Puisi: Suluk Batik (Karya Aprinus Salam)

Puisi "Suluk Batik" karya Aprinus Salam menyajikan refleksi mendalam tentang proses pembuatan batik yang bukan sekadar seni rupa, tetapi juga ...
Suluk Batik

Warnaku cuma satu, kupecah sejumlah
Hingga kabur mataku, lahir dirimu

Garisku cuma satu
Kupatah dan kubengkokkan
Kembali kuluruskan
Jadilah gambarmu
Jadilah rupamu

Bukan aku tak butuh mori
dalam keseimbangan bandul
dan dingklik untuk dudukku
serta tarian canting yang meleleh
dibakar anglo dan jari tangan lincah
dalam sebuah wajan

Seperti lingga dan yoni, cantingku
seperti ganggang dan nyamplung
melebur pada malam yang melekat
dan membasahi warnaku yang satu
dari garisku yang tak terputus

Polaku cuma satu, motifku cuma satu
Kucacah beribu, kugaris dan kuwarnai
Hingga namaku beribu-ribu

Aku percayakan diriku padamu
pada tubuh dan jiwa yang membawa
doa dan harapan atas namaku
agar aku menjadi batikmu

Aku tak berpola
Aku tak bermotif
Aku tak merupa
Aku tak bergambar

Analisis Puisi:

Puisi "Suluk Batik" karya Aprinus Salam menyajikan refleksi mendalam tentang proses pembuatan batik yang bukan sekadar seni rupa, tetapi juga melambangkan nilai spiritual, filosofi kehidupan, dan identitas budaya.

Tema Puisi

Beberapa tema utama yang dapat ditemukan dalam puisi ini adalah:
  1. Proses Kreativitas dalam Membatik – Puisi ini menggambarkan bagaimana batik tercipta dari garis, warna, dan pola yang berkembang melalui keterampilan pengrajin.
  2. Keseimbangan dalam Hidup – Penyebutan elemen-elemen seperti lingga dan yoni (simbol keseimbangan dalam budaya Jawa) serta perpaduan antara berbagai unsur menunjukkan konsep harmoni dalam kehidupan.
  3. Identitas dan Tradisi – Batik dalam puisi ini bukan sekadar kain bermotif, tetapi sebuah representasi identitas budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
  4. Spiritualitas dan Makna Filosofis – Pemilihan kata-kata dalam puisi ini mengarah pada refleksi batin, di mana membatik bukan hanya aktivitas fisik, tetapi juga ritual yang sarat makna.

Makna Puisi

Puisi ini menggambarkan bagaimana batik diciptakan dengan perpaduan antara garis, warna, pola, dan proses yang penuh kesabaran.

"Warnaku cuma satu, kupecah sejumlah / Hingga kabur mataku, lahir dirimu"

Warna dalam batik berasal dari satu sumber, tetapi melalui proses yang panjang ia menjadi beragam, melambangkan bahwa keindahan tercipta melalui perjalanan dan usaha.

"Garisku cuma satu / Kupatah dan kubengkokkan / Kembali kuluruskan"

Garis-garis yang membentuk batik mengalami berbagai perubahan, mencerminkan proses kehidupan yang penuh tantangan sebelum mencapai bentuk akhirnya.

"Bukan aku tak butuh mori / dalam keseimbangan bandul"

Mori (kain putih sebelum dibatik) adalah dasar dari batik. Ini menggambarkan bahwa setiap karya seni atau kehidupan memiliki pondasi yang harus dijaga keseimbangannya.

"Polaku cuma satu, motifku cuma satu / Kucacah beribu, kugaris dan kuwarnai / Hingga namaku beribu-ribu"

Batik memiliki dasar pola yang sama, tetapi variasinya menghasilkan keunikan yang berbeda-beda. Ini dapat diartikan sebagai simbol dari identitas manusia yang berasal dari satu sumber tetapi berkembang menjadi beragam individu.

"Aku tak berpola / Aku tak bermotif / Aku tak merupa / Aku tak bergambar"

Di akhir puisi, ada semacam paradoks. Meskipun batik terdiri dari pola dan motif, di baliknya terdapat sesuatu yang lebih mendalam: esensi dari batik itu sendiri yang tak bisa dibatasi oleh bentuk fisik semata.

Makna Tersirat

Selain makna eksplisit tentang proses pembuatan batik, puisi ini juga menyimpan pesan-pesan mendalam:
  1. Batik Sebagai Simbol Kehidupan – Seperti batik yang dibuat dengan ketelitian dan kesabaran, kehidupan pun dibentuk oleh pengalaman, proses, dan kesadaran.
  2. Filosofi Keseimbangan dan Keselarasan – Penyebutan unsur keseimbangan (lingga dan yoni, ganggang dan nyamplung) menunjukkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan memiliki pasangan dan keseimbangan yang harus dijaga.
  3. Identitas yang Fleksibel dan Beragam – Motif batik mungkin berasal dari satu pola, tetapi setiap helai batik memiliki keunikannya sendiri. Ini menggambarkan bahwa meskipun kita berasal dari satu budaya atau tradisi, setiap individu tetap memiliki identitasnya sendiri.
  4. Kesadaran akan Keberadaan Diri – Pada bagian akhir, sang batik seolah menegaskan bahwa ia tidak terbatas pada pola dan warna yang tampak, tetapi juga memiliki dimensi yang lebih luas. Ini bisa diartikan sebagai refleksi tentang keberadaan manusia yang tak hanya dinilai dari bentuk luar, tetapi juga dari nilai dan esensi yang ada di dalamnya.
Puisi ini bercerita tentang proses pembuatan batik yang lebih dari sekadar teknik, tetapi juga perjalanan batin, kesabaran, dan keseimbangan hidup. Melalui kata-kata yang penuh simbolisme, puisi ini mengajak pembaca untuk melihat batik tidak hanya sebagai kain bermotif, tetapi sebagai manifestasi dari nilai-nilai budaya, filosofi kehidupan, dan spiritualitas.

Dengan demikian, Suluk Batik bukan hanya puisi tentang batik, tetapi juga refleksi tentang identitas, proses kreatif, keseimbangan, dan makna kehidupan yang terus berkembang dalam perjalanan waktu.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Suluk Batik
Karya: Aprinus Salam

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Memetik BungaKelana memetik sekuntum bunga,Dalam taman bahgia baka,Untuk sembahan pada tunangan,Di kala balik dari perjuangan.Sesudah bunga sampai di jari,Pulanglah kelana berhati …
  • Petang HariDi kaki langit kemerah-merahan,Bercelup kesumba sepuhan petang,Alam bermandi sinar-sinaran,Aneka rona permai dipandang.Di sana-sini unggas bernyanyi,Mengucap selamat met…
  • Si KikirSi kikir kembali bernyanyiO, bonekaku yang manisJanganlah kau menangisKembang bakung kembang turiGadis kampung milik kamiTerurai rambut jagungBunga di kebun berayun-ayunSi …
  • Mendali TembagaDi tebing curam duduk kelana,Memandang ke bawah, ke tanah rendah,Hati rindu turun ke sana,Karena 'alamnya amatlah indah.Di kala kelana berurak sila,Waktu berdiri men…
  • Panggung SandiwaraHari-hari akhir ini,Tambah menyadarkan aku,Betapa indahnya hidup ini,Bila berpadu rukun dan damai,Semakin terasa Kebesaran Allah,Semakin yakin kelemahan diri,"ya …
  • KolamTidak kusangka sejak semula,Tiada terpikir sekali-kali,Di atas gunung, di puncak tinggi,Berada kolam air mutia.Jemih bersih air di dalam,Terang ke bawah sampai ke dasarnya,Ika…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.