Puisi: Solitude (Karya Moh. Wan Anwar)

Puisi "Solitude" karya Moh. Wan Anwar adalah refleksi mendalam tentang kesepian dan keterasingan dalam hidup. Dengan penggunaan imaji alam dan ...
Solitude

Dari jendela ini padang terhampar
Mengukuhkan rawan dalam malam
Sedang jalan mesti kususuri sendiri

Ketakutan membuatku terasing
Jarum jam seperti lelah berputar
Enggan menghabiskan waktunya
Kesendirian kian memanjang

Langgam daun mengusikku
Mengalirkan sepi di sungaiku

1991

Sumber: Sebelum Senja Selesai (2002)

Analisis Puisi:

Puisi "Solitude" karya Moh. Wan Anwar menyajikan tema kesepian dan keterasingan yang mendalam. Dengan penggunaan imaji alam yang kuat serta bahasa yang melankolis, puisi ini menggambarkan bagaimana kesendirian bisa menjadi pengalaman yang mengakar dalam perasaan manusia.

Kesunyian yang Menghampar

Puisi ini diawali dengan gambaran lanskap yang luas:

"Dari jendela ini padang terhampar / Mengukuhkan rawan dalam malam"

Frasa "padang terhampar" melambangkan keluasan dunia di luar jendela, tetapi justru mempertegas perasaan kosong dan sepi. Keindahan alam yang terbentang tidak memberikan ketenangan, melainkan menegaskan kerapuhan emosional yang dialami penyair. Kata "rawan dalam malam" semakin memperkuat nuansa melankolis, menunjukkan bahwa malam bukan hanya sebagai latar waktu, tetapi juga sebagai metafora kesunyian dan kegelisahan batin.

Baris berikutnya,

"Sedang jalan mesti kususuri sendiri"

menggambarkan perjalanan hidup yang harus ditempuh seorang diri. Tidak ada teman atau pendamping, yang menegaskan makna kesendirian yang mendalam dalam puisi ini.

Ketakutan dan Waktu yang Terhenti

Bagian tengah puisi memperlihatkan bahwa kesendirian bukan hanya soal tidak adanya orang lain, tetapi juga tentang perasaan terasing dalam diri sendiri:

"Ketakutan membuatku terasing"

Ketakutan di sini bisa ditafsirkan sebagai kecemasan eksistensial—perasaan kehilangan makna atau ketidakpastian tentang masa depan. Perasaan ini semakin diperkuat dengan metafora tentang waktu:

"Jarum jam seperti lelah berputar / Enggan menghabiskan waktunya / Kesendirian kian memanjang"

Penyair menggambarkan waktu yang seakan melambat atau bahkan berhenti, menandakan bahwa kesepian membuatnya terjebak dalam momen yang terasa panjang dan tak berujung. Jarum jam yang lelah berputar mengekspresikan stagnasi, seolah-olah waktu sendiri enggan untuk bergerak maju, memperpanjang penderitaan batin sang penyair.

Alam Sebagai Cerminan Kesepian

Di bagian terakhir, penyair menggunakan imaji alam untuk menggambarkan perasaan kesepian:

"Langgam daun mengusikku / Mengalirkan sepi di sungaiku"

Daun yang tertiup angin biasanya melambangkan perubahan atau pergerakan waktu, tetapi dalam puisi ini, justru menjadi sesuatu yang mengusik dan mempertegas kesendirian. Sungai dalam puisi ini bisa ditafsirkan sebagai simbol kehidupan atau perjalanan emosional, yang kini dipenuhi oleh kesepian yang terus mengalir tanpa henti.

Makna dan Pesan dalam Puisi

  1. Kesendirian sebagai Perjalanan yang Tak Terelakkan: Puisi ini menunjukkan bahwa ada fase dalam hidup di mana seseorang harus menempuh jalan sendirian. Kesepian tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari pengalaman manusia.
  2. Ketakutan dan Keterasingan dalam Diri Sendiri: Kesepian bukan hanya tentang tidak adanya orang lain, tetapi juga tentang keterasingan dari diri sendiri. Perasaan cemas dan takut dapat membuat seseorang merasa terisolasi, bahkan di tengah dunia yang luas.
  3. Waktu yang Terasa Berhenti dalam Kesunyian: Ketika seseorang merasa kesepian, waktu bisa terasa begitu lambat dan membebani. Perasaan ini digambarkan dalam puisi melalui metafora jarum jam yang enggan berputar.
  4. Alam Sebagai Cerminan Perasaan: Dalam puisi ini, unsur-unsur alam seperti padang, daun, dan sungai digunakan untuk menggambarkan kesepian yang dialami penyair. Alam yang biasanya memberikan ketenangan justru mempertegas perasaan hampa.
Puisi "Solitude" karya Moh. Wan Anwar adalah refleksi mendalam tentang kesepian dan keterasingan dalam hidup. Dengan penggunaan imaji alam dan metafora waktu, puisi ini mengajak pembaca untuk merasakan bagaimana kesendirian bisa menjadi sesuatu yang melankolis dan melelahkan.

Namun, di balik kesunyian yang digambarkan, puisi ini juga menyiratkan bahwa kesepian adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus dijalani, seperti sungai yang terus mengalir tanpa henti.

Puisi: Solitude
Puisi: Solitude
Karya: Moh. Wan Anwar

Biodata Moh. Wan Anwar
  • Moh. Wan Anwar lahir pada tanggal 13 Maret 1970 di Cianjur, Jawa Barat.
  • Moh. Wan Anwar meninggal dunia pada tanggal 23 November 2009 (pada usia 39 tahun) di Serang, Banten.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Puisi Kekasihkalau tak kaupungut onggokan tanahtinggalku, barangkali tak subur jugacintamu, kekasih. sebab, sudah tak suburlagi halamanmu. kecuali bagi rumput-rumputliar. tapi aku …
  • Lumutdalam gang pikiranku menggumamseperti kemarin sajakini los rumah yang dulu kami tempatijadi bangunan berpagar tembok tinggiaku jalan lagimelewati rumah yang pernah disewaRiyan…
  • Tetangga Sebelahkutetangga sebelahkupintar bikin suling bambudan memainkan banyak lagutetangga sebelahkukerap pinjam gitarnyanyi sama anak-anaknyakuping sebelahnya rusakdipopor sen…
  • Sajak Tapi Sayangkembang dari pinggir jalankembang yang tumbuh di temboktembok selokankupindah kutanam di halaman depananakku senang bojoku senangtapi sayangbojoku ingin nanam lomb…
  • Konser Asin Pantaiakan kusambut debur ombak. kutanyakan mengapapasir-pasir menguruk kenikmatan cinta.sentuhan-sentuhantak pernah lagi menggetarkan. abadi sudah bianglalayang tak pe…
  • Nikah Pohonandari akar ke ranting jalan asing: persemaian bunga yang bersetubuh dengankupu-kupu. dan angin yang menyebarkankeringat waktu.sebelum kembali ke akar, kubunuhjanji musi…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.