Puisi: Z-Terkini (Karya Ikranagara)

Puisi "Z-Terkini" karya Ikranagara adalah potret manusia modern yang terus-menerus bertarung melawan bayang-bayang warisan lama sambil merangkak ...
Z-Terkini
kepada: semua orang tua

selamat siang, kuburan orangtuaku
aku harus mengutarakannya
segalanya
aku sadar kuburmu ini tuli
tapi biarlah aku bicara kepadamu
dalam diamku

seizinmu atau pun tanpa seizinmu
dia yang kautitipkan di sela-sela jejaring sel-sel otakku
lewat proses brainwashingmu sejak masa kanak-kanakku itu
dia bukan lagi yang kufikirkan sekarang
sekujur bangunan sel otakku
tidak pas untuk memikirkannya

rela atau tidak
toh aku sudah melupakannya
jejaring antar sel neuron di otakku
tak mungkin dijalinkan untuk menampungnya di ruang memori

tentang dia
aku tak lagi membayang-bayangkan

tentang dia
tak ada lagi tempat di dalam ruang imajinasiku

tentang dia
tak lagi menjadi godaan dalam benak kesadaran dalam kepalaku
karenanya tak pernah kau lihat lagi aku menyembahnya
tak lagi kujadikan tempat meminta dan berharap
apalagi mengharapkan cintanya
aku hanya mengandalkan kepada ikhtiarku dan otakku
karena aku z

maka namaku Z
aku yang memberi namaku sendiri
yang pertama ada bernama Z-purba
atau dikenal sebagai Z-awal
nama dia pun itu pemberian Z-purba
tentang apa dan siapa dia pun
Z-awal pula orangnya yang menatanya
diandaikan berpasang-pasangan
dua-dua
jadi warisan dari generasi ke generasi
dari zaman ke zaman
diyakini adanya
seyakin-yakinnya
sumpah pun pakai demi nyawa
dan demi-demi dahsyat lainnya

karena aku z
maka namaku juga Z
boleh juga ditambahi
lalu menjadi Z-modern
atau Z-terkini

dia senantiasa hanya ingin memusnahkan aku
membuangku ke liang lahat

tapi bumi pasti akan merangkulku
diserapnya aku ke dalam lapisan tanahnya
diselundupkannya aku ke akar pepohonan
ke serat-serat dedaunan
ke tenggorokan binatang pemamah-biak
ke dalam usus duabelas jari anak cucu manusia

aku pun menjelma z kembali tanpa sekemauannya
aku meluncur dalam degup arus darah
disehatkan oksigen di paru-paru
tanpa persetujuannya kupanjat tangga naik ke otak manusia

maka jadilah aku z bagian dari sel neuron!

dan untuk ke sekian juta kalinya aku tersadarkan kembali

: "deja vu!"

aku tak bisa dimusnahkannya!

ssst! jangan ganggu,
sebab para z-terkini sedang tekun
di laboratorium biologi
membaca abjad gen demi gen
mencari kunci pembuka misteri maut

ssst!

dalam diamku
aku sekarang bisa melenggang
meninggalkan kuburmu

Analisis Puisi:

Tema utama dalam puisi "Z-Terkini" adalah pencarian identitas di tengah perubahan zaman yang sarat modernitas, sains, dan pergulatan kepercayaan. Puisi ini menggambarkan proses dekonstruksi keyakinan lama yang diwariskan oleh generasi sebelumnya, lalu digantikan oleh keyakinan baru berbasis rasionalitas dan sains.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah gambaran tentang manusia modern yang semakin menjauh dari tradisi spiritual dan keyakinan religius, kemudian beralih sepenuhnya pada logika, sains, dan rasionalitas sebagai tumpuan hidup.

Puisi ini juga menyiratkan kritik terhadap cara berpikir dogmatis yang diwariskan secara turun-temurun tanpa ruang bagi kritik dan tafsir ulang. Si Z-terkini adalah simbol manusia masa kini yang memandang sains sebagai "Tuhan baru", menggantikan Tuhan yang diwariskan oleh tradisi.

Namun di sisi lain, ada ironi tersirat: meski ingin sepenuhnya membuang warisan lama, sang Z-terkini tetap tak bisa lepas sepenuhnya dari akar sejarahnya. Ada “deja vu”, kesadaran bahwa manusia modern sekalipun masih terus diingatkan oleh masa lalu yang pernah mengisi ruang spiritualnya.

Puisi ini bercerita tentang perbincangan seorang anak dengan kuburan orang tuanya—sebuah simbol dari dialog antara generasi baru dengan tradisi lama. Anak tersebut, yang menyebut dirinya sebagai Z, menyatakan telah melepaskan diri dari dogma dan ajaran kepercayaan yang diwariskan kepadanya sejak kecil.

Kini, ia hanya percaya pada ilmu pengetahuan dan kekuatan otak manusia, bukan lagi pada Tuhan atau kuasa transenden. Dengan identitas barunya sebagai Z-terkini, ia memilih jalan sains sebagai sumber kebenaran tunggal.

Namun, di akhir puisi, ada kesadaran ironis: meskipun ia ingin menghapus jejak masa lalu, sejarah dan warisan itu tetap melekat di sel-sel tubuhnya, bahkan di kode genetiknya sendiri.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini bernuansa reflektif, memberontak, dan penuh ironi. Ada kemarahan yang terpendam terhadap dogma lama, namun sekaligus ada keraguan tersembunyi tentang apakah sains benar-benar bisa menjawab segalanya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan yang disampaikan puisi ini adalah kritik terhadap pengultusan tradisi dan dogma yang diwariskan tanpa ruang dialog, sekaligus peringatan bahwa manusia modern, yang mengandalkan sains semata, juga tidak sepenuhnya lepas dari warisan sejarah spiritualnya.

Puisi ini mengajak pembaca untuk bersikap kritis terhadap ajaran turun-temurun, tetapi di saat yang sama, mengajarkan bahwa sejarah dan identitas spiritual tak bisa dihapus begitu saja.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji biologis dan saintifik yang menciptakan kesan modern sekaligus dingin:
  • Imaji visual: “kuburan orangtuaku”, “jejaring sel-sel otakku”, “laboratorium biologi”.
  • Imaji gerak: “meluncur dalam degup arus darah”, “meninggalkan kuburmu”.
  • Imaji sensoris: “di tenggorokan binatang pemamah-biak”, “disehatkan oksigen di paru-paru”.
Imaji-imaji ini memperkuat kesan bahwa identitas manusia modern semakin biologis-mekanistis, lekat pada tubuh fisik, dan semakin menjauh dari ruh spiritual.

Majas

Puisi ini memanfaatkan banyak majas yang memperkuat kedalaman maknanya:
  • Metafora: “kuburan orangtuaku” sebagai simbol tradisi lama dan warisan keyakinan.
  • Personifikasi: “bumi pasti akan merangkulku” dan “dia yang kautitipkan di sela-sela jejaring sel-sel otakku.”
  • Repetisi: Pengulangan frase “karena aku z” menegaskan identitas baru yang ingin dideklarasikan.
  • Ironi: Meski Z-terkini ingin membebaskan diri dari dogma lama, nyatanya ia tetap bagian dari sejarah yang diwariskan secara biologis maupun kultural.
Puisi "Z-Terkini" karya Ikranagara bukan sekadar refleksi pribadi seorang anak kepada kuburan orang tuanya. Puisi ini adalah gugatan eksistensial tentang benturan antara tradisi lama dan modernitas, antara dogma dan sains, antara warisan spiritual dan logika rasional.

Di tengah arus zaman yang mengagungkan sains, manusia modern seperti Z-terkini ingin sepenuhnya bebas dari masa lalu. Namun, puisi ini mengingatkan bahwa sejarah spiritual yang pernah tertanam dalam dirinya tak akan pernah benar-benar lenyap.

Puisi ini adalah potret manusia modern yang terus-menerus bertarung melawan bayang-bayang warisan lama sambil merangkak mencari makna baru di laboratorium biologi dan ilmu pengetahuan.

Puisi: Z-Terkini
Puisi: Z-Terkini
Karya: Ikranagara

Biodata Ikranagara
  • Ikranagara lahir pada tanggal 19 September 1943 di Loloan Barat, Jembrana, Bali.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Adakah Ia BernamaMondar mandir selaluBosanDi dalam taman firdaus itu-itu jugaSiapaAdakah iaBersama gelisahSetelah sekian kaliKerongkongannya dilalui liurnya sendiriKarena rangsanga…
  • Ia Tidak BersediaTerpejam matanyaOleh terik matahariDari seberang depanSedianyaUdara pagi ini dihirupnya hati-hatiAgar tak menggangguBurung pipit yang menjemur sayapAntara kelopak-…
  • Hening dan Sepi di Lovinamasa lampau masa remajaadalah jejak tari di pantai lovinatinggal kenangansaat hening dan sepi singgah di pantai utara inicerita tentang sepeda sepasang dek…
  • Lovina Hilang di Pantainya Sendiriah... jangan kagethening dan sepi pantaitak ada lagi di utaraseperti juga di selatandi mana-manaramai dan sibukmenyusuri gang-gangmembelah jajaran…
  • Namaku TsunamiAku memang pantas kalian kutuk habis-habisanNamaku TsunamiAuuum! Auuum! Auuum!Aumku meraung-raung di dasar lautanAuuum! Auuum! Auuum!Rambutku kelabu gelombang lautanK…
  • TiraiAkan sama kita lalui sebuah gerbangSudah itu kita pun seakan lenyapSebab tirai gelita di ambang gerbangAdalah kepekatan misteri segala misteriBarangkali itu demi sopan santunS…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.