Aku
Tiada aku umpat
oleh malangku
memandang ke atas
jaya 'rang lain
bagai bulan terang bercahaya.
Tiada aku ria
oleh mujurku
memandang ke bawah
derita 'rang lain
bagai lembah timbunan sampah.
Aku pandang wajah alami
bahagia adil berbagi
terasa kurang hanya
bagi yang serakah wataknya.
Aku rela sengsara
aku terima apa adanya
karena aku adalah aku
yang bergerak selalu
untuk menggapai
masa depan yang terpakai.
15 April 1949
Analisis Puisi:
Puisi ini mengangkat tema tentang penerimaan diri, keikhlasan, dan perjuangan hidup. A.A. Navis menyoroti sikap seorang individu yang tidak iri terhadap keberhasilan orang lain dan tidak meremehkan penderitaan orang di bawahnya. Puisi ini juga menyuarakan tentang integritas dalam menjalani hidup sesuai jati diri.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah pentingnya bersikap lapang dada dan jujur kepada diri sendiri. Penyair ingin menyampaikan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada membandingkan diri dengan orang lain, tetapi pada kesadaran menerima diri dan terus bergerak memperbaiki hidup.
Navis juga menyiratkan bahwa keserakahan adalah akar dari ketidakbahagiaan, sementara rasa syukur dan usaha tanpa henti adalah kunci menuju masa depan yang bermakna.
Puisi ini bercerita tentang seorang individu yang menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan dirinya sendiri. Ia tidak iri pada keberhasilan orang lain yang gemilang seperti bulan terang, dan tidak juga merasa sombong saat melihat penderitaan orang lain yang hidup di bawahnya.
Aku lirik memilih bersikap adil kepada diri sendiri, menerima segala keadaan dengan penuh keikhlasan, namun tetap bergerak aktif berjuang meraih masa depan. Dengan begitu, puisi ini mengajarkan tentang pentingnya mengenali dan menghargai proses hidup sendiri, tanpa harus dikendalikan oleh iri hati atau kesombongan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa tenang dan penuh kesadaran diri. Ada nuansa kontemplatif di mana aku lirik merenungkan makna kebahagiaan, keadilan, dan perjuangan hidup. Meski ada sentuhan pahit kehidupan, puisi ini tetap menyampaikan optimisme dan semangat perjuangan yang tersirat.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan utama dari puisi ini adalah hidup yang tenang dan bermakna lahir dari penerimaan diri yang tulus.
- Penyair mengingatkan bahwa kita tidak perlu iri kepada orang yang lebih beruntung atau merendahkan mereka yang hidup lebih sulit.
- Sebaliknya, kita harus terus bergerak, berjuang, dan memperbaiki diri tanpa henti, karena kebahagiaan sejati lahir dari usaha dan kesadaran diri.
Imaji
Beberapa imaji yang muncul dalam puisi ini:
- Imaji visual: "bagai bulan terang bercahaya" (membayangkan kejayaan orang lain yang bersinar di angkasa).
- Imaji visual: "lembah timbunan sampah" (membayangkan penderitaan yang menumpuk seperti lembah penuh sampah).
Imaji-imaji ini memperkuat kontras kehidupan, antara mereka yang berjaya dan mereka yang menderita. Di tengah kontras tersebut, aku lirik memilih berdiri sebagai diri sendiri, tidak terjebak dalam iri atau sombong.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas, di antaranya:
- Metafora: "wajah alami" yang melambangkan kehidupan yang apa adanya, penuh kejujuran.
- Perbandingan: "bagai bulan terang bercahaya" untuk menggambarkan kejayaan orang lain.
- Perumpamaan: "bagai lembah timbunan sampah" untuk menggambarkan penderitaan orang lain.
- Alegori: seluruh puisi ini bisa dibaca sebagai sebuah alegori tentang perjalanan hidup manusia yang mencari makna di tengah kemakmuran dan penderitaan.
Puisi "Aku" karya A.A. Navis adalah sebuah refleksi tentang penerimaan diri dan perjuangan hidup. Melalui sudut pandang aku lirik yang jujur dan sadar diri, puisi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh membandingkan diri dengan orang lain, melainkan oleh kesediaan untuk menerima takdir dengan ikhlas, sembari terus bergerak menggapai masa depan.
Navis menutup puisi ini dengan optimisme yang kuat: aku adalah aku yang bergerak selalu — menegaskan bahwa hidup adalah perjalanan yang terus bergerak ke depan, bukan sekadar membandingkan diri dengan orang lain.
Puisi: Aku
Karya: A.A. Navis
Biodata A.A. Navis:
- A.A. Navis (Haji Ali Akbar Navis) lahir di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 17 November 1924.
- A.A. Navis meninggal dunia di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 22 Maret 2003 (pada usia 78 tahun).
- A.A. Navis adalah salah satu sastrawan angkatan 1950–1960-an.