Puisi: Aku Bertanya Pada-Mu (Karya Mohd. Harun Al Rasyid)

Puisi "Aku Bertanya Pada-Mu" Karya Mohd. Harun Al Rasyid bercerita tentang kesedihan mendalam akibat bencana tsunami yang merenggut ratusan ribu ...
Aku Bertanya Pada-Mu
(Bagi korban tsunami)

Tuhan
Kami adalah titik zarrah
Bertaburan di bumi-Mu
Yang berhiaskan kasih dan cinta
Kini menunduk dalam sunyi jiwa
Dengan wajah tanpa cahaya ruh
Setelah kasih dan cinta-Mu tercabut
Meski hanya sekejap

Wahai Tuhan Yang Maha Kudus
Aku bertanya pada-Mu
Mengapa kasih-Mu Kau cabut
Pada pagi ahad 26 Desember 2004
Kala surya melambai dalam damai
Kala bayiku sedang bercanda dengan ibunya
Kala putri kecilku sedang sarapan di beranda
Mengapa gempa dan tsunami
Menenggelamkan tangis puluhan ribu bayi
Menggoyang jantung puluhan ribu anak-anak
Menyirnakan ratapan pilu puluhan ribu ibu hamil
Dan menyusui, serta puluhan ribu orang tua renta

Wahai Khaliqurrahman
Aku bertanya pada-Mu
Mengapa Kau kirim buldozer-Mu
Dari dasar laut yang sunyi dan amis
Buldozer dengan rupa naga
Jemarinya angker meremas-remas alam
Lalu menelan bayi-bayi kami
Anak-anak kami
Istri-istri kami
Suami-suami kami
Ibu-ibu kami
Ayah-ayah kami
Adik-adik kami
Kakak-kakak kami
Saudara-saudara kami
Tanpa memilih dan memilah mangsa?

Tuhan
Sebagai ayah aku hanya ingin bertanya
Karena kutahu anakku yang belia
Belum tahu apa-apa dengan kemunafikan
Belum kenal aneka kemusyrikan
Belum tahu mengenai bibit-bibit dendam
Apalagi dengan nafsu angkara murka

O Tuhan Yang Maha Menjaga
Sebagai hamba aku sadar dalam iman
Aku adalah ciptaan-Mu
Sebagaimana anak-anak dan istriku
Yang telah kau panggil
Bersama lebih dua ratus lima puluh ribu jiwa

Di bawah singgasana-Mu
Perkenan aku memohon
Berilah mereka payung cinta-Mu
Abadi dalam rahmat
Dan aku yang masih bernafas

Sadarkanlah
Sadarkanlah
Sadarkanlah
Agar selalu mampu merangkai rasa sedih
Menjadi untaian tasbih
Merangkai gelisah menjadi sajadah

Tuhan Yang Maha Perencana
Aku bertanya pada-Mu
Karena aku sadar memiliki-Mu.

Desember 2004 – Januari 2005

Analisis Puisi:

Puisi "Aku Bertanya Pada-Mu" Karya Mohd. Harun Al Rasyid mengangkat tema kepedihan, kehilangan, dan pencarian makna di balik bencana. Penyair menyampaikan kesedihan mendalam akibat tsunami yang melanda pada 26 Desember 2004, sambil mempertanyakan alasan di balik kejadian tragis tersebut kepada Tuhan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah perjuangan manusia dalam menerima dan memahami kehendak Tuhan di balik musibah besar. Penyair, mewakili para korban, bertanya mengapa kasih Tuhan terasa dicabut begitu tiba-tiba, tetapi pada akhirnya menyadari bahwa hanya kepada Tuhan tempat manusia bersandar dan mencari penghiburan.

Puisi ini bercerita tentang kesedihan mendalam akibat bencana tsunami yang merenggut ratusan ribu nyawa. Penyair, sebagai seorang ayah yang kehilangan keluarganya, mempertanyakan alasan di balik tragedi ini. Ia menggambarkan kehancuran yang ditimbulkan oleh tsunami, dari bayi yang masih bercanda hingga anak-anak yang tak berdosa. Namun, di akhir puisi, ada kesadaran bahwa semua yang terjadi berada dalam kuasa Tuhan, dan manusia harus berusaha merangkai kesedihan menjadi bentuk ketakwaan.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memiliki suasana yang penuh duka, kepiluan, dan pencarian jawaban. Ada nuansa keputusasaan sekaligus harapan untuk mendapatkan ketenangan dari Tuhan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan utama dalam puisi ini adalah kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi musibah. Meski bencana membawa penderitaan yang luar biasa, manusia harus tetap percaya bahwa Tuhan memiliki rencana-Nya sendiri. Selain itu, puisi ini juga mengajarkan bahwa kesedihan dapat dijadikan sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Imaji

  • Imaji Visual: "Buldozer dengan rupa naga, jemarinya angker meremas-remas alam" memberikan gambaran kehancuran yang mengerikan akibat tsunami.
  • Imaji Auditori: "Menenggelamkan tangis puluhan ribu bayi, menggoyang jantung puluhan ribu anak-anak" menciptakan kesan suara ratapan dan kepanikan saat bencana terjadi.
  • Imaji Kinestetik: "Aku bertanya pada-Mu, karena aku sadar memiliki-Mu" menggambarkan pergerakan batin seseorang yang berusaha menemukan jawaban dalam keimanan.

Majas

  • Majas Personifikasi: "Buldozer dengan rupa naga" menggambarkan tsunami sebagai kekuatan raksasa yang menelan segala sesuatu.
  • Majas Metafora: "Merangkai gelisah menjadi sajadah" menggambarkan proses menjadikan kegelisahan sebagai bentuk ibadah dan ketundukan kepada Tuhan.
  • Majas Repetisi: "Sadarkanlah, sadarkanlah, sadarkanlah" menekankan permohonan agar manusia mendapatkan hikmah dari musibah yang terjadi.
Puisi "Aku Bertanya Pada-Mu" adalah ungkapan kesedihan mendalam akibat tsunami yang meluluhlantakkan banyak nyawa, terutama keluarga yang dicintai. Penyair menyampaikan pertanyaan kepada Tuhan tentang alasan di balik bencana ini, namun pada akhirnya, ia menyadari bahwa hanya kepada Tuhan manusia bisa bersandar. Puisi ini mengajarkan tentang keikhlasan, kesabaran, dan usaha untuk tetap beriman meskipun menghadapi penderitaan yang luar biasa.

Sepenuhnya
Puisi: Aku Bertanya Pada-Mu
Karya: Mohd. Harun Al Rasyid

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.