Sumber: Horison (Juli, 1987)
Analisis Puisi:
Puisi "Tunggu" mengangkat tema tentang harapan dan penantian akan hadirnya sebuah perubahan atau cahaya baru. Suasana pagi yang mulai terang setelah gelap menggambarkan sebuah harapan baru yang tengah dinantikan.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah keyakinan bahwa setelah masa-masa gelap, akan datang cahaya atau harapan baru. Penyair ingin menunjukkan bahwa seberat apa pun keadaan, akan selalu ada fajar yang terbit membawa peluang baru. Pijar lilin yang datang melambangkan secercah cahaya kecil yang mampu mengusir kegelapan, simbol bahwa harapan tidak pernah benar-benar hilang.
Selain itu, ada kesan bahwa alam dan kehidupan terus bergerak, dan manusia diajak untuk bersabar serta percaya bahwa setiap penantian punya ujungnya sendiri.
Puisi ini bercerita tentang suasana menjelang pagi, di mana fajar mulai menampakkan sinarnya setelah malam yang gelap.
Dalam suasana tersebut, angin lama yang tak berembus menjadi simbol bahwa sesuatu yang lama dinantikan akhirnya akan datang, membawa angin segar dan harapan baru.
Suara dengus kuda di lembah menambah kesan bahwa kehidupan terus berjalan, meskipun penuh ketidakpastian.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa tenang, penuh harap, dan sedikit melankolis. Penyair menghadirkan suasana alam menjelang pagi, ketika segala sesuatu perlahan terbangun dari kegelapan malam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa setiap kegelapan pasti akan berganti terang. Hidup selalu menyimpan harapan di balik kesulitan, dan manusia hanya perlu bersabar dan percaya bahwa cahaya akan datang, meski perlahan.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji alam yang membawa pembaca ke suasana pagi di sebuah kawasan pegunungan atau lembah:
- “dari celah-celah bukit matahari segera terbit” menghadirkan imaji visual tentang fajar yang perlahan muncul di antara bukit.
- “langit siapa mulai terang” menciptakan imaji perubahan suasana langit dari gelap menjadi terang.
- “pijar lilin mulai datang” membawa imaji cahaya kecil yang memberi harapan.
- “dengus kuda jauh di lembah” menghadirkan imaji suara yang menghidupkan suasana.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi: “angin lama tak singgah” — angin diperlakukan seperti makhluk hidup yang bisa datang dan pergi. “pijar lilin mulai datang” — seolah-olah cahaya lilin bisa bergerak sendiri menuju pembaca.
- Metafora: “pijar lilin” sebagai metafora dari harapan kecil yang mulai muncul. “langit siapa mulai terang” menggambarkan peralihan situasi dari gelap menuju terang, dari kesulitan menuju harapan baru.
Puisi "Tunggu" karya Slamet Sukirnanto adalah puisi pendek namun sarat makna tentang harapan, ketabahan, dan keyakinan bahwa terang pasti akan datang setelah gelap. Melalui gambaran alam yang sederhana tetapi kuat, penyair mengajak pembaca untuk percaya bahwa kehidupan ini penuh siklus — setelah malam datang pagi, setelah kesulitan ada kelegaan.
Puisi ini mengingatkan bahwa menunggu dan bersabar bukanlah sesuatu yang sia-sia, karena dalam setiap penantian tersimpan potensi keindahan yang akan terbit pada waktunya.
Karya: Slamet Sukirnanto
Biodata Slamet Sukirnanto:
- Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
- Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
- Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.