Puisi: Anakku Bertanya pada Izrail (Karya D. Kemalawati)

Puisi "Anakku Bertanya pada Izrail" karya D. Kemalawati bercerita tentang seorang anak yang bertanya tentang kematian setelah mengalami bencana ...
Anakku Bertanya pada Izrail

Anak lelakiku usia empat tahun
ketika gempa 8,9 skala richter
ia terhuyung ke ladang kangkung
ketika reda ia meraba detak jantungku
heran melihatku bingung
matahari masih di timur, desisku
sesaat gemuruh menghambur
oi, sangkakala itu kah yang mengguntur

ia ingin tahu tentang sangkakala
dan matahari yang membangkang
kuajak ia keliling hingga mendekat pantai
lalu ia menulis roman dengan matanya
tentang sepasang kaki perawan berkaus lumpur
dan baju pengantin si pelaut di dinding remuk
sebuah rahasia sinar jatuh di sajadah

ia juga membuat sketsa lidah buih
yang menjilat gampong
kubah mesjid dalam bayang utuh
kemudian ia bertanya pada Izrail
berapa kuntum bunga dipetiknya pagi itu.

Banda Aceh, 5 Agustus 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Anakku Bertanya pada Izrail" Karya D. Kemalawati mengangkat tema bencana alam dan kehilangan. Puisi ini menggambarkan peristiwa tragis gempa dan tsunami yang melanda, serta dampaknya terhadap seorang anak yang masih kecil dan belum sepenuhnya memahami makna dari kehancuran dan kematian.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah ketidakberdayaan manusia di hadapan bencana alam serta ketidakpastian hidup. Anak dalam puisi ini melambangkan ketulusan dan kepolosan yang menghadapi tragedi dengan kebingungan dan pertanyaan. Sementara itu, bencana yang digambarkan mengisyaratkan kerapuhan kehidupan dan bagaimana manusia harus menerima kenyataan meskipun sulit.

Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang bertanya tentang kematian setelah mengalami bencana dahsyat. Ia menyaksikan kehancuran di sekelilingnya—dari korban yang bergelimpangan hingga bangunan yang hancur. Dengan kepolosannya, ia mencoba memahami apa yang terjadi, bahkan sampai mempertanyakan malaikat maut, Izrail, tentang berapa banyak nyawa yang telah diambil dalam bencana itu.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini sangat mencekam, pilu, dan penuh duka. Penggambaran kehancuran akibat gempa dan tsunami menghadirkan rasa kehilangan yang mendalam, terutama ketika dilihat dari sudut pandang seorang anak kecil yang belum memahami sepenuhnya tragedi tersebut.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan utama dalam puisi ini adalah kehidupan manusia sangat rapuh dan tidak ada yang bisa menolak kehendak Tuhan. Melalui kepolosan seorang anak, puisi ini juga mengajak kita untuk merenungi ketidakpastian hidup serta pentingnya menerima segala peristiwa dengan keteguhan hati.

Imaji

  • Imaji Visual: "tentang sepasang kaki perawan berkaus lumpur dan baju pengantin si pelaut di dinding remuk", menghadirkan gambaran korban bencana yang mengenaskan.
  • Imaji Auditori: "sesaat gemuruh menghambur, oi, sangkakala itu kah yang mengguntur", menggambarkan suara gempa yang mencekam.
  • Imaji Kinestetik: "ia terhuyung ke ladang kangkung", menunjukkan bagaimana tubuh anak kecil itu terombang-ambing oleh gempa yang dahsyat.

Majas

  • Majas Personifikasi: "matahari yang membangkang", seolah-olah matahari memiliki kehendak sendiri.
  • Majas Metafora: "lidah buih yang menjilat gampong", menggambarkan ombak tsunami yang menerjang desa dengan dahsyatnya.
  • Majas Hiperbola: "berapa kuntum bunga dipetiknya pagi itu", mengibaratkan kematian manusia seperti bunga yang dipetik oleh Izrail.
Puisi "Anakku Bertanya pada Izrail" karya D. Kemalawati adalah sebuah refleksi mendalam tentang tragedi bencana alam, kehilangan, dan kepolosan seorang anak dalam menghadapi kematian. Dengan bahasa yang puitis dan penuh simbolisme, puisi ini menyampaikan kesedihan mendalam serta ketidakberdayaan manusia di hadapan bencana. Pesan yang ingin disampaikan adalah kehidupan sangatlah rapuh dan tidak ada yang bisa melawan takdir, tetapi di dalam kepedihan itu, kita harus tetap bertahan dan menerima kenyataan dengan ikhlas.

D. Kemalawati
Puisi: Anakku Bertanya pada Izrail
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.