Puisi: Cinta (Karya L.K. Ara)

Puisi "Cinta" karya L.K. Ara menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang rumit, penuh pengorbanan, dan juga rasa sakit yang tidak dapat diungkapkan ...
Cinta

cinta semakin pendek kata
semakin dekat rasa
cinta hilang kata
tinggal rasa

mestinya diungkap panjang
tapi tak tega
berbual berlebihan
aku menyimpan cinta
sembilan peluru dalam dagingku
diam-diam ia jadi anakku
tak kesiapa kusebut
juga kepada orang tak patut
hanya penyair
menyulam syair
cinta

kini cintaku
mereka ambil satu-satu
di bawah sungai darah
mereka bilang bedah
aku perih
bukan rasa sakit yang perih
tapi rasa berpisah yang perih

siapa yang mengirim mereka
hingga menetap dalam daging
tak jadi soal lagi
karena itu pasti
restu Illahi
betapa tidak
jika Kau berkehandak
dengan satu peluru saja
hamba akan tergeletak.

kini tinggal satu
mungkin sekali waktu
aku akan tinggal sendiri
dan anak-anakku akan pergi

dengan tubuh terhuyung
tubuh yang penuh parut cinta
aku berdiri
jadi saksi
telah terjadi sesuatu
di negeri ini
aku malu menyebutnya
tapi hujan menggoresnya di debu
hampir tak terbaca
k e b i a
da b
an

Banda Aceh, 22/2/2011

Analisis Puisi:

Puisi "Cinta" karya L.K. Ara menggambarkan cinta dalam bentuk yang sangat intens dan penuh makna, namun juga penuh dengan penderitaan dan kehilangan. Penyair menyampaikan bahwa cinta, meskipun tampaknya sederhana dan penuh keindahan, sesungguhnya sangat rumit dan penuh dengan pengorbanan, bahkan rasa sakit. Dalam puisi ini, cinta tidak hanya digambarkan sebagai sebuah perasaan, tetapi juga sebagai beban yang membawa penderitaan.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah pengorbanan dalam cinta dan kehilangan. Puisi ini berbicara tentang cinta yang semakin mendalam namun sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, bahkan ketika perasaan itu tumbuh semakin kuat dan tak terbendung. Penyair juga menunjukkan perasaan berpisah yang menyakitkan, dengan menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang membuat tubuhnya tergores, terluka, dan terpecah-pecah, namun tetap menjadi bagian dari dirinya. Cinta di sini bukan hanya sebuah hubungan romantis, tetapi sebuah perjalanan batin yang penuh dengan kesakitan dan pengorbanan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa cinta tidak selalu dapat diungkapkan dengan kata-kata, bahkan sering kali lebih dalam daripada apa yang bisa dijelaskan secara verbal. Penyair menggunakan metafora seperti "sembilan peluru dalam dagingku" untuk menggambarkan betapa besar pengorbanan dan rasa sakit yang dialami karena cinta. Cinta itu sendiri menjadi luka, bahkan bisa menjadi penghalang bagi kebebasan diri, namun di sisi lain juga mengandung keikhlasan yang tulus. Puisi ini juga menyiratkan kehilangan dan perpisahan yang menjadi bagian dari hidup, yang tak terhindarkan meskipun cinta tetap ada. Ada rasa perpisahan dengan diri sendiri dan juga penderitaan yang tidak terucapkan.

Puisi ini bercerita tentang cinta yang disimpan dalam diri, yang tak bisa diungkapkan dengan mudah kepada orang lain. Penyair menyimpan cinta itu dalam dirinya, di dalam "daging"nya sendiri, hingga menciptakan luka yang dalam. Cinta yang disimpan dan tidak terungkapkan, seperti sebuah rahasia yang terus bersemayam, berbalut dalam ketegangan batin. Penyair juga berbicara tentang perpisahan yang terasa sangat perih, bahkan lebih dari rasa sakit fisik yang ditanggung. Ada perasaan bersalah dan malu, namun juga ada keikhlasan dan penerimaan terhadap takdir. Penyair menggambarkan bagaimana perasaan cinta yang mendalam itu akhirnya terpaksa diambil oleh waktu dan oleh kenyataan yang datang.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini sangat melankolis dan penuh dengan rasa kehilangan. Terdapat nuansa kesedihan yang mendalam, yang menggambarkan perasaan yang terkubur dalam diri, dan rasa sakit karena cinta yang terpendam namun tidak bisa diungkapkan. Ada pula perasaan keputusasaan dan kebingungan, karena cinta yang tidak dapat diberikan atau disampaikan dengan benar, dan akhirnya terpaksa diterima dalam bentuk luka dan perpisahan. Penyair merasa terhimpit oleh cinta yang datang dengan banyak pengorbanan, dan dia juga merasa kehilangan identitas atau bagian dari dirinya ketika cinta itu mengambil sesuatu darinya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah bahwa cinta sering kali datang dengan pengorbanan yang sangat besar dan sering kali menghantui kita dengan perasaan yang tak bisa terucapkan. Puisi ini mengingatkan bahwa cinta juga bisa menjadi beberapa luka yang tertanam dalam diri kita, dan meskipun demikian, kita tetap menghadapinya dengan penerimaan. Perpisahan adalah bagian dari hidup, dan meskipun cinta bisa meninggalkan kita dengan luka, kita harus bisa menerima kenyataan tersebut. Pengorbanan dan keikhlasan adalah bagian dari cinta yang tak bisa dipisahkan, dan kadang-kadang kita harus menghadapinya meskipun terasa sakit.

Imaji

Puisi ini dipenuhi dengan imaji yang kuat, yang menggambarkan rasa sakit dan penderitaan yang datang dengan cinta. Berikut adalah beberapa imaji yang ada dalam puisi:
  • "Sembilan peluru dalam dagingku" menggambarkan rasa sakit yang sangat mendalam, dan bagaimana cinta terkadang menjadi beban berat dalam hidup.
  • "Di bawah sungai darah" menunjukkan betapa dalamnya pengorbanan yang harus dilakukan, serta betapa besar biaya emosional yang dibayar oleh seseorang dalam perjalanan cinta.
  • "Dengan tubuh terhuyung, tubuh yang penuh parut cinta" menggambarkan fisik dan psikologis yang terluka karena cinta, dan bagaimana tubuh menjadi saksi dari rasa sakit yang dirasakan.
  • "Hujan menggoresnya di debu" memberi kesan bahwa perasaan atau kenangan tentang cinta itu begitu rapuh dan tak terungkapkan, bahkan ketika itu terkena oleh hujan waktu yang datang.

Majas

Puisi ini juga menggunakan beberapa majas untuk menggambarkan intensitas perasaan cinta dan penderitaan yang mendalam:
  • Metafora: "Sembilan peluru dalam dagingku" adalah metafora yang sangat kuat untuk menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang menyakitkan dan meresap ke dalam tubuh dan jiwa.
  • Aliterasi: "Mereka bilang bedah" dan "siapa yang mengirim mereka" menciptakan irama yang menguatkan rasa kerumitan dan ketegangan dalam puisi.
  • Personifikasi: "Hujan menggoresnya di debu" memberikan kehidupan pada hujan yang berfungsi sebagai simbol waktu dan kenangan yang menghapus sesuatu yang berharga namun rapuh.
Puisi "Cinta" karya L.K. Ara menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang rumit, penuh pengorbanan, dan juga rasa sakit yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Melalui metafora yang kuat, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana cinta bisa membawa kita pada perpisahan dan kehilangan yang mendalam. Cinta tidak selalu membawa kebahagiaan, kadang ia datang dengan luka yang dalam dan membutuhkan penerimaan yang besar. Puisi ini menggugah kita untuk lebih memahami betapa besar pengorbanan dalam cinta, meskipun terkadang itu menyakitkan dan tak terucapkan.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Cinta
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.