Analisis Puisi:
Puisi “Anak Alam” mengangkat tema kesedihan dan hubungan manusia dengan alam, khususnya mendung sebagai simbol suasana hati yang muram. Tema ini juga menyentuh tentang cara manusia berdamai dengan kesedihan, serta bagaimana alam menjadi cermin atau teman dalam menghadapi duka.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah bahwa kesedihan adalah bagian alami dari kehidupan, seperti mendung yang datang dan pergi di langit. Penyair ingin menyampaikan bahwa mendung yang menyelimuti hati adalah sesuatu yang wajar, tetapi jangan biarkan kesedihan itu menguasai hidup sepenuhnya. Alam dan kehidupan terus berjalan, dan manusia perlu belajar berdamai dengan kesedihannya.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang sedang diliputi kesedihan, yang diibaratkan sebagai mendung di wajah dan hati. Namun, penyair mengajak untuk mengembalikan mendung itu ke tempat asalnya, ke halaman rumah, dan membiarkannya menjadi bagian dari alam. Melalui percakapan dengan mendung, puisi ini mengajarkan bahwa kesedihan seharusnya tidak menghalangi kebahagiaan dan harapan di masa depan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini cenderung muram dan sendu, tetapi tetap mengandung harapan dan ajakan untuk bangkit. Ada nuansa kontemplatif, seolah tokoh dalam puisi sedang berdialog dengan dirinya sendiri dan alam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini antara lain:
- Kesedihan adalah bagian alami dari kehidupan, seperti mendung di langit.
- Jangan biarkan kesedihan berlarut-larut dan menguasai seluruh hidup kita.
- Manusia harus bisa belajar berdamai dengan kesedihan, menjadikannya bagian dari perjalanan hidup tanpa kehilangan harapan.
Imaji
Puisi ini menghadirkan berbagai imaji alam yang kuat:
- Imaji visual: mendung di wajah, mendung di halaman rumah, dan gumpalan awan.
- Imaji rasa: rasa murung dan kesedihan yang menyelimuti.
- Imaji suara: angin yang membawa mendung.
- Imaji dialog: percakapan dengan mendung seolah mendung adalah makhluk hidup yang bisa diajak berbicara.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini:
- Personifikasi: mendung digambarkan seperti anak alam yang gelisah dan bisa diajak bicara.
- Metafora: mendung sebagai simbol kesedihan atau duka.
- Allegori: keseluruhan puisi ini adalah penggambaran simbolis tentang kesedihan manusia melalui alam, khususnya mendung dan angin.
Karya: Aspar Paturusi
Biodata Aspar Paturusi:
- Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
- Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.