Puisi: Tarawih (Karya Rusli A. Malem)

Puisi "Tarawih" karya Rusli A. Malem mengingatkan kita bahwa di tengah gemuruh dunia, selalu ada ruang sunyi di masjid sederhana, tempat kita bisa ...
Tarawih

Perkenankanlah, ya Rabbi
Ya, Tuhan Kami
Aku dari kesekian hamba-Mu
Penghuni semesta yang gerih
Pada setiap malam yang letih
Berlindung dan memohon pada-Mu
Dalam masjid yang sederhana
Tuhanku,
Siramkanlah embun kasih-Mu
Dalam hatiku
Pagarkanlah Iman dalam diriku
Dengan tali-tali Ilahiat-Mu
Ya, Malikul Jabbar
Jauhilah diriku
dari kerja-kerja yang engkar
Dan ampuni semua dosa
Dari penyair papa
Yang terseret,
dalam gelisah semesta.

1968

Analisis Puisi:

Tema utama dalam puisi "Tarawih" adalah penghambaan, doa, dan permohonan ampun seorang manusia kepada Tuhannya. Puisi ini mengangkat refleksi spiritual seorang hamba yang merasa hina dan lemah di hadapan Allah SWT, khususnya dalam suasana malam bulan Ramadan, saat tarawih menjadi momen mendekatkan diri kepada-Nya.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan betapa kecil dan lemahnya manusia di tengah luasnya semesta dan besarnya kekuasaan Tuhan. Lewat doa-doa yang dilantunkan dalam salat tarawih, penyair menyampaikan bahwa manusia penuh dengan dosa dan kegelisahan hidup, dan hanya dengan kasih sayang serta ampunan Tuhan, manusia bisa menemukan ketenangan.

Di balik kata-kata sederhana dalam puisi ini, tersirat pula rasa pasrah yang dalam. Penyair menyadari bahwa di dunia yang penuh hiruk-pikuk, satu-satunya tempat berlindung dan bersandar adalah Tuhan. Ada juga makna reflektif tentang hakikat ibadah, di mana tarawih tidak sekadar rutinitas, melainkan ruang dialog pribadi antara hamba dengan Tuhannya.

Puisi ini bercerita tentang seorang hamba yang melaksanakan salat tarawih di sebuah masjid sederhana. Dalam kesunyian malam yang letih, hamba tersebut menumpahkan doa-doa permohonan ampun, perlindungan, serta memohon kekuatan iman. Penyair mencerminkan pergumulan batin seorang manusia yang menyadari betapa banyaknya dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, namun tetap berharap kasih sayang Tuhan tidak pernah putus.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa hening, khusyuk, dan penuh pengharapan. Ada ketenangan sekaligus kegelisahan batin yang menyelimuti, menggambarkan perasaan seorang hamba yang merenungi kesalahannya sambil berharap ampunan dan kasih Tuhan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan utama dari puisi ini adalah pentingnya merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menyadari bahwa manusia tidak pernah luput dari dosa. Melalui salat dan doa yang tulus, manusia diajarkan untuk selalu memohon ampun, memperbaiki diri, dan memperkuat iman.

Puisi ini juga mengingatkan bahwa ibadah bukan sekadar ritual fisik, melainkan momen spiritual yang menghadirkan kesadaran diri, introspeksi, dan refleksi mendalam tentang hakikat kehidupan.

Imaji

Beberapa imaji yang hadir dalam puisi ini antara lain:
  • Imaji visual: "Dalam masjid yang sederhana" menghadirkan gambaran tempat ibadah yang tenang, jauh dari kemewahan, tetapi penuh dengan makna spiritual.
  • Imaji perasaan: "Pada setiap malam yang letih" menciptakan suasana kelelahan fisik dan batin yang memuncak dalam doa-doa.
  • Imaji sensorik: "Siramkanlah embun kasih-Mu dalam hatiku" membangkitkan rasa sejuk dan ketenangan batin saat beribadah.

Majas

Beberapa majas yang dapat ditemukan dalam puisi ini:
  • Apostrof – Puisi ini langsung menyapa Tuhan dengan seruan "Ya Rabbi" dan "Ya, Tuhan Kami", menjadikannya doa sekaligus puisi liris.
  • Metafora – "Siramkanlah embun kasih-Mu" adalah metafora yang indah untuk meminta ketenangan hati melalui cinta dan rahmat Tuhan.
  • Personifikasi – "Dalam masjid yang sederhana" memberikan kesan bahwa masjid ikut menyaksikan doa-doa yang dipanjatkan, seolah menjadi saksi bisu spiritualitas seorang hamba.
Puisi "Tarawih" karya Rusli A. Malem adalah potret spiritualitas yang sederhana namun penuh makna. Melalui larik-lariknya, penyair mengajak pembaca merenungi esensi ibadah dan makna doa yang sesungguhnya. Bukan sekadar kewajiban, tetapi juga momen intim antara hamba dengan Tuhannya, di mana keikhlasan, harapan, dan pengakuan dosa bercampur menjadi satu.

Puisi ini mengingatkan kita bahwa di tengah gemuruh dunia, selalu ada ruang sunyi di masjid sederhana, tempat kita bisa berbicara jujur kepada-Nya, mengakui kelemahan diri, dan memohon keteguhan iman.


Rusli A. Malem
Puisi: Tarawih
Karya: Rusli A. Malem

Biodata Rusli A. Malem:
  • Rusli A. Malem lahir pada tanggal 27 November 1942 di desa Lhok Nibong, Aceh.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • TarawihPerkenankanlah, ya RabbiYa, Tuhan KamiAku dari kesekian hamba-MuPenghuni semesta yang gerihPada setiap malam yang letihBerlindung dan memohon pada-MuDalam masjid yang sederh…
  • Semalam Tarawih BersamamuTarawih bersamamu, istrikuSegala detak adalah restuYang melengkapkan bahagiakuDan mengasingkan pedih-perihkuTersebab kehilangan matahari dan bulankuYang bi…
  • Tarawih Yah, kita mulai percintaan ini dengan basmalah kita gurat di langit malam penuh bintang Saat semesta mendenyutkan ayat-ayat kerinduan Tentang kehadiran padang rembul…
  • Tarawihtak kau lihat ada setumpuk kata di halamaningin menghimpun diri ke dalam satu kalimatnamun kini tak ada yang mengandung maknawalau hanya sebaris doadiucapkan terbata-bataini…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.