Analisis Puisi:
Puisi "Aku Bertanya Pada-Mu" Karya Mohd. Harun Al Rasyid mengangkat tema kepedihan, kehilangan, dan pencarian makna di balik bencana. Penyair menyampaikan kesedihan mendalam akibat tsunami yang melanda pada 26 Desember 2004, sambil mempertanyakan alasan di balik kejadian tragis tersebut kepada Tuhan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah perjuangan manusia dalam menerima dan memahami kehendak Tuhan di balik musibah besar. Penyair, mewakili para korban, bertanya mengapa kasih Tuhan terasa dicabut begitu tiba-tiba, tetapi pada akhirnya menyadari bahwa hanya kepada Tuhan tempat manusia bersandar dan mencari penghiburan.
Puisi ini bercerita tentang kesedihan mendalam akibat bencana tsunami yang merenggut ratusan ribu nyawa. Penyair, sebagai seorang ayah yang kehilangan keluarganya, mempertanyakan alasan di balik tragedi ini. Ia menggambarkan kehancuran yang ditimbulkan oleh tsunami, dari bayi yang masih bercanda hingga anak-anak yang tak berdosa. Namun, di akhir puisi, ada kesadaran bahwa semua yang terjadi berada dalam kuasa Tuhan, dan manusia harus berusaha merangkai kesedihan menjadi bentuk ketakwaan.
Suasana dalam Puisi
Puisi ini memiliki suasana yang penuh duka, kepiluan, dan pencarian jawaban. Ada nuansa keputusasaan sekaligus harapan untuk mendapatkan ketenangan dari Tuhan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan utama dalam puisi ini adalah kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi musibah. Meski bencana membawa penderitaan yang luar biasa, manusia harus tetap percaya bahwa Tuhan memiliki rencana-Nya sendiri. Selain itu, puisi ini juga mengajarkan bahwa kesedihan dapat dijadikan sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Imaji
- Imaji Visual: "Buldozer dengan rupa naga, jemarinya angker meremas-remas alam" memberikan gambaran kehancuran yang mengerikan akibat tsunami.
- Imaji Auditori: "Menenggelamkan tangis puluhan ribu bayi, menggoyang jantung puluhan ribu anak-anak" menciptakan kesan suara ratapan dan kepanikan saat bencana terjadi.
- Imaji Kinestetik: "Aku bertanya pada-Mu, karena aku sadar memiliki-Mu" menggambarkan pergerakan batin seseorang yang berusaha menemukan jawaban dalam keimanan.
Majas
- Majas Personifikasi: "Buldozer dengan rupa naga" menggambarkan tsunami sebagai kekuatan raksasa yang menelan segala sesuatu.
- Majas Metafora: "Merangkai gelisah menjadi sajadah" menggambarkan proses menjadikan kegelisahan sebagai bentuk ibadah dan ketundukan kepada Tuhan.
- Majas Repetisi: "Sadarkanlah, sadarkanlah, sadarkanlah" menekankan permohonan agar manusia mendapatkan hikmah dari musibah yang terjadi.
Puisi "Aku Bertanya Pada-Mu" adalah ungkapan kesedihan mendalam akibat tsunami yang meluluhlantakkan banyak nyawa, terutama keluarga yang dicintai. Penyair menyampaikan pertanyaan kepada Tuhan tentang alasan di balik bencana ini, namun pada akhirnya, ia menyadari bahwa hanya kepada Tuhan manusia bisa bersandar. Puisi ini mengajarkan tentang keikhlasan, kesabaran, dan usaha untuk tetap beriman meskipun menghadapi penderitaan yang luar biasa.
Karya: Mohd. Harun Al Rasyid