Wasiat Seorang Ayah
Kereta impian, jembatan bianglala, kemanakah kami
telah dibawanya? Orang-orang tidur yang tak tahu diri
bergulat berebut awan dalam mabuk kayaknya
lalu bergelimpangan di pelimbahan, tempat mereka yang syah
Demikianlah kami, leluhur yang telah menyerahkan kau
jadi sandera Sejarah. Tawakal dan terimalah
malapetaka yang kami tinggalkan: Hutan semboyan
rimba raya tahu tempat kau jadi orang buangan
Suatu angkatan telah menyerahkan langit kembali
Pada para dewa, dan mewariskan kutuknya
kepadamu. Cintailah debu dan batu di bawah kakimu
Suburkan ia dengan peluh yang bergayutan di dahi.
7 Desember 1968
Sumber: Horison (April, 1969)
Analisis Puisi:
Puisi "Wasiat Seorang Ayah" karya Saini KM adalah sebuah pesan atau wasiat yang disampaikan oleh seorang ayah kepada anaknya. Puisi ini mengandung gambaran tentang perjalanan hidup dan tanggung jawab yang diwariskan dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya.
Kereta Impian dan Jembatan Bianglala: Dalam puisi ini, kereta impian dan jembatan bianglala digunakan sebagai metafora untuk mewakili impian dan harapan hidup. Ayah mengajukan pertanyaan, "Kemanakah kami telah dibawanya?" yang menandakan bahwa hidup ini adalah perjalanan dan mereka berada dalam pencarian tujuan hidup yang lebih baik dan bermakna.
Orang-Orang Tidur dan Mabuk Kayaknya: Penggunaan gambaran orang-orang tidur dan bergulat berebut awan dalam mabuk kayaknya mencerminkan kebingungan dan kehilangan arah dalam hidup. Ini menunjukkan bahwa perjalanan hidup tidak selalu mudah dan bisa menghadapi tantangan dan kesulitan.
Sandera Sejarah dan Malapetaka: Ayah menyatakan bahwa generasi sebelumnya telah menyerahkan dan mewariskan kisah dan beban sejarah kepada anaknya. Kata-kata "kami" dan "malapetaka" menunjukkan bahwa generasi sebelumnya telah mengalami krisis atau penderitaan, dan sekarang anaknya harus meneruskan dan menghadapi tantangan ini.
Cintailah Debu dan Batu: Dalam bagian terakhir puisi, ayah menasihati anaknya untuk mencintai dan menghargai setiap bagian dari tanah dan lingkungan tempat mereka berada. Debu dan batu melambangkan segala sesuatu yang mungkin tampak sederhana dan tidak berarti, tetapi mereka memiliki arti dan nilai tersendiri.
Puisi "Wasiat Seorang Ayah" karya Saini KM adalah sebuah pesan yang mengandung makna dan pesan penting tentang perjalanan hidup, tanggung jawab, dan warisan dari generasi sebelumnya. Ayah menyampaikan harapan dan tantangan hidup kepada anaknya serta mengingatkan untuk menghargai dan mencintai lingkungan di sekitarnya. Puisi ini menyoroti pentingnya menghargai sejarah, nilai-nilai, dan warisan yang ditinggalkan oleh generasi sebelumnya dalam perjalanan hidup menuju masa depan.
Karya: Saini KM
Biodata Saini KM:
- Nama lengkap Saini KM adalah Saini Karnamisastra.
- Saini KM lahir pada tanggal 16 Juni 1938 di Kampung Gending, Desa Kota Kulon, Sumedang, Jawa Barat.
- Saini KM dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1970-an.