Analisis Puisi:
Puisi "Dermaga" karya Sujarwanto mengusung nuansa reflektif tentang perjalanan hidup manusia yang penuh dengan perpisahan, harapan, dan misteri kehidupan. Dengan menggunakan simbol-simbol alam dan perjalanan, puisi ini menyentuh aspek spiritualitas dan eksistensialisme.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah perjalanan hidup, waktu, dan ketidakpastian nasib. Dermaga dalam puisi ini melambangkan titik persinggahan dalam kehidupan, tempat seseorang berhenti sejenak sebelum melanjutkan perjalanan yang lebih jauh.
Makna Tersirat
Puisi ini memiliki makna tersirat yang cukup mendalam, yaitu hidup adalah perjalanan yang panjang dan penuh ketidakpastian. Manusia hanya bisa menunggu, menyaksikan perubahan, dan berharap agar ada makna dalam setiap persinggahan hidupnya.
Beberapa bagian puisi yang menunjukkan makna tersirat ini antara lain:
- "Sepanjang usia, Kurun demi kurun, melintasi nasib" → Menggambarkan perjalanan hidup manusia yang berlangsung dalam waktu yang panjang.
- "Tiba-tiba Menghadang di depan kita" → Menunjukkan bahwa dalam hidup, ada hal-hal yang datang tanpa diduga, mungkin berupa tantangan atau perubahan besar.
- "Nama-Nya sempat singgah Sebelum mentari lenyap di batas cakrawala" → Memberikan kesan religius bahwa sebelum kehidupan berakhir (sebelum mentari lenyap), manusia mengingat Tuhan dan mencari makna dalam keberadaannya.
Puisi ini bercerita tentang refleksi perjalanan hidup yang penuh dengan perubahan, pertemuan, dan perpisahan. Kapal yang merapat dan angin yang berhembus menjadi simbol bagaimana hidup terus bergerak maju tanpa bisa dihentikan. Manusia hanya bisa menyaksikan dan menerima segala perubahan yang datang.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, tenang, dan penuh perenungan. Ada nuansa kesunyian ketika sang penyair menggambarkan bagaimana kapal-kapal merapat dan daun-daun meluruh, seolah melambangkan kefanaan hidup.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengajarkan bahwa hidup adalah perjalanan yang terus berjalan, dan manusia harus siap menghadapi segala perubahan yang terjadi. Selain itu, ada pesan spiritual bahwa pada akhirnya manusia akan kembali kepada Tuhan setelah melalui berbagai persinggahan dalam hidupnya.
Imaji
- Imaji visual → "Kapal-kapal merapat, Daun-daun meluruh, Mentari lenyap di batas cakrawala" (menghadirkan gambaran nyata tentang suasana di dermaga yang menjadi metafora perjalanan hidup).
- Imaji auditorik → "Denting-denting hari memintas, Desir angin lewat" (menggambarkan suara waktu yang berlalu dan angin yang menghembus).
- Imaji taktil → "Lalu angin terasa mencium kuduk" (membuat pembaca dapat merasakan hembusan angin yang menyentuh kulit).
Majas
- Metafora → "Denting-denting hari memintas" (waktu digambarkan seperti dentingan yang terus berjalan).
- Personifikasi → "Angin terasa mencium kuduk" (angin diberi sifat manusia yang bisa mencium).
- Simbolisme → "Kapal-kapal merapat" (melambangkan perhentian dalam perjalanan hidup), "Mentari lenyap di batas cakrawala" (menandakan akhir dari suatu perjalanan, bisa diartikan sebagai kematian).
Puisi "Dermaga" karya Sujarwanto adalah puisi yang penuh dengan refleksi tentang hidup dan perjalanan manusia. Dengan simbol-simbol alam seperti kapal, angin, dan senja, puisi ini menggambarkan bagaimana hidup terus berjalan, dan manusia hanya bisa menunggu serta menerima takdirnya. Ada pesan spiritual yang tersirat, bahwa sebelum kehidupan berakhir, manusia akan mencari makna dan kembali mengingat Tuhan.
Biodata Sujarwanto:
- Sujarwanto lahir pada tanggal 28 Februari 1955 di Bantul, Yogyakarta.