Puisi: Cicak-Cicak di Dinding (Karya Adri Darmadji Woko)

Tema utama puisi "Cicak-Cicak di Dinding" adalah perenungan tentang kehidupan sehari-hari yang sederhana, sekaligus refleksi tentang keterbatasan ...

Cicak-Cicak di Dinding


cicak-cicak di dinding: bernyanyilah
cicak-cicak di dinding: bersedih bergembira berduka berlaralah
sebab bila aku menatapmu, ahayo
di atasmu masih ada langit masih ada pohon sawo.

1973

Sumber: Horison (Maret, 1975)

Analisis Puisi:

Tema utama puisi "Cicak-Cicak di Dinding" adalah perenungan tentang kehidupan sehari-hari yang sederhana, sekaligus refleksi tentang keterbatasan dan harapan. Lewat gambaran cicak yang menempel di dinding, puisi ini mengajak kita merenungkan nasib makhluk kecil yang terus bergerak dan bernyanyi di tengah ketidakpastian hidup.

Makna Tersirat

Di balik kesederhanaannya, puisi ini menyiratkan bahwa setiap makhluk—sekecil apa pun—memiliki kisah hidupnya sendiri, lengkap dengan suka dan dukanya. Cicak dalam puisi ini melambangkan manusia biasa yang menjalani kehidupan dengan keterbatasan, namun tetap bernyanyi, berlari, dan merasakan seluruh emosi hidup.

Makna lainnya, puisi ini juga menunjukkan bahwa di atas kita selalu ada sesuatu yang lebih besar—baik itu alam, langit, atau bahkan kekuasaan yang lebih tinggi. Ini bisa dimaknai sebagai bentuk kesadaran bahwa manusia bukan pusat semesta, melainkan bagian kecil dari kehidupan yang luas.

Puisi ini bercerita tentang kehidupan cicak-cicak yang tinggal di dinding. Cicak-cicak itu bernyanyi, bersedih, bergembira, dan berlarian, menjalani hidup mereka yang sederhana. Di atas mereka, masih ada langit dan pohon sawo, menggambarkan bahwa kehidupan selalu berlapis-lapis—ada dunia yang lebih luas di luar kehidupan kecil yang kita jalani.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini sederhana, hangat, namun penuh perenungan. Ada sentuhan ringan sekaligus filosofis, seolah melihat kehidupan dari perspektif yang kecil dan sederhana, tetapi mengarah ke pemikiran yang lebih mendalam tentang posisi kita di alam semesta.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang disampaikan adalah menghargai kehidupan sekecil apa pun, sebab setiap makhluk punya cerita dan perjuangannya sendiri. Selain itu, puisi ini juga mengingatkan bahwa kita harus selalu ingat bahwa di atas kita ada kekuatan yang lebih besar, entah itu alam semesta, Tuhan, atau kehidupan itu sendiri.

Pesan lainnya adalah belajar melihat keindahan dan makna dari hal-hal kecil di sekitar kita, seperti cicak-cicak di dinding yang mungkin selama ini hanya dianggap remeh.

Imaji

Puisi ini menggunakan imaji visual dan alam yang kuat meski sederhana. Beberapa imaji yang muncul:
  • Cicak-cicak di dinding yang aktif bernyanyi dan berlari, menghadirkan gambaran nyata dan akrab.
  • Langit dan pohon sawo di atas cicak, menciptakan gambaran ruang yang berlapis dan mengingatkan kita pada keterhubungan antara makhluk kecil dan alam semesta.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini:
  • Personifikasi: Cicak-cicak bernyanyi, bersedih, bergembira—ini memberi sifat manusiawi pada cicak.
  • Repetisi: Pengulangan frasa “cicak-cicak di dinding” untuk menegaskan fokus dan memberi ritme khas.
  • Metafora: Kehidupan cicak di dinding sebagai metafora kehidupan manusia yang penuh keterbatasan tetapi tetap dijalani dengan segala suka duka.

Adri Darmadji Woko
Puisi: Cicak-Cicak di Dinding
Karya: Adri Darmadji Woko

Biodata Adri Darmadji Woko:
  • Adri Darmadji Woko lahir pada tanggal 28 Juni 1951 di Yogyakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.