Puisi: Senja (Karya Widjati)

Puisi "Senja" Karya Widjati merupakan sebuah refleksi mendalam tentang perjalanan waktu, kehidupan, dan ketuaan yang tak terelakkan.
Senja

Senjapun membayang
Di puncak bukit
Merayap ke pohon-pohon
Di celah pucuk rimbun daun

Senjapun menyusup
Menembus kaca-kaca usia
Tubuhpun jadi kian loyo
Sia-sia menghitung jari-jari
Dan pangling melihat
Anak kemarin sore sudah besar

O, ya, ya....
Umurku tambah mendekati
Jadi makin tua, meski belum pikun
Tapi engkau siapa?

Dan tiba kepak seekor kelelawar
Mencicit senja hitam turun
Senja daun-daun gugur

Senjapun meremang
Berdebar-debar akupun menunggu
Detik-detik waktu.

Tegal, 10 November 1987

Analisis Puisi:

Puisi "Senja" Karya Widjati merupakan sebuah refleksi mendalam tentang perjalanan waktu, kehidupan, dan ketuaan yang tak terelakkan. Dengan bahasa yang puitis dan imajinatif, puisi ini menggambarkan bagaimana senja menjadi simbol perubahan dan kefanaan.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah kefanaan dan perjalanan hidup. Penyair menggunakan senja sebagai metafora untuk menggambarkan proses penuaan dan perubahan dalam kehidupan manusia.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan bahwa waktu terus berjalan tanpa henti, membawa manusia menuju ketuaan dan perubahan yang tak bisa dihindari. Gambaran "tubuhpun jadi kian loyo" dan "umurku tambah mendekati" menunjukkan kesadaran penyair akan bertambahnya usia dan keterbatasan manusia dalam menghadapi waktu. Selain itu, pertanyaan "tapi engkau siapa?" bisa menggambarkan keterasingan yang sering dirasakan seseorang saat menyadari bahwa orang-orang di sekelilingnya terus berubah.

Puisi ini bercerita tentang perenungan seorang individu terhadap perjalanan hidupnya. Dengan mengamati senja, penyair menggambarkan bagaimana waktu telah mengubah dirinya dan orang-orang di sekelilingnya. Ada refleksi mendalam tentang ketuaan dan ketidakkekalan hidup.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis dan penuh perenungan. Gambaran senja yang "merayap ke pohon-pohon" serta "menyusup menembus kaca-kaca usia" memberikan kesan bahwa waktu terus berjalan tanpa bisa dihentikan. Kehadiran kelelawar dan daun-daun yang gugur memperkuat nuansa senja yang penuh kesedihan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: "Senjapun menyusup, menembus kaca-kaca usia" memberikan sifat manusiawi pada senja seolah-olah ia bisa menyelinap dan menembus sesuatu.
  • Metafora: "Senja daun-daun gugur" melambangkan proses penuaan dan kefanaan.
  • Repetisi: Kata "senja" digunakan berulang-ulang untuk menekankan peran senja sebagai simbol perjalanan waktu.

Imaji

Puisi ini menghadirkan berbagai imaji yang kuat:
  • Imaji visual: "Senjapun membayang di puncak bukit, merayap ke pohon-pohon" menciptakan gambaran senja yang perlahan menyelimuti alam.
  • Imaji perasaan: "Berdebar-debar akupun menunggu detik-detik waktu" menggambarkan kecemasan terhadap perjalanan waktu.
Puisi "Senja" karya Widjati adalah refleksi mendalam tentang perjalanan waktu dan kefanaan manusia. Dengan simbolisme senja, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana waktu mengubah diri kita dan lingkungan di sekitar kita. Penyair dengan cermat menggunakan majas dan imaji untuk menciptakan suasana melankolis yang menggugah emosi pembaca.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Senja
Karya: Widjati

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Imaji Dalam merabah aku meniti roman mukamu Wajah remang yang menggelisahkan Kemungkinan pasti tercatat Menembus ke setiap arah pintu langit Adakah cadar misteri? Dan k…
  • Sajak Sungguh! Adalah kata-kata sekarat Pengelap sisa-sisa kotoran Di atas meja Perutku merasa jadi sangat melilit Barangkali para cacing…
  • Di Antara Bayang-Bayang Beribu sajakmu kembali membakar menghanguskan ragaku Menjelma serpihan topan lumpur dan batu-batu Duniamu yang belum mau sudah katamu sambil Melukis h…
  • Nostalgia Rinduku yang setia sayangku Ketika malam hujan turun Adalah rindu kampong halaman Kukecup rintihmu yang kelam Lalu kau usir bayangan yang gelap Aduh! Di sana t…
  • Tembang Semusim di Padang Lalang Ketika senja turun ingin berkisah Tanah ini serasa temaram digenggam sepi Ketika kulihat hanya sejengkal tanah basah Dan nisan-nisan tua dima…
  • Mantra Maka gaiblah sang pesona Di luar suara anginpun raib Api dan doa Di atas ranjang Indera pun meleleh terbakar Yang terjadi bersama asap Betapa sigap ia menyelinap …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.