Teringat Li Po
Siapakah yang melangkah
Meninggalkan jejak gerimis? Lengkung langit
Sejak semula hanya betah jadi saksi
Yang bisu. Dan angin risik dan daun-daun
Dingin batu mewarnai waktu
Siapakah yang melangkah
Dan bergegas melupakan jejak
Kesedihan? Aku, bayang-bayang dan bulan
Hanya berpandangan. Menunggu. Dan taman lebih bisu
Juga pohon-pohon dan bangku-bangku. Juga waktu
1983
Sumber: Menjadi Penyair Lagi (2007)
Analisis Puisi:
Puisi "Teringat Li Po" karya Acep Zamzam Noor adalah refleksi puitis yang membawa kita ke dalam suasana melankolis dan kontemplatif. Judulnya merujuk pada sosok Li Po (Li Bai), seorang penyair besar dari Dinasti Tang yang dikenal dengan puisi-puisinya yang penuh dengan kesendirian, anggur, bulan, dan perenungan tentang kehidupan.
Dalam puisi ini, Acep Zamzam Noor menghadirkan suasana sunyi, gerimis, dan kesedihan yang samar-samar, seolah menggambarkan seseorang yang tengah merenungkan perjalanan hidupnya atau mengenang sesuatu yang telah berlalu.
Tema dan Makna Puisi
- Kesunyian dan Perjalanan Waktu – Puisi ini menggambarkan seseorang yang melangkah meninggalkan jejak, namun kesedihan tetap membayangi. Waktu berlalu tanpa memberikan jawaban, hanya menjadi saksi bisu.
- Refleksi Diri dan Perenungan – Tokoh dalam puisi ini tampak berdialog dengan bayangannya sendiri, menunggu dalam kebisuan, seolah mencari makna dalam keheningan.
- Kesedihan yang Tak Terucapkan – Suasana dalam puisi ini kental dengan perasaan kehilangan, namun kesedihan tersebut tidak diekspresikan secara eksplisit, melainkan melalui elemen alam seperti gerimis, angin, dan bayangan.
Simbolisme dalam Puisi
- Jejak Gerimis – Melambangkan kenangan yang samar dan perlahan memudar, namun masih meninggalkan bekas.
- Lengkung Langit yang Bisu – Menunjukkan bahwa alam menjadi saksi perjalanan manusia, tetapi tidak memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kehidupan.
- Bayang-Bayang dan Bulan – Simbol dari kesendirian dan refleksi batin, mirip dengan citraan yang sering digunakan oleh Li Po dalam puisi-puisinya.
- Pohon-Pohon dan Bangku yang Bisu – Menggambarkan suasana sepi dan perenungan, di mana sang tokoh tidak hanya dikelilingi oleh kesunyian, tetapi juga menjadi bagian dari kesunyian itu sendiri.
Gaya Bahasa dan Struktur Puisi
Puisi ini memiliki gaya bahasa yang khas dengan penggunaan citraan alam yang kuat.
- Repetisi – “Siapakah yang melangkah” diulang untuk menegaskan pencarian akan sesuatu yang hilang atau terlupakan.
- Personifikasi – “Taman lebih bisu, juga pohon-pohon dan bangku-bangku” memberikan gambaran bahwa lingkungan sekitar pun terdiam dalam kesunyian yang sama.
- Kontras – Antara melangkah dan melupakan, antara gerimis dan kesedihan, antara menunggu dan waktu yang tetap berjalan.
Puisi "Teringat Li Po" adalah sebuah meditasi tentang waktu, kesunyian, dan refleksi diri. Dengan citraan alam yang subtil dan suasana yang hening, Acep Zamzam Noor menghadirkan nuansa kontemplatif yang sejalan dengan gaya puisi klasik Tiongkok yang sering ditulis oleh Li Po. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup, kehilangan, dan kenangan yang tetap melekat meskipun waktu terus berlalu.
Biodata Acep Zamzam Noor:
- Acep Zamzam Noor (Muhammad Zamzam Noor Ilyas) lahir pada tanggal 28 Februari 1960 di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.
- Ia adalah salah satu sastrawan yang juga aktif melukis dan berpameran.