Puisi: Wirid Menjelang Fajar (Karya Ikranagara)

Puisi "Wirid Menjelang Fajar" karya Ikranagara menggambarkan suasana spiritual dan meditasi pada saat menjelang fajar, di mana penulis merenungkan ...
Wirid Menjelang Fajar

Kepada malaikat di kanan
Assalamu 'alaikum
Kepada malaikat di kiri
Assalamu 'alaikum

Hening ini hening subuh menjelang fajar
Aku tafakur masih bersimpuh di atas tikar

Subhanallah

    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah

Hening ini hening subuh menjelang fajar
Sebuah rumah bersimpuh
Di sebuah jalan yang hening
Juga tafakur

    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah

Hening ini hening subuh menjelang fajar
Sebuah pohon rambutan
Di halaman rumput
Juga bersimpuh
Basah karena embun
Juga tafakur

    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah

Hening ini hening di sarang burung
Penghuninya juga sedang tafakur
Dan pada selembar bulu lehernya
Ada seekor serangga bersayap bening
Juga sedang tafakur
Dan pada sayap bening itu
Sebutir debu duduk bersimpuh
Menjelang fajar
Menggumamkan wirid yang khusyuk sekali

    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah
    Subhanallah

Wirid ini wirid alam semesta
Wirid ini wirid Ar-Rahman
Wirid ini wirid rasa wirid syukur
Wirid terimakasih atas karunia
Maha Pencipta Maha Kasih
Maha Adil Maha Makmur

Alhamdulillah

    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah

Terimalah sholat subuh kami sekalian
Kami debu yang bersimpuh di sayap serangga
Kami serangga yang bersimpuh di bulu leher burung
Kami burung yang bersimpuh di sarang jerami
Kami sarang yang bersimpuh di ranting pohon

    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah

Terimalah sholat subuh pohon rambutan
Terimalah sholat subuh rumput dan embun
Terimalah sholat subuhku dua raka'at
Terimalah sholat subuh jalan yang hening
Jalan yang Engkau ridhoi
Dan bukan jalan oran-orang yang sesat

    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah
    Alhamdulillah

Wirid ini wirid hening wirid subuh
Wirid ini wirid ummat wirid ruh

Ya Allah Ya Rabbal Alamin
Engkaulah Maha Tahu
Innallaha wa si'un 'alim
Kami hanyalah santri-santri-Mu
Duduk bersimpuh saat subuh menjelang fajar

Allahu Akbar

    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar

Wirid ini wirid hening wirid Al-Fajri
Wirid subuh wirid ummat wirid ruh

Ya Allah Ya Rabbal Alamin
Ajarilah kami membaca fajar
Membaca malam ke-sepuluh
Membaca angka genap angka ganjil
Membaca berlalunya sebuah malam
Ajarilah kami membaca fikiran
Agar kami tak tergolong orang-orang yang bodoh

Ya Allah Ya Rabbal Alamin

Ajarilah kami membaca riwayat
Agar kami senantiasa awas
Menyimak yang telah terjadi di balik kelam
Yang sedang berlangsung di bawah bayang-bayang
Yang mungkin akan menghadang datang tiba-tiba

    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar

Wirid ini wirid subuh
wirid ini wirid ummat

Telah kami baca At-Takasur
Lindungilah kami, Ya Allah

Agar kami tak tergolong orang-orang serakah
Yaitu mereka yang tak pernah bisa merasa puas
Yang sepanjang hidupnya senantiasa merasa kurang
Yang tak pernah bisa mensyukuri nikmat rahmat-Mu
Yang kerjanya hanya menimbun harta bertimbun-timbun
Di dalam gudang-gudang dan kantor bank
Bertebaran dari timur sampai ke barat

Wirid ini wirid subuh
Wirid ini wirid ummat

Telah kami baca Al-Humazah
Lindungilah hati kami dari sifat-sifat culas
Agar kami tak ikut melakukan korupsi
Tak ikut sogok-suap
Ataupun manipulasi

Ya Allah Ya Rabbal Alamin
Engkaulah Maha Kuasa

Ya Allah Ya Rabbal Alamin
Engkaulah Maha Kuasa
Maha Kasih Maha Sayang
Maliki yaumiddin
Kami hanyalah santri-santri-Mu
Duduk bersimpuh adalah debu adalah serangga
Adalah burung adalah langit adalah bintang
Adalah embun pagi dini hari
Adalah rumput adalah pohon
Adalah pulau serta isinya
Adalah laut adalah negeri
Adalah aku adalah rumah
Adalah jalan yang hening
Saat subuh menjelang fajar
Menegakkan wirid menempa hening

    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar

    Allahu Akbar
    Allahu Akbar

Aku mencium wangi bunga rampai
Terbawa sejuk angin subuh menjelang fajar
Dari makam pahlawan yang manakah datangnya
Udara wangi yang menggelepar lemah ini

Aku mendengar suara
Terbawa sejuk angin subuh menjelang fajar
Suara siapakah yang menggelepar lemah
Membaca Asy-Syura ini

Ya Allah Ya Rabbal Alamin
Kenapa jiwaku mendadak jadi gemerinding

Kalau benar firasatku ini
Aku mohon kepada-Mu, Ya Allah
Jangan bangunkan dia
Jangan, Ya Allah

Aku tahu matinya dalam bahagia
Ketika berjuang menentang tirani
Mati muda dalam pangkuan sang mimpi

Kalau benar firasatku ini
Aku mohon kepada-Mu, Ya Allah
Jangan bangunkan dia
Jangan, Ya Allah

Tubuh sang mimpi
Yang dahulu memangku mayatnya
Kini
Tinggal sosok borokan
Merana hidupnya
Di gubuk-gubuk kotor
Di kolong-kolong kota yang gemerlapan

Kalau benar firasatku ini
Aku mohon kepada-Mu, Ya Allah
Jangan bangunkan dia
Jangan, Ya Allah

Kami adalah santri-santri-Mu
Kini
Giliran kami-kami inilah
Kami yang membaca At-Takasur
Kami yang membaca Al-Humazah
Kami yang membaca Al-Ma'un
Kami wajib merawat sang mimpi
Membuang borok dari tubuhnya
Membagi cahaya gemerlap kota
Seratanya
Seratanya

Wirid ini wirid jalan wirid akbar

Telah kami baca Al-Ma'un

Inilah saatnya
Saat tegak setegak wirid
Saat padat sepadat hening

Telah kami baca Al-Ma'un

Di hadapan-Mu, Ya Allah
Kami berikrar sepadat hening
Kami berikrar setegak wirid
Kami tak kan masuk jajaran kekuatan yang zalim
Yaitu kekuatan di tangan para koruptor
Yang berbeda ucapan lidah dengan ayunan langkah
Yaitu kekuatan yang membungkam
Yaitu kekuatan yang menganiaya
Yang menembaki khalayak ramai penduduk negeri

A'udzu billahi minasy syaitanir-rajim

    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar
    Allahu Akbar

Aku mendengar suara
Dan jalan yang heningkah datangnya
Aku mendengar suara begitu bening
"ya aiyuhal ladzina amanu"
Suara dari dalam dirikah
Atau suara cahaya bening pagi hari
Sudah tibakah fajar

Aku mendengar suara
Dari arah jalan yang heningkah datangnya
Seperti suara tembakan
Seperti suara jeritan

Aku mencium bau mesiu
Terbawa sejuk angin subuh menjelang fajar
Dari arah jalan yang hening datangnya
Aku mendengar suara tembakan
Aku mendengar jerit melengking

Sudah tibakah saatnya membaca At-Taubat
Membaca jejak tapak kaki para mujahid
Membaca jalan yang hening

Di jalan yang hening
Saat menjelang fajar
Ada yang tergeletak
Berlumur darah
Kudengar suara
Nafas terakhir

Hening ini hening subuh menjelang fajar
Hening mayat hening syuhada di jalan Allah

Ya Allah Ya Rabbal Alamin
Itulah sholat subuhku
: terimalah
Itulah wiridku
: terimalah
Itulah heningku
: terimalah
ltulah mayatku
: terimalah kembali

Jakarta, 1983

Sumber: Horison (Agustus, 1985)

Analisis Puisi:

Puisi "Wirid Menjelang Fajar" karya Ikranagara menggambarkan suasana spiritual dan meditasi pada saat menjelang fajar, di mana penulis merenungkan kehadiran Allah dan memohon perlindungan serta berkah-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Puisi ini menggambarkan suasana tafakur, wirid, dan ibadah pada saat subuh yang sarat makna dan keheningan.

Pengantar Wirid: Puisi ini dimulai dengan mengutamakan penyebutan salam kepada para malaikat di kanan dan kiri sebagai bentuk penghormatan dan kesadaran akan kehadiran malaikat dalam ibadah. Ini menunjukkan bahwa ibadah subuh adalah momen khusus untuk berkomunikasi dengan alam gaib.

Hening Menjelang Fajar: Penulis dengan indah menggambarkan suasana hening dan kesunyian menjelang fajar, di mana ia berada dalam posisi tafakur dan meditasi. Penulis menyiratkan bahwa saat subuh adalah saat yang paling sesuai untuk merenungkan kebesaran Allah dan mencari kesejukan batin.

Wirid dan Meditasi: Puisi mengandung repetisi kata-kata "Subhanallah" dan "Alhamdulillah" merepresentasikan wirid dan meditasi. Wirid ini bukan hanya sekedar pengulangan, tetapi sebuah perwujudan dari pengagungan terhadap Allah dan rasa syukur atas segala karunia-Nya.

Hubungan dengan Alam Semesta: Puisi ini menghubungkan wirid dan tafakur dengan alam semesta. Penulis merenungkan kehadiran Allah dalam setiap unsur alam, seperti burung, rumput, pohon rambutan, dan sarang burung. Ini menunjukkan bahwa semua ciptaan Allah juga beribadah dan bersujud pada saat subuh.

Permohonan Perlindungan dan Berkat: Penulis menyampaikan permohonan perlindungan dari perilaku serakah dan korupsi. Dia berikrar untuk tidak menjadi bagian dari orang-orang yang zalim. Permohonan ini menunjukkan kesadaran moral dan tanggung jawab sebagai seorang muslim.

Melalui penggunaan kata-kata yang mendalam dan repetisi wirid, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya ibadah subuh, wirid, dan tafakur dalam hidup sehari-hari. Puisi ini menyiratkan bahwa saat subuh adalah momen yang tepat untuk menyatukan diri dengan alam semesta, berkomunikasi dengan alam gaib, dan merenungkan kehadiran serta kebesaran Allah.

Puisi: Wirid Menjelang Fajar
Puisi: Wirid Menjelang Fajar
Karya: Ikranagara

Biodata Ikranagara:
  • Ikranagara lahir pada tanggal 19 September 1943 di Loloan Barat, Jembrana, Bali.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Ia Tidak BersediaTerpejam matanyaOleh terik matahariDari seberang depanSedianyaUdara pagi ini dihirupnya hati-hatiAgar tak menggangguBurung pipit yang menjemur sayapAntara kelopak-…
  • Hening dan Sepi di Lovinamasa lampau masa remajaadalah jejak tari di pantai lovinatinggal kenangansaat hening dan sepi singgah di pantai utara inicerita tentang sepeda sepasang dek…
  • Namaku TsunamiAku memang pantas kalian kutuk habis-habisanNamaku TsunamiAuuum! Auuum! Auuum!Aumku meraung-raung di dasar lautanAuuum! Auuum! Auuum!Rambutku kelabu gelombang lautanK…
  • Adakah Ia BernamaMondar mandir selaluBosanDi dalam taman firdaus itu-itu jugaSiapaAdakah iaBersama gelisahSetelah sekian kaliKerongkongannya dilalui liurnya sendiriKarena rangsanga…
  • TiraiAkan sama kita lalui sebuah gerbangSudah itu kita pun seakan lenyapSebab tirai gelita di ambang gerbangAdalah kepekatan misteri segala misteriBarangkali itu demi sopan santunS…
  • Lovina Hilang di Pantainya Sendiriah... jangan kagethening dan sepi pantaitak ada lagi di utaraseperti juga di selatandi mana-manaramai dan sibukmenyusuri gang-gangmembelah jajaran…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.