Masyarakat yang ada di Indonesia memiliki jumlah penduduk yang lebih dari 270 juta jiwa, dengan kehidupan, keluarga dan penghasilan yang berbeda. Dengan adanya perbedaan ini munculah kesenjangan ekonomi di masyarakat Indonesia yang sudah diukur melalui Koefisien Gini (Oliveira 2023). Menurut data yang pernah dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, negara kita mengalami tingkat ketidaksetaraan ekonomi yang cukup signifikan pada tahun 2020. Hal ini ditunjukkan oleh indeks Gini yang mencapai angka 0,385. Angka ini mengindikasikan adanya perbedaan yang cukup besar dalam distribusi pendapatan di antara penduduk Indonesia.
Kesenjangan ekonomi ini adalah sebuah jurang atau pemisah antara si kaya dengan si miskin. Si kaya dan si miskin ini memiliki ketidakseimbangan yang sama, hal itu yang membuat kesenjangan ekonomi ini terjadi. Bahkan dari perbedaan ini bisa juga menjadi pemisah antar kelompok, kelompok yang memiliki duit lebih cenderung akan berkelompok dengan yang memiliki duit juga. Hal ini tidak terjadi dalam kelompok individu saja tapi bisa terjadi dalam wilayah tertentu. Sebenernya inti dari kesenjangan ekonomi ini mengacu pada distribusi kekayaan atau pendapatan dari masyarakat yang terkena kesenjangan ekonomi ini.
Selain itu, kesenjangan ekonomi di Indonesia juga terlihat jelas ketika membandingkan kondisi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di daerah perkotaan, konsentrasi kekayaan cenderung lebih tinggi, sementara di daerah pedesaan, akses terhadap sumber daya ekonomi sering kali terbatas. Perbedaan ini memperkuat adanya jurang pemisah antara kedua wilayah tersebut.
Masalah kesenjangan ekonomi dalam khalayak masyarakat ini telah menjadi isu yang sangat krusial dan sudah menggerogoti berbagai aspek masyarakat. Dampak dari kesenjangan ekonomi ini tidak hanya terbatas pada angka angka statistik, tetapi sudah merasuk ke segi kehidupan sosial, politik bahkan budaya juga sudah menjadi dampak dari kesenjangan ekonomi dalam khalayak masyarakat. Dalam kehidupan sosial biasa terjadi dengan meningkatnya ketidakadilan dalam bersosial, contohnya seperti ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dasar seperti pendidikan, perumahan bahkan sampai pelayanan kesehatan.
Meningkatnya kriminalitas dalam kehidupan bermasyarakat salah satunya juga diakibatkan karena dampak dari kesenjangan ekonomi, banyak sebagai pelaku kriminal tersebut melakukan hal kriminal seperti pencurian kendaraan bermotor, pembobolan toko bahkan sampai begal motor itu semua disebabkan karena terjadinya kesenjangan ekonomi. Karena dengan adanya kesenjangan ekonomi, oknum tersebut merasa frustasi dan akan menghalalkan semua cara agar oknum tersebut mendapatkan apa yang oknum tersebut inginkan, bahkan tidak hanya satu dua kali oknum-oknum melakukan hal kriminal seperti di atas dengan beralasan memiliki kesenjangan dalam ekonomi.
Polarisasi politik juga menjadi salah satu akibat dari kesenjangan ekonomi yang ada. Polarisasi politik ini sering kali menyebabkan kebijakan yang memihak kelompok tertentu. Kelompok tertentu ini tertuju kepada kelompok orang yang memiliki ekonomi berlebih dan juga berkuasa. Tidak hanya ini, bahkan dengan adanya polarisasi politik banyak partai yang mengalami kekurangannya kerja sama dalam bekerja. Dengan kurang kerja sama antara partai yang ada untuk mencapai konsensus tertentu akan mengalami kesulitan. Dalam dunia perpolitikan juga mengalami ketidakstabilan yang dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi dan hal inilah yang dapat memperburuk kesenjangan ekonomi dan mengurangi peluang bagi masyarakat kelas bawah.
Selanjutnya yang kena dari dampak kesenjangan ekonomi adalah budaya. Dampaknya itu adalah stratifikasi sosial atau pengelompokan masyarakat ke dalam tingkat-tingkat status sosial ekonomi. Hal ini sangat berdampak terhadap kualitas pendidikan anak:
1. Akses terhadap Pendidikan Berkualitas
Rata-rata anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung tidak bisa menikmati akses sekolah yang sama seperti anak lainnya yang berada di dalam keluarga yang relatif tinggi dari segi ekonominya. Anak dari keluarga yang berekonomi tinggi lebih memiliki peluang untuk menikmati akses sekolah yang memiliki fasilitas-fasilitas yang lebih lengkap, entah dari guru yang memiliki keahlian berlebih ataupun berasal dari lingkungan belajar yang kondusif. Yang dialami oleh anak yang berasal dari ekonomi rendah hampir jauh berbeda dengan apa yang dialami anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus ekonomi tinggi.
2. Dampak Psikologis dan Sosial
Rata-rata anak yang berasal dari ekonomi rendah banyak yang mengalami rendah motivasi. Anak-anak tersebut sering kali merasa bahwa dirinya itu lebih rendah dari banyaknya orang yang ada dan juga mengalami kurangnya motivasi untuk belajar dengan alasan tidak memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.
3. Warisan antar Generasi
Warisan antar generasi ini hampir menjadi siklus kemiskinan karena budaya stratifikasi sosial ini dapat melanggengkan siklus kemiskinan antar generasi. Seperti apa yang sudah dikatakan tadi bahwa anak-anak dari keluarga miskin cenderung mendapatkan pendidikan yang kurang berkualitas dan hal inilah yang membatasi peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak untuk meningkatkan status sosial ekonomi mereka. Ditambah lagi zaman sekarang mencari pekerjaan sudah seperti mencari jarum yang ada di jerami, banyak perusahaan yang mencari karyawan melihat dari riwayat pendidikan yang tinggi dan juga berkualitas.
Walaupun apa yang ada di atas lebih dominan terhadap dampak negatif, beberapa orang memiliki argumen bahwa kesenjangan ekonomi ini bisa memberikan insentif bagi inovasi, kompetisi dan pertumbuhan ekonomi. Kesenjangan ekonomi yang sehat dapat menggerakkan orang-orang dengan kemampuan finansial lebih untuk menginvestasikan sumber daya mereka, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Kesenjangan ekonomi memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat. Dampak negatifnya termasuk peningkatan tingkat kemiskinan, kesenjangan pendidikan, ketidakstabilan sosial, dan penyalahgunaan kekuasaan. Namun, ada juga argumen yang menyatakan adanya dampak positif seperti inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama guna mengurangi kesenjangan ekonomi dan memastikan distribusi yang lebih adil.
Daftar Pustaka:
- Hartoko, V. D. S., Hastjarjo, T. D., & Helmi, A. F. (2019). Bagaimana Anak Muda Memahami Kesenjangan Ekonomi? Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 5(1), 70-82.
- Ningrum, E. P., Sumarno, M., Nursyamsi, S. E., & Siregar, N. (2024). Faktor Terkait Kesenjangan Ekonomi dan Kesejahteraan. PRIVE: Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 7(2), 116-126.
- Wahyu, A. M., Anugrah, P. G., Danyalin, A. M., & Noorrizki, R. D. (2021). Ketimpangan Ekonomi Berdampak pada Tingkat Kriminalitas? Telaah dalam Perspektif Psikologi Problematika Sosial. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 7(2), 170-178.
- Rahman, H. (2017). Potret Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan dan Kemiskinan di Indonesia dalam Tinjauan Ekonomi Politik Pembangunan. Ilmu dan Budaya, 40(55).
- Khoironi, M. F., & Sudrajat, A. (2023). Budaya Stratifikasi Sosial terhadap Kesenjangan Ekonomi Keluarga dan Kualitas Pendidikan pada Anak. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 9(1), 25-34.
- Edo, A., & Yasin, M. (2024). Dampak Kesenjangan Akses Pendidikan dan Faktor Ekonomi Keluarga terhadap Mobilitas Sosial. Jurnal Ilmu Pendidikan & Sosial (SINOVA), 2(3), 317-326.
Biodata Penulis:
Arkaan Sulthan Muliawan lahir pada tanggal 2 september 2006 di Jakarta. Saat ini aktif sebagai mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial Hukum dan Ilmu politik Universitas Negeri Yogyakarta.