • Dermaga Di sini, perjalanan yang panjang Kita susuri Sepanjang usia Kurun demi kurun, melintasi nasib Kita pun termangu menyapa Kapal-kapal merapat Daun-daun meluruh Den…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.